Tenun Sumba Didaftarkan ke UNESCO sebagai Warisan Budaya

Sumba Woven Cloth Registered to UNESCO as Cultural Heritage

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Intan Permata Sari


Tenun Sumba Didaftarkan ke UNESCO sebagai   Warisan Budaya
Okke Hatta Rajasa meninjau perajin tenun Semberang (Foto: piafpan.org)

Jakarta (B2B) - Tenun Sumba akan dijadikan sebagai warisan budaya Indonesia tak benda, melalui badan organisasi PBB yang mengurusi bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya (UNESCO).

Ketua Umum Cita Tenun Indonesia Okke Hatta Rajasa mengatakan tenun asal Sumba itu telah didaftarkan ke UNESCO sejak beberapa bulan lalu, dan kini masih menjalani proses verifikasi.

"Tenun Sumba dipilih, karena jenis tenun ini memiliki perpaduan tiga jenis teknik tenun," ujar Okke kepada pers di Jakarta, Jumat (30/11).

Menurut Okke, tiga jenis teknik tenun tersebut adalah teknik datar, songket, dan ikat. Teknik datar biasanya berupa lurik, sementara songket biasanya digunakan oleh tehnik tenun asal Palembang, Padang, dan Sambas.

"Untuk teknik ikat, dimiliki oleh Ndeg Bali,Garut Bunga, dan Cual. Sementara di daerah Timur Indonesia, ada tehnik tersendiri seperti yang dimiliki tenun Sumba," ujar Okke.

Dia menilai, kolaborasi dari tiga teknik tenun ini luar biasa, sehingga menghasilkan motif yang menjadi ciri khas dan identitas masyarakat Indonesia yang harus dilestarikan.

Jakarta (B2B) - Sumba woven cloth will be made as Indonesia’s intangible cultural heritage in UN’s organization dealing with education, science, and culture (UNESCO).

Chair of Indonesia Woven Cloth Organization, Okke Hatta Rajasa, said that the Sumba woven cloth has been registered to UNESCO since several months ago and is now in verification process.

“It is selected because the woven cloth combines three types of weaving techniques,” said Okke to reporters in Jakarta (30/11).

Okke explained about the three techniques such as flat technique, songket technique, and ikat technique. Flat technique is in the form of lurik, while songket is usually used in Palembang, Padang, and Sambas.

“For ikat technique, it exists in Ndeg Bali,Garut Bunga, and Cual. In Eastern Indonesia, there is a special technique such as the one on Sumba woven cloth,” said Okke.

She assumed that the combination of these three techniques is wonderful, producing a pattern that is typical to Indonesia that must
be preserved.