Kerusuhan Nabire Terjadi karena Petinju Lokal Kalah

Nabire Riot Started after Local Boxer Lost to Visitor

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Kerusuhan Nabire Terjadi karena Petinju Lokal Kalah
Yanus Manibui dan istrinya Anance Woyaa dalam busana pengantin. Keduanya tewas di stadion (kiri), jenazah kedua mendiang di rumah duka (atas) dan suasana aula pasca kerusuhan (Foto2: Mail Online)

SEKITAR 18 penonton terinjak-injak sampai mati dan 38 orang lainnya dalam kondisi kritis setelah kerusuhan pecah saat berlangsung pertandingan tinju.

Sekitar 1.500 penonton yang berdesakan dalam sebuah aula olahraga di kota Nabire, untuk menonton pertandingan tinju amatir. Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo mengatakan stadion memiliki kapasitas 500 sampai 600.

Namun ketika petinju Alvius Rumkorem dinyatakan sebagai pemenang atas favorit lokal Yulius Pigome, penonton pun mengamuk diikuti lemparan kursi dan botol ke arah juri pertandingan sebelum pendukung kedua petinju saling mengejek.

Ketika terjadi keributan, penonton pun berhamburan keluar aula, sehingga banyak penonton yang terinjak-injak. Polisi mengatakan itu hanya dua pintu keluar yang bisa digunakan saat keributan terjadi.

Polisi mengatakan 18 penonton tewas - 11 pria dan tujuh wanita - tetapi - dengan sekitar 40 luka-luka dalam daftar kritis di rumah sakit setempat - korban tewas diperkirakan akan meningkat.

Korban yang kondisinya paling kritis adalah penonton wanita.

Sebanyak 84 petinju berpartisipasi dalam Kejuaraan Piala Bupati yang dimulai pada 9 Juli.

Kerusuhan terjadi setelah final kelas 58kg antara antara Alvius Rumkorem dan Yulianus Pigome, yang dikatakan Menteri Suryo berasal dari suku yang berbeda, seperti dilansir Mail Online.

Poin kemenangan yang diberikan oleh juri pertandingan kepada Rumkorem memicu protes dari pendukung Pigome.

Polisi dan tentara dikerahkan untuk menghentikan keributan, katanya, seraya menambahkan bahwa petugas menyelidiki kasus ini dengan menanyai 12 orang saksi - lima orang panitia penyelenggara dan penyelenggara dan tujuh saksi.

AT LEAST 18 spectators were trampled to death and 38 others were fighting for their lives after a riot broke out over a boxing match. Youth and Sports Minister Roy Suryo said the stadium has a capacity of 500 to 600, he said.

About 1,500 fans were crammed into a sports hall in the town of Nabire in Indonesia to watch an amateur fight.

But when visiting boxer Alvius Rumkorem was declared the winner over local favourite Yulius Pigome, fans erupted and chairs and bottles were thrown at the judges before supporters turned on one another.

In a stampede for the doors, scores were trampled. Police said it had only two working exits.

Police said that they had recovered 18 bodies – 11 men and seven women – but – with around 40 injured on the critical list at a local hospital – the death toll is expected to rise.

Many of the most seriously injured were said to be women.

A total of 84 boxers participated in the Bupati (Regent) Cup Championships which started on July 9.

The riot happened after the final of the 128lb (58kg) division between Alvius Rumkorem and Yulianus Pigome, who Mr Suryo said are from different tribes.

Points awarded by a panel of judges to Rumkorem triggered protests by Pigome supporters.

Police and soldiers were deployed to stop the fighting, he said, adding that officers investigating the case have questioned 12 people - five organisers and seven witnesses.

Nabire, about 2,000 miles (3,200km) east of Jakarta, is on Cendrawasih Bay on the north coast of Papua.