Presiden Minta Masa Orientasi Siswa tanpa Kekerasan
President Wants Student Orientations without Violence
Reporter : Dayanti Anwar
Editor : Taswin Bahar
Translator : Parulian Manalu
Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyerukan tidak boleh ada aksi kekerasan pada masa orientasi sekolah ataupun perguruan tinggi. Kegiatan pada masa orientasi harus relevan dan mendidik. Presiden mengatakan, dirinya turut mengikuti pemberitaan aksi kekerasan pada masa orientasi sekolah di media massa.
"Pastikan kegiatan orientasi bisa sesuai dengan tujuannya, yaitu mengenal sekolah, baik fisik maupun nonfisik," kata SBY seusai memimpin rapat koordinasi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Jakarta, Selasa (31/7).
SBY mencermati data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bahwa 87,6% siswa mendapatkan kekerasan di sekolah. Artinya, dari 100 siswa sebanyak 87 orang diantaranya telah mendapatkan kekerasan.
Menurutnya, Kemdikbud harus bertindak lebih tegas ketika terjadi kekerasan saat masa orientasi. Buku panduan yang dikeluarkan pada masa orientasi siswa baru harus dibuat lebih relevan dengan pengenalan sekolah dan bukan kegiatan yang mengada-ada.
”Pastikanlah semua itu bisa sesuai dengan tujuan masa orientasi mengenal sekolah. Baik fisik maupun non fisik,” katanya.
Jakarta - President Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) asserts that violence should not be allowed in any school or college orientations. Activities during orientation should be relevant and educational, he reasoned. The president claims he follows news of violence during school orientation in mass media.
"Make sure that orientation activities abide to their intended purpose, namely to familiarize students with the school, both physically and abstractly," Yudhoyono said after leading the coordination meeting at the Ministry of Education and Culture (Kemdikbud), Jakarta, on Tuesday (31/7).
SBY based on his observation on data from the Indonesian Child Protection Commission (KPAI), found that 87.6% of students are subject to violence in school. That is, from 100 students of which as many as 87 people receive violent treatment.
According to him, Kemdikbud should act more strongly when there is violence present during orientation. The handbooks issued on the orientation of new students should be made more relevant with the introduction of the school and not the “conjuring up” of senseless activities.
