Banjir Tetap Intai Jakarta, Penyebabnya Lebih Kompleks
Flooding Keep Pidgin Jakarta, Cause the More Complex
Reporter : Rizki Saleh
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
Jakarta (B2B) - Jakarta tidak akan bebas banjir secara mutlak, karena berbagai upaya penanggulangannya selalu kalah cepat dibandingkan faktor penyebabnya. upaya pengendalian banjir hingga 2014 ternyata belum akan menuntaskan titik banjir yang ada.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menilai dimensi dan masalah banjir di Jakarta terus meningkat. Selain faktor alam, faktor antropogenik berperan mengakibatkan banjir.
"Pada periode sebelum tahun 1970-an faktor alam penyebab dominan. Sesudah itu, penyebab banjir menjadi lebih komplek. Kombinasi alam dan antropogenik menjadi penyebab banjir," kata pakar hidrologi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Minggu (23/12).
Sebagaimana diketahui, pada Minggu (23/12) sekitar pukul 03.00 daerah di Kelurahan Makasar, Bidara Cina, Kampung Melayu, Cawang, Kramat dan lainnya di bantaran Ciliwung hilir terendam banjir hingga satu meter.
Jakarta (B2B) - Jakarta will not absolutely flood free, because many mitigation efforts always lose faster than a contributing factor. Flood control efforts until 2014 apparently will not solve existing flooding point.
Head of Data, Information and Public Relations of the National Agency for Disaster Management (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho assess the dimensions and the problem of flooding in Jakarta continues to increase. Besides natural factors, anthropogenic factors play resulting in flooding.
"In the period prior to the 1970's the dominant factor of natural causes. Subsequently, causing flooding becomes more complex. Combination of natural and anthropogenic causes flooding," said the expert in hydrology from the Agency for the Assessment and Application of Technology (BPPT), Sunday (23/12).
As is known, on Sunday (23/12) around 03.00 in the village area of Makassar, Bidara China, Kampung Melayu, Cawang, Kramat and other Ciliwung riverbank downstream submerged up to one meter.
