Jakarta (B2B) - Sebagai calon presiden 2014, Aburizal Bakrie memiliki tiga kelemahan. Pertama, tidak aktif di media sosial. Kedua, kasus lumpur Lapindo dan ketiga adalah ´bayang-bayang´ sosok Jusuf Kalla sebagai penantangnya apabila dipinang partai politik lain.

Pakar komunikasi Universitas Indonesia, Effendi Ghazali menguraikan tiga kelemahan Aburizal Bakrie yang akrab disapa Ical meskipun disokong intensitas tinggi tayangan iklan di stasiun televisi berita miliknya. 

"Ical menonjolkan isu kesejahteraan, pendidikan, negara kesatuan, sosok pahlawan tapi tayangan iklan itu belum memperlihatkan pergerakan sosialnya," kata Effendi usai membahas kuliah umum tentang pencalonan Aburizal Bakrie sebagai presiden pada Pemilu 2014 di Jakarta, Senin (29/4).

Menurut Effendi, dalam iklan politik tersebut, Ical memang tampak menemui rakyat maupun sambutan rakyat terhadap ketua umum Partai Golkar tersebut. Namun tayangan tersebut tidak memperlihatkan ´ketulusan´ dan yang tampil sekadar upaya pendekatan tokoh partai kepada rakyat pemilih.

Kelemahan pertama, tim sukses Ical kurang aktif di media sosial. Padahal, media sosial dinilainya sebagai salah satu wadah yang bagus dalam meningkatkan penerimaan publik terhadap sosok Ical.

Kelemahan kedua Ical, menurut Effendi adalah isu lumpur Lapindo yang sampai hari ini korban lumpur masih menuntut kejelasan dari Bakrie Group tentang uang ganti rugi.

"Kelemahan ketiga pada bayang-bayang Jusuf Kalla yang dikesankan publik erat dengan Golkar dan masih berpeluang maju sebagai calon presiden. Meskipun Golkar sudah mendeklarasikan Ical sebagai satu-satunya calon presiden," ungkap Effendi.

Dia mengingatkan apabila ketiga kelemahan Ical bisa digarap dengan baik menjadi nilai tambah Partai Golkar maka dapat menjadi presiden kedua dari Sumatera setelah Syafruddin Prawiranegara.