BPTP Kaltim Dukung Pengembangan Integrasi Sapi-Sawit di Kutai Timur
Bioindustri Improve the Competitiveness of Agricultural Products
Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani
Samarinda, Kaltim (B2B) - Balai Pengkajian Teknologi Pertanian - Kalimantan Timur (BPTP Kaltim) bergegas melaksanakan instruksi Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman setelah mencanangkan 'Borneo Mandiri Pangan', dan BPTP Kaltim telah mengembangkan pembibitan dan penggemukan sapi di lahan perkebunan kelapa sawit sebagai model pertanian-bioindustri sapi-sawit di Kecamatan Rantau Pulung, Kabupaten Kutai Timur.
Kepala BPTP Kaltim M Hidayanto mengatakan bahwa luas lahan kelapa sawit milik rakyat di Kutai Timur mencapai 20.000 hektar dan lahan plasma 88.000 hektar, yang berpotensi menjadi sentra ternak sapi terintegrasi dengan kelapa sawit, mengingat pertanian bioindustri merupakan kawasan zero waste atau tanpa limbah karena hampir semua limbah dari pola pertanian ini dapat dimanfaatkan.
Dia memberi contoh tentang urine sapi berguna untuk pupuk organik cair, kotoran sapi menjadi pupuk organik dan biogas, maka idealnya dua ekor sapi ditempatkan pada satu hektar lahan kelapa sawit untuk berkembang biak sekaligus menjalani penggemukan.
"Integrasi usaha sawit-sapi dapat dilakukan oleh perusahaan perkebunan untuk memanfaatkan produk samping usaha perkebunan kelapa sawit seperti bungkil inti sawit dan kotoran sapi sebagai pupuk, bio urine, dan biogas," kata Hidayanto.
Kerja keras BPTPT Kaltim disambut baik oleh Bupati Kutai Timur H Ismunandar MT dan Wakil Bupati Kasmidi Bulang saat meninjau kawasan model pertanian-bioindustri sapi-sawit di Desa Manunggal Jaya, Kecamatan Rantau Pulung belum lama ini.
"Kalau satu hektar ditempatkan dua ekor sapi maka untuk Kutai Timur mempunyai lahan sawit rakyat sekitar 20 ribu hektar maka dapat menampung 40 ribu ekor sapi. Dengan plasmanya 88 ribu hektar dapat menampung 172 ribu ekor sapi di lahan kelapa sawit," kata Bupati Ismunandar.
Dukungan Teknologi
Hidayanto menambahkan bahwa BPTP Kaltim menyediakan mesin dan peralatan pendukung lainnya yang telah dimanfaatkan oleh kelompok tani Sumber Rejeki antara lain gudang pupuk organik cair dari urine sapi, pupuk kompos yang sudah dikemas, instalasi biogas, mesin pencacah pelepah kelapa sawit, dan mesin penghalus pupuk kandang.
"Potensinya luar biasa, ke depan Rantau Pulung dapat menjadi sentra ternak sapi dan Kutai Timur tidak mikir lagi untuk mendatangkan sapi dari Sulawesi dan Jawa untuk Idul Adha," kata Bupati Ismunandar.
Dia optimistis program tersebut dapat berkembang pesat di Rantau Pulung, karena cukup tersedia lahan perkebunan kelapa sawit, yang sejalan pula dengan program Kutai Timur untuk membangun desa.
"Bisa dikatakan ini adalah warga desa membangun potensi desanya dengan mengajak masyarakat untuk merencanakan, membangun hingga menikmati hasil pembangunan di desanya sendiri," katanya lagi.
Camat Rantau Pulung Poniso Suryo Renggono mengatakan kelompok tani Sumber Rejeki yang dibina BPTP Kaltim merupakan kelompok tani teladan di seluruh kabupaten dan teladan peringkat ketiga di Provinsi Kalimantan Timur.
"Kami berharap BPTP Kaltim terus mendukung dan membimbing petani di sini karena hasil kerja keras petani telah dipasarkan ke desa dan kecamatan lain di Kutai Timur," katanya.
Staf Humas Margaretha Tarigan menyatakan BPTP Kaltim berkomitmen untuk mendukung para petani maupun pemerintah daerah untuk mengembangkan potensi peternakan sapi di lahan kelapa sawit. Hal itu sesuai visi BPTP Kaltim pada 2014 menjadi lembaga inovasi pembangunan pertanian industrial yang andal dan berstandar internasional di Kalimantan Timur.
"Sementara misi utama BPTP Kaltim adalah menghasilkan, mengembangkan dan memasyarakatkan inovasi pertanian industrial dalam mendukung pembangunan pertanian di Kalimantan Timur," kata Margaretha yang akrab disapa Tari.
Samarinda, East Borneo (B2B) - East Borneo Assessment Institute for Agricultural Technology (East Borneo AIAT) rushed to carry out instructions Agriculture Minister Andi Amran Sulaiman who declared 'Borneo food Self-sufficiency', and AIAT has developed breeding and feedlot of cattle in palm oil plantations as agricultural bioindustry in Rantau Pulung subdistrict of East Kutai district.
Director of East Borneo AIAT M Hidayanto said palm oil in East Kutai reached 20,000 hectares and plasma 88,000 hectares which could potentially be developed as centers of cattle, agriculture bioindustry is zero waste because all waste still useful.
He gave the example of cow urine for liquid organic fertilizer, cow manure into organic fertilizer and biogas, then ideally two cows are placed on a single hectare of palm oil for breeding and feedlot.
"The integration of palm oil and cattle can be done by plantation companies to exploit oil palm waste such as palm kernel cake, and cow dung for fertilizer, biourine, and biogas," Hidayanto said.
Hard work of East Borneo AIAT was supported by the East Kutai Regent H Ismunandar MT and Vice Regent Kasmidi Bulang while reviewed bioindustry development center in Manunggal Jaya village of Rantau Pulung subdistrict recently.
"If every hectare there are two cows so in East Kutai with potential of about 20 thousand hectares, it can accommodate 40 thousand head of cattle. With the plasma 88 thousand hectares can accommodate 172 thousand head of cattle in palm oil plantations," Regent Ismunandar said.
Technology Support
Hidayanto added that the East Borneo AIAT supply engines and support equipment used by farmer groups of Sumber Rejeki, such as warehouses liquid organic fertilizer of cow urine, fertilizer packaging machines, biogas installations, thrasher palm fronds, and smoothing machines of compost.
"The potential is incredible, Rantau Pulung will become a center of cattle, and the East Kutai no longer need to buy cattle of Sulawesi and Java for the Eid al-Adha," Regent Ismunandar said.
He is optimistic that the program can be developed rapidly in Rantau Pulung, because sufficient available palm oil plantations, which is in line with the East Kutai program to develop the village.
"It could be said residents built the village potential by planning, developing, and then get the benefits," he said.
Head of Subdistrict Poniso Renggono Suryo said farmer groups of Sumber Rejeki Kaltim is the best farmers in district level, and the third best in East Borneo Province.
"We hope East Borneo AIAT continues to support and guide farmers, because the hard work of farmers they are sold to other villages and districts in East Kutai," he said.
Public Relations Staff Margaretha Tarigan stated East Borneo AIAT stated committed to supporting farmers and local government to develop the potential of cattle in palm oil plantations. It was according to the vision in 2014 to become an institution of international standard agricultural innovation.
"While our primary mission to develop and promote the innovation of industrial agriculture in supporting agricultural development in East Borneo," Mrs Tarigan said.
