Presiden Jokowi Ungkap Strategi Raih Indonesia Emas 2045

President Reveals Several Strategies to Win Indonesia Gold in 2045

Editor : Cahyani Harzi
Translator : Novita Cahyadi


Presiden Jokowi Ungkap Strategi Raih Indonesia Emas 2045
KEMERDEKAAN INDONESIA: Presiden Jokowi saat menyampaikan pidato kenegeraan pada Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama  DPR RI dan DPD RI dalam rangka HUT Ke-78 Proklamasi Kemerdekaan RI, di Ruang Rapat Paripurna, Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta. (Foto: Setkab RI)

Jakarta [B2B] - Bonus demografi dan kepercayaan internasional atau internasional trust adalah peluang besar yang dimiliki Indonesia untuk meraih Indonesia Emas Tahun 2045. Presiden RI Joko Widodo [Jokowi] menyampaikan bahwa pemerintah telah memiliki strategi untuk memanfaatkan kesempatan untuk meraih Indonesia Emas 2045 tersebut.

Hal tersebut ditegaskan Presiden saat menyampaikan pidato pada Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama  DPR RI dan DPD RI dalam rangka HUT Ke-78 Proklamasi Kemerdekaan RI, di Ruang Rapat Paripurna, Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Rabu [16/08] pagi.

“Tidak hanya peluang saja, tapi strategi meraihnya sudah ada, sudah dirumuskan. Tinggal apakah kita mau memfokuskan energi kita untuk bergerak maju, atau justru membuang energi kita untuk hal-hal yang tidak produktif, yang memecah belah, bahkan yang membuat kita melangkah mundur,” ujar Presiden.

Strategi pertama yang dilakukan pemerintah adalah mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia. Presiden mengungkapkan, di tahun 2022 pemerintah telah berhasil menurunkan angka stunting menjadi 21,6 persen dari sebelumnya 37 persen di tahun 2014, menaikkan Indeks Pembangunan Manusia menjadi 72,9, dan meningkatkan Indeks Pemberdayaan Gender menjadi 76,5.

“[Pemerintah] menyiapkan anggaran perlindungan sosial total kalau dijumlah semua dari 2015 sampai 2023 sebesar Rp3.212 triliun, termasuk di dalamnya Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar [KIP], KIP Kuliah, PKH [Program Keluarga Harapan], Kartu Sembako, serta perlindungan kepada lansia, penyandang disabilitas, dan kelompok-kelompok rentan lainnya, serta reskilling dan upskilling tenaga kerja melalui Balai Latihan Kerja dan Program Kartu Prakerja,” kata Presiden.

Kedua, pemerintah juga terus menggencarkan kebijakan hilirisasi industri yang tidak hanya dapat meningkatkan penciptaan lapangan kerja yang menghasilkan produktivitas nasional tetapi juga memberikan nilai tambah yang sebesar-besarnya.

“Di sinilah peran sektor ekonomi hijau dan hilirisasi sebagai window of opportunity kita untuk meraih kemajuan, karena Indonesia sangat kaya sumber daya alam, termasuk bahan mineral, hasil perkebunan, hasil kelautan, serta sumber energi baru dan terbarukan,” ujarnya.

Hilirisasi yang ingin dilakukan Indonesia, kata Presiden, adalah hilirisasi yang melakukan transfer teknologi, manfaatkan sumber energi baru dan terbarukan, serta meminimalisasi dampak lingkungan. Hilirisasi tersebut juga harus mengoptimalkan kandungan lokal, bermitra dengan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), petani, dan nelayan, sehingga manfaatnya terasa langsung bagi rakyat kecil.

Presiden menambahkan, hilirisasi tak hanya dilakukan pada komoditas mineral tetapi juga nonmineral seperti sawit, rumput laut, kelapa, dan komoditas potensial lainnya.

“Upaya ini sedang kita lakukan dan harus terus dilanjutkan. Ini memang pahit bagi para pengekspor bahan mentah. Ini juga mungkin pahit bagi pendapatan negara dalam jangka pendek. Tapi jika ekosistem besarnya sudah terbentuk, jika pabrik pengolahannya sudah beroperasi, saya pastikan ini akan berbuah manis pada akhirnya, terutama bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia,” kata Presiden.

Presiden mencontohkan, sejak pemerintah memberlakukan kebijakan penghentian ekspor bijih nikel pada 2020 investasi hilirisasi nikel tumbuh pesat. Bahkan saat ini terdapat 43 pabrik pengolahan nikel yang akan membuka peluang kerja yang sangat besar.

Presiden pun meyakini jika hilirisasi konsisten dilakukan di berbagai komoditas maka pendapatan per kapita Indonesia yang mencapai Rp71 juta di tahun 2022 akan melompat signifikan hingga dua kali lipat dalam 10 tahun mendatang.

