Pilpres 2014 Jangan Disamakan Perang Badar: MUI

Indonesian Presidential Race Not War of Badr: MUI

Reporter : Rizki Saleh
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Pilpres 2014 Jangan Disamakan Perang Badar: MUI
Din Syamsuddin (Foto: republika.co.id)

Jakarta (B2B) - Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin menilai sebagai sesuatu yang berlebihan jika Pilpres 2014 disamakan dengan Perang Badar, perang antara kaum Muslimin dengan orang kafir di masa Nabi Muhammad. 

"Saya pribadi tidaklah berpandangan demikian (Pilpres 2014 sama dengan Perang Badar). Perang Badar sendiri merupakan peperangan antara Muslimin dan Musyrikin (orang syirik yang menyekutukan Allah). Sementara pasangan yang bersaing dalam kontestasi pilpres itu antara Muslim dan Muslim. Kurang arif jika digolongkan seperti