PM David Cameron Mundur setelah Rakyat Inggris Pilih `Brexit` Keluar dari Uni Eropa

David Cameron Stands Down as British Prime Minister after Voters Trigger a Political Earthquake

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


PM David Cameron Mundur setelah Rakyat Inggris Pilih `Brexit` Keluar dari Uni Eropa
Arah jarum jam: Pendukung Inggris untuk `Brexit` bersorak, PM David Cameron saat umumkan mundur, kekacauan di bursa saham London, penghitungan suara dan pemmpin oposisi Neil Farage bersorak di depan gedung parlemen (Foto2: MailOnline)

PERDANA Menteri Inggris David Cameron menyatakan keinginannya untuk akan mengundurkan diri sebagai perdana menteri setelah rakyat Inggris memilih keluar dari Uni Eropa.

Cameron mencoba meyakinkan bahwa kegiatan bisnis di seluruh dunia bahwa bahwa ekonomi Inggris tetap stabil tapi pasar dunia dilemparkan ke dalam kekacauan pada Jumat setelah hasil pemungutan suara final diumumkan.

Cameron, yang menyebut referendum untuk menenangkan konservatif anti-Eropa di partainya, mendukung kampanye 'tetap' bersama Uni Eropa tanpa opsi kecuali  mengundurkan diri setelah referendum.

Dalam pengunduran pidato emosional di luar kediaman resmi perdana menteri, Downing Street 10 di London, ia berkata: "Saya tidak punya apa-apa lagi. Saya benar-benar jelas tentang keyakinan saya bahwa Inggris lebih kuat, lebih aman dan lebih baik dalam Uni Eropa."

"Saya melihat jelas referendum itu tentang ini dan ini saja - tidak masa depan politisi tunggal termasuk saya sendiri."

"Namun rakyat Inggris telah membuat keputusan yang sangat jelas untuk mengambil jalan yang berbeda dan dengan demikian saya pikir negara membutuhkan pemimpin baru untuk memimpin negara ini.'

Sambil menahan air mata, Cameron mengatakan dia tidak akan langsung mundur dan akan berusaha untuk menenangkan pasar dalam hitungan beberapa 'minggu dan bulan' ke depan.

Kandidat presiden dari Partai Republik Donald Trump tiba di Skotlandia pada Jumat pagi dan mengatakan orang-orang Inggris telah 'mengambil kembali negara mereka', seraya menambahkan: "Ini adalah hal fantastis'.

Kemudian, ketika ditanya pendapatnya tentang Cameron yang ingin mundur, Trump mengatakan: "Yah, itu terlalu buruk."

Namun mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair mengatakan Brexit akan menimbulkan 'konsekuensi besar' dan itu 'sangat menyedihkan bagi negara kita, untuk Eropa, dan bagi dunia'.

Cameron mengatakan ia akan bertahan selama tiga bulan dan pria kelahiran New York Boris Johnson, mantan Walikota London yang memimpin kampanye Inggris untuk keluar dari Uni Eropa (Brexit), menjadi sosok favorit untuk menggantikan Cameron, seperti dilansir MailOnline.

Gubernur bank sentral, Bank of England Mark Carney berupaya meyakinkan pasar yang panik pada Jumat pagi pagi ini setelah kurs poundsterling terjerembab ke level terendah terhadap dolar AS dalam 31 tahun terakhir, dan indeks harga saham gabungan (IHSG) bursa London turun 8%.

Pemimpin Nasionalis Skotlandia Nicola Sturgeon mengangkat isu referendum pada peluang referendum kemerdekaan kedua di Skotlandia dalam waktu dua tahun, berpotensi keluar Inggris, setelah 62 persen dari Skotlandia memilih untuk bergabung tetapi kalah suara oleh Inggris.

Jajak pendapat mengungkap 'peluang' untuk tidak keluar dari Uni Eropa. Namun hasil perhitungan akhir referendum menunjukkan kemenangan tipis bagi penyokong 'Brexit' dengan selisih suara 52-48 dalam mendukung Inggris sebagai negara yang pertama dari 28 negara anggota Uni Eropa untuk meminta keluar.

Hasil bersejarah membuat nilai poundsterling Inggris jatuh ke level terendah dalam 31-tahun, salah satu terbesar dalam satu hari yang jatuh di sepanjang waktu, turun dari sekitar $1,50 ke bawah $1,35.

