190 Investor Asing Berniat Hengkang dari Indonesia

190 Foreign Investors Intending to Flee from Indonesia

Reporter : Gatot Priyantono
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


190 Investor Asing Berniat Hengkang dari Indonesia
Ilustrasi: nytimes.com

Jakarta (B2B) - Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (Hippi) menyatakan sekitar 190 perusahaan asing berencana menarik investasinya dari Indonesia. Rencana hengkang tersebut terkait kenaikan upah buruh, minimnya kepastian investasi, perlindungan terhadap investor dan kebijakan investasi kurang kondusif.

"Data itu dirilis oleh Kementerian Perindustrian pada Mei 2013, kondisi ini jelas mempengaruhi perekonomian nasional," kata Ketua Umum Hippi, Suryani Sidik F Motik di Jakarta, Rabu (8/5).

Suryani mengaku prihatin dengan rencana ratusan perusahaan asing tersebut, karena sebagian besar adalah perusahaan padat karya. Akibatnya, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia akan meningkat sementara hingga Februari 2012, jumlahnya mencapai 7,61 juta orang.

Hippi menilai, katanya lagi, apabila pemerintah tidak serius menyikapi hal ini akan mengakibatkan meningkatnya pengangguran dan berdampak pada masalah sosial yang lebih pelik terhadap stabilitas nasional.

Jakarta (B2B) - Indonesian Indigenous Businessmen Association (Hippi) said about 190 foreign companies plan to attract investment from Indonesia. Plans to leave the related increase in labor costs, lack of investment certainty, protection of investors and investment policies are less conducive.

"The data released by the Ministry of Industry on May 2013, these conditions obviously affect the national economy," said Chairman Hippi, Sidik F Suryani Motik in Jakarta, Wednesday (8/5).

Suryani admitted concern with the plans of hundreds of foreign companies, because most of it is labor-intensive enterprises. As a result, the rate of open unemployment in Indonesia will increase temporarily until February 2012, the number reached 7.61 million people.

Hippie assess, he said, if the government is not serious about addressing this would result in increased unemployment and social impact on the harder issues to national stability.