Bentrokan Anggota TNI dengan Polri di Batam Disorot Media Asing

Brawls Beetween Indonesian Army dan Police have Occurs in Batam Following Oil-smuggling Raid

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Bentrokan Anggota TNI dengan Polri di Batam Disorot Media Asing
Kapolda Riau Kepulauan, Brigjen (Pol) Arman Depari dan Komandan Korem Brigjen (TNI) Bujang Zuirman menjenguk anggota TNI yang dirawat di RS Embung Fatimah Batam (Foto: tribunnews.com)

BENTROKAN antara sejumlah anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan personel Brimob Polri diduga dipicu oleh insiden yang terjadi saat penggerebekan gudang penyimpanan BBM ilegal di sebuah komplek pemukiman di Batam, Kepulauan Riau menjadi sorotan media asing, AsiaOne.

AsiaOne melansir keterangan Kapolda Kepulauan Riau Brigjen (Pol) Arman Depari mengatakan sejumlah personil Polri dari Direktorat Kriminal Umum meminta dukungan Brigade Mobil (Brimob) untuk melakukan penggerebekan di gudang penyimpanan BBM yang diduga ilegal.

"Ketika mereka tiba di lokasi itu sudah penuh sesak oleh warga, termasuk anggota TNI. Personel polisi dilaporkan melepaskan tembakan peringatan ketika mereka akan memasang garis polisi di tempat kejadian perkara," katanya seperti dilansir AsiaOne di RS Embung Fatimah di Batam, Senin.

Arman mengunjungi empat anggota TNI-AD dari Batalyon 134 Tuah Sakti yang ditembak oleh polisi saat bentrokan terjadi setelah aksi penggerebekan.

Dia mengatakan beberapa anggota TNI-AD yang terganggu oleh kehadiran Brimob saat penggerebekan kemudian pergi ke markas Brimob, yang terletak dekat Batalyon 134 Tuah Sakti. Bentrokan itu terjadi tak lama setelah mereka tiba di markas Brimob.

Sementara itu, Komandan Korem Wira Pratama 033 Brigjen TNI Bujang Zuirman menegaskan bahwa anggota TNI berada di lokasi yang diduga gudang penyimpanan BBM ilegal merasa kesal dengan tembakan peringatan yang dilepaskan polisi.

"Anggota kami pergi ke Brimob [markas] karena mereka tersinggung oleh tembakan peringatan. Mereka tidak terlibat dengan penyelundupan minyak," katanya.

Bujang mengatakan, empat anggota Batalyon 134 Tuah Sakti ditembak di paha saat bentrokan terjadi menimpa Praka Eka Basri, Prada Eko, Pratu Ari dan Pratu Hari.

"Ini [bentrokan] disebabkan oleh kesalahpahaman," katanya.

Pihak Polri dan TNI-AD mengirimkan tim investigasi internal ke Batam. Kedua pihak berjanji untuk mengambil tindakan tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan anggota mereka.

"Tim akan menyelidiki apakah terjadi pelanggaran," kata Arman.

Menurut saksi mata, bentrokan fisik terjadi sebelum anggota TNI ditembak. Seorang saksi mata mengatakan situasi sangat tegang yang disulut oleh tembakan peringatan.

"Saya meninggalkan toko karena saya takut. Situasi tenang setelah polisi militer tiba di lokasi," kata Khatab, seorang pemilik warung.

Situasi di RS Embung Fatimah juga tegang dan kini dijaga oleh personil militer.

Beberapa anggota DPR juga melakukan kunjungan ke markas Polda Kepri untuk membahas masalah tersebut secara internal.

Arman mengatakan polisi akan terus menyelidiki kasus penyelundupan minyak meskipun mereka belum menyebutkan nama tersangka atau menyita bukti dalam kasus ini.

Perkelahian antara militer dan polisi di Indonesia telah terjadi beberapa kali di masa lalu.
19 November 2013: Anggota TNI Yonif 305 menyerbu anggota Brimob yang menjaga unjuk rasa di depan kantor bupati Karawang. Enam personel Brimob menderita luka-luka dalam bentrokan tersebut.

7 Maret 2013: Hampir seratus tentara dari pusat pelatihan di Baturaja, Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, menyerang kantor polisi sehubungan dengan pembunuhan seorang prajurit pada Januari. Empat petugas polisi dan petugas kebersihan terluka; setidaknya 70 sepeda motor dan sembilan mobil juga rusak dalam insiden itu.