Pasar saham AS pada awal perdagangan melorot 550 poin pada Jumat pagi. Perdagangan di Tokyo dihentikan setelah saham anjlok hampir 7 persen, sementara Kospi Korea Selatan jatuh sekitar 4 persen. Harga minyak mentah juga terpukul.

Lebih dari $137 miliar menguap dari FTSE 100 pagi ini - penurunan terbesar dalam sejarah Inggris - dengan indeks utama London terjun 458 poin ke 5.880 - turun 7,19 persen - para pakar keuangan memperingatkan kejatuhan lebih parah di masa-masa mendatang.

Anjloknya saham ini jauh lebih besar daripada ketika ekonomi Inggris terpuruk akibat krisis politik pada 1978, 1992 dan 2009.

Gubernur Bank of England Mark Carney mengatakan mereka siap untuk menghadapi volatilitas pasar.

Carney kelahiran Kanada mengatakan bank sentral Inggris telah 'terlibat dalam perencanaan kontingensi luas' dan dia telah berkoordinasi dengan dengan Menteri Keuangan.

Presiden Parlemen Eropa Martin Schulz mengatakan pimpinan Uni Eropa akan mengadakan sidang darurat pada Selasa dan Perdana Menteri Belgia Charles Michel mengatakan bahwa setelah 'pukulan' dari referendum Inggris yang memilih keluar, seluruh proyek harus ditinjau kembali.

Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan 'sangat menyesalkan' pada hasil referendum, tetapi katanya Uni Eropa 'cukup kuat' untuk 'menemukan jawaban yang tepat' atas Brexit tersebut.

Presiden Uni Eropa Donald Tusk, dari Polandia, mengatakan itu adalah 'saat bersejarah tapi bukan saatnya untuk bereaksi histeris'.

Tusk, yang sebelumnya memperingatkan bahwa Brexit bisa 'mengakhiri peradaban politik Barat', pada Jumat mengatakan: 'Hari ini atas nama 27 pemimpin Eropa, saya dapat mengatakan bahwa kami bertekad untuk menjaga persatuan kita sebagai 27 negara.'

Merkel, Tusk, Presiden Prancis Francois Hollande dan Italia Matteo Renzi berencana untuk bertemu di Berlin pada Senin untuk membahas langkah selanjutnya.

Cameron mengingatkan bahwa ia akan menunda menerapkan Pasal 50 - yang memicu Inggris keluar secara resmi dari Uni Eropa - sampai penggantinya mengambil alih pemerintahan pada musim gugur, tetapi para pemimpin Uni Eropa dapat memutuskan mereka ingin konsolidasi setelah hasil Brexit untuk menghindari ketidakstabilan berkelanjutan.

Pemimpin oposisi Nigel Farage, pemimpin Partai Kemerdekaan Inggris (UKIP), mengatakan 23 Juni harus dipertimbangkan Inggris sebagai 'Independence Day'.

Namun dalam pernyataannya yang tergolong kontroversial kontroversial setelah anggota parlemen pro-Eropa Jo Cox ditembak mati pekan lalu, Farage mengatakan Inggris memilih Brexit dari Uni Eropa 'tanpa letusan peluru'.

Faktor kunci dalam pemungutan suara itu dimenangkan Brexit karena krisis migran yang melanda Eropa dalam beberapa tahun terakhir, tetapi banyak pula pemilih Inggris dari kelas pekerja juga membenci imigran dari negara-negara Uni Eropa seperti Polandia, Hungaria dan Rumania yang mereka khawatirkan mengambil pekerjaan 'mereka'.

John Mann, salah satu anggota parlemen dari Partai Buruh yang mendukung kampanye 'Brexit' mengatakan ada perpecahan antara pemilih kelas menengah yang merasa mereka mendapat manfaat dari keanggotaan Uni Eropa dan pemilih kelas pekerja yang merasa khawatir - terutama pada isu migrasi - yang malahan merugikan.

BRITISH Prime Minister David Cameron has said he will resign as prime minister after Britain voted to leave the European Union.

Mr Cameron tried to reassure businesses around the world that Britain's economy was fundamentally sound but world markets were thrown into turmoil on Friday after the final vote was announced.

