Betawi, Lima Potensi Budayanya Dikembangkan di Jakarta
Jakarta Developing Five Potential of Betawi Culture
Reporter : Roni Said
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
Jakarta (B2B) - Pelestarian kebudayaan Betawi merupakan hal mutlak agar generasi penerus selalu mengingatnya. Selain itu, potensi-potensi budaya lokal di tingkat wilayah pun perlu untuk digali semakin dalam. Dengan begitu, pengembangan dan pelestarian budaya di Jakarta akan bercampur langsung dengan kearifan lokal.
Di Jakarta Selatan misalnya, masih banyak masyarakat lokal yang hingga kini melestarikan budaya Betawi. Namun, keberadaanya semakin terpojok akibat tidak adanya publikasi yang baik dalam setiap acara kebudayaan.
“Kalau di wilayah Jakarta Selatan kita akan mengembangkan dan melestarikan budaya dengan kearifan lokal. Saat ini yang sedang kita coba kembangkan potensi kewilayahan di lima kecamatan yang memang mempunyai ciri khas budaya Betawi,” ujar A Syahropi, Kepala Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Selatan, pekan lalu.
Syahropi mengatakan, kelima wilayah tersebut, yaitu daerah Kemang dengan palang pintu, Cipedak dengan gambang kromong, Cipulir serta Ulujami dengan silat beksi, Asem Baris Tebet dengan bermacam wisata kuliner, dan Tegal Parang dengan kerak telor.
Jakarta (B2B) - Betawi culture preservation is an absolutely thing to be done in order to ease the nex generation remember it. Moreover, local culture should be dig deeply. By doing so, the development and preservation of the cultural in Jakarta will directly be mixed with local knowledge.
There are still many local people who preserve Betawi culture, especially in South Jakarta. Yet, its existence is neglected due to lack of good publicity.
"Currently we are trying to develop the five sub-districts that have characteristic of Betawi culture," said Head of South Jakarta Culture Sub-Department, A Syahropi, recently.
Syahropi added that those five regions are Kemang area with palang pintu (Door-bolting Festival), Cipedak with traditional music gambang kromong, Cipulir and Ulujami with Beksi martial arts, Asem Baris Tebet with a variety of culinary tourism, and Tegal Parang with kerak telor (Betawi egg crust).