22 April, 2012: Enam anggota Kostrad (Pangkostrad) dan dua anggota Polri Brigade Mobil (Brimob) terluka dalam bentrokan di Gorontalo.

10 Desember 2011: Seorang anggota TNI dan personil dari Polda Sumut terluka dalam kecelakaan lalu lintas.

April 2011: Puluhan polisi bentrok dengan anggota TNI di Medan, Sumatera Utara, saat penggerebekan polisi ke sarang perjudian ilegal.

4 Juli 2010: Dua anggota polisi, satu tentara TNI dan lima warga sipil terluka ketika 30 anggota TNI menggeledah tiga pos polisi di Muara Enim, Sumatera Selatan.

THE BRAWL between some members of the Indonesian Military (TNI) and police officers was allegedly triggered by an incident that took place during an attempt to raid a suspected illegal fuel-storage facility at a housing complex in Batam, Riau Islands.

Riau Islands Police chief Brig. Gen. Arman Depari said a group of police officers from the General Crime Directorate General asked for support from the National Police´s Mobile Brigade (Brimob) to conduct a raid at the suspected location.

"When they arrived at the location it was crammed with residents, including members of the TNI. The police reportedly fired a warning shot when they were about to place a police line at the crime scene," he told at Embung Fatimah Hospital in Batam on Monday.

Arman was visiting four members of the Army from Battalion 134 Tuah Sakti who were shot by police during a brawl that happened after the attempted raid.

He said some Army members who were bothered by the presence of the Brimob during the raid later went to the Brimob´s headquarters, which is located near Batallion 134 Tuah Sakti. The brawl occurred shortly after they arrived at Brimob headquarters.

Meanwhile, commander of Wira Pratama military command post (Korem) 033 Brig. Gen. Bujang Zuirman confirmed that the Army members were at the suspected fuel-smuggling location and that they were irked by the warning shots.

"Our members went to Brimob [headquarters] because they were offended by the warning shots. They aren´t involved with oil smuggling," he said.

Bujang said the four members of Batallion 134 Tuah Sakti who were shot in their thighs during the brawl were chief Pvt. Eka Basri, First Pvt. Eko, First Pvt. Ari and First Pvt. Hari.

"This [brawl] was caused by a misunderstanding," he said.

The National Police and the Army both dispatched an internal investigation team to Batam. Both pledged to take stern action against the misconduct of their members.

"The team will investigate whether violations took place," Arman said.

According to eyewitnesses, a physical altercation occurred before the Army members were shot. An eyewitness said the situation was very tense when the shots were fired.

"I left my shop because I was afraid. The situation calmed after the military police arrived on the scene," Khatab, a stall owner, said.

The situation at Embung Fatimah Hospital was also tense as it was guarded by military personnel.

Some members of the House of Representatives also paid a visit to the Riau Islands Police headquarters to discuss the matter behind closed doors.

Arman said the police would continue investigating the oil-smuggling case although they had yet to name any suspects or confiscate any evidence in the case.

Brawls between the military and police have occurred several times in the past.

Clashes between TNI and police
Nov. 19, 2013: Soldiers from the Army Infantry Battalion (Yonif) 305 stormed members of the Brimob guarding a protest in front of the Karawang regent´s office. Six Brimob personnel sustained injuries in the attack.

March 7, 2013: Almost a hundred soldiers from a training centre in Baturaja, Ogan Komering Ulu (OKU), South Sumatra, attacked police offices in connection with the killing of a soldier in January. Four police officers and a janitor were injured; at least 70 motorcycles and nine cars were also damaged during the incident.

April 22, 2012: Six members of the Army Strategic Reserves Command (Kostrad) and two members of the National Police´s Mobile Brigade (Brimob) are injured in a clash in Gorontalo.

Dec. 10, 2011: A soldier from the Indonesian Military (TNI) and personnel from North Sumatra Police are injured in a traffic accident.

April, 2011: Dozens of police officers clash with members of the TNI in Medan, North Sumatra, when police raid an illegal gambling den.

July 4, 2010: Two members of the police, one TNI soldier and five civilians are injured when 30 TNI members ransack three police posts in Muara Enim, South Sumatra.