Mr Cameron, who called the referendum to placate the conservative anti-Europe wing of his party, backed the 'remain' campaign and was left with no option but to resign after the vote.

In an emotional resignation speech outside the prime minister's official residence, 10 Downing Street in London, he said: 'I held nothing back. I was absolutely clear about my belief that Britain is stronger, safer and better off inside the EU.

'I made clear the referendum was about this and this alone – not the future of any single politician including myself.

'But the British people have made a very clear decision to take a different path and as such I think the country requires fresh leadership to take it in this direction.'

Choking back tears, Mr Cameron said he would not depart immediately and would seek to calm the markets over the coming 'weeks and months'.

Presumptive Republican nominee Donald Trump arrived in Scotland on Friday morning and said the British people had 'taken back their country', adding: 'It's a fantastic thing'.

Later, when asked his opinion on Cameron quitting, Trump said: 'Well, that's too bad.'

But Britain's former Prime Minister Tony Blair said Brexit would have 'enormous consequences' and it was 'very sad for our country, for Europe, for the world'.

Mr Cameron said he would stay on for three months and New York-born Boris Johnson, the former Mayor of London who led the 'leave' campaign, is the hot favorite to replace him.

Bank of England governor Mark Carney moved to reassure panicking markets this morning after the Pound nose-dived to its lowest level against the US dollar for 31 years, and the FTSE slumped by 8 per cent.

Scottish Nationalist leader Nicola Sturgeon raised the prospect of a second independence referendum in Scotland within two years, potentially heralding the break-up of the UK, after 62 per cent of Scots voted to remain but were outvoted by the English.

Initial polls had the 'remain' camp winning by a knife-edge. But the final count saw a narrow victory for 'leave' as the nation split 52-48 in favor of becoming the first of the 28 EU member states to request an exit.

The historic result sent the British pound plummeting to a 31-year low, one of its biggest one-day falls in all time, dropping from about $1.50 to below $1.35.

US markets were expected to open down 550 points on Friday morning. Trading in Tokyo was halted after stocks plunged nearly 7 per cent, while South Korea's Kospi tumbled about 4 per cent. Crude oil prices also took a hit.

More than $137billion was wiped off the FTSE 100 this morning - the biggest fall in UK history - with London's premier index plunging 458 points to 5,880 - down 7.19 per cent - as experts warned of more carnage to come.

The collapse is far greater than Britain suffered after the political crises in 1978, 1992 and 2009.

Bank of England Governor Mark Carney said they were prepared to deal with the market volatility.

Canadian-born Carney said the bank had 'engaged in extensive contingency planning' and he was in close contact with Chancellor of the Exchequer.

European Parliament President Martin Schulz said the EU assembly would hold an emergency session on Tuesday and Belgian Prime Minister Charles Michel said that after 'the blow' of Britain voting to leave, the whole European project needed a rethink.

Germany's Chancellor Angela Merkel expressed 'great regret' at the result, but said the EU was 'strong enough' to 'find the right answers' to the vote.

EU President Donald Tusk, from Poland, said it was 'a historic moment but for sure not a moment for hysterical reactions'.

Tusk, who had earlier warned that Brexit could 'end Western political civilization', said on Friday: 'Today on behalf of the 27 leaders, I can say that we are determined to keep our unity as 27.'

Merkel, Tusk, French President Francois Hollande and Italy's Matteo Renzi are planning to meet in Berlin on Monday to discuss the next step.

Mr Cameron has suggested he would delay invoking Article 50 - which triggers formal exit from the EU - until his successor takes over in the fall, but the EU leaders may decide they want a quick and clean break with the UK to avoid continuing instability.

Nigel Farage, leader of the U.K. Independence Party (UKIP), said June 23 should be considered Britain's 'Independence Day'.

But in a remark that could prove controversial after pro-Europe MP Jo Cox was shot dead last week, Mr Farage said the country was separating from the EU 'without a single bullet being fired'.

A key factor in the vote was the migrant crisis which has hit Europe in the last few years, but many working class British voters also resented immigrants from EU countries such as Poland, Hungary and Romania who they feared were taking 'their' jobs.

John Mann, one of the few Labour MPs to support the 'leave' campaign, said there had been a split between middle class voters who felt they benefited from EU membership and working class voters who felt the disadvantages - especially migration - outweighed the advantages.