“Ini baru satu komoditas dan jika kita konsisten dan mampu melakukan hilirisasi untuk nikel, kemudian tembaga, kemudian bauksit, kemudian CPO, dan rumput laut, dan yang lain-lainnya, berdasar hitung-hitungan perkiraan, dalam 10 tahun mendatang pendapatan per kapita kita akan mencapai Rp153 juta (10.944 Dolar AS). Dalam 15 tahun, pendapatan per kapita kita akan mencapai Rp217 juta atau 15.860 Dolar AS). Dalam 22 tahun, pendapatan per kapita kita akan mencapai Rp331 juta (25.025 Dolar AS),” kata Presiden.

Tiga Fondasi Raih Indonesia Emas 2045.
Dalam pidatonya, Presiden juga mengungkapkan tiga fondasi yang diperlukan untuk mewujudkan visi Indonesia Maju di tahun 2045.

Pertama, pembangunan infrastruktur dan konektivitas yang pada akhirnya menaikkan daya saing Indonesia.

“Berdasarkan laporan Institute for Management Development (IMD), daya saing kita pada 2022 naik dari ranking 44 menjadi 34. Ini merupakan kenaikan tertinggi di dunia,” ujar Presiden.

Kedua, pembangunan dari desa, pinggiran, dan daerah terluar yang pada akhirnya memeratakan ekonomi Indonesia. Untuk pembangunan ini, kata Presiden, pemerintah telah menggelontorkan Dana Desa hingga mencapai Rp539 triliun dari tahun 2015 hingga 2023.

Ketiga, reformasi struktural yang konsisten, terutama sinkronisasi dan penyederhanaan regulasi, kemudahan perizinan, kepastian hukum, dan pencegahan korupsi.

Menutup pidatonya, Presiden menekankan bahwa upaya meraih Indonesia Emas 2045 merupakan sebuah upaya yang berkelanjutan dalam jangka panjang.

“Ini bukan tentang siapa yang jadi presidennya. Bukan, bukan itu, bukan itu. Tapi, apakah sanggup atau tidak untuk bekerja sesuai dengan apa yang sudah kita mulai saat ini, apakah berani atau tidak, mampu konsisten atau tidak. Karena yang dibutuhkan itu adalah napas yang panjang. Karena kita tidak sedang jalan-jalan sore, kita juga tidak sedang lari sprint, tapi yang kita lakukan harusnya adalah lari maraton untuk mencapai Indonesia Emas,” tandasnya.

Jakarta [B2B]- Demographic bonuses and international trust or international trust are a big opportunity for Indonesia to win Indonesia Gold in 2045. Indonesian President Joko Widodo [Jokowi] said that the government has a strategy to take advantage of the opportunity to achieve Indonesia Gold in 2045.

This was emphasized by the President when delivering a speech at the Annual Session of the MPR RI and the Joint Session of the DPR RI and DPD RI in the context of the 78th Anniversary of the Proclamation of Indonesian Independence, in the Plenary Meeting Room, Nusantara MPR/DPR/DPD RI Building, Senayan, Jakarta, Wednesday [ 16/08] morning.

“Not only opportunities, but the strategy to achieve it already exists, has been formulated. It's just a matter of whether we want to focus our energy on moving forward, or instead waste our energy on things that are unproductive, divisive, or even make us step back," said the President.

The first strategy undertaken by the government is to prepare Indonesian human resources. The President said that in 2022 the government had succeeded in reducing the stunting rate to 21.6 percent from the previous 37 percent in 2014, increasing the Human Development Index to 72.9, and increasing the Gender Empowerment Index to 76.5.

"[The government] has prepared a total social protection budget that adds up from 2015 to 2023 of IDR 3,212 trillion, including the Healthy Indonesia Card, Smart Indonesia Card [KIP], College KIP, PKH [Family Hope Program], Staple Food Cards, and protection for the elderly, persons with disabilities, and other vulnerable groups, as well as reskilling and upskilling the workforce through Vocational Training Centers and the Pre-Employment Card Program," said the President.

Second, the government also continues to intensify industrial downstream policies which can not only increase job creation which results in national productivity but also provide maximum added value.

"This is where the role of the green and downstream economy sector is as a window of opportunity for us to achieve progress, because Indonesia is very rich in natural resources, including minerals, plantation products, marine products, as well as new and renewable energy sources," he said.

The downstream that Indonesia wants to do, said the President, is a downstream that transfers technology, takes advantage of new and renewable energy sources, and minimizes environmental impact. This downstreaming must also optimize local content, partnering with micro, small and medium enterprises (MSMEs), farmers and fishermen, so that the benefits are felt directly for the common people.

The President added, downstream was not only carried out on mineral commodities but also non-minerals such as palm oil, seaweed, coconut and other potential commodities.

"We are doing this effort and must continue. This is indeed bitter for the exporters of raw materials. It may also be bitter for state revenues in the short term. But if a large ecosystem has been formed, if the processing plant is operational, I am sure this will bear good fruit in the end, especially for the welfare of the Indonesian people," said the President.

The President gave an example, since the government implemented a policy to stop nickel ore exports in 2020, downstream nickel investment has grown rapidly. In fact, currently there are 43 nickel processing factories which will open up huge job opportunities.

The President also believes that if consistent downstreaming is carried out in various commodities, then Indonesia's per capita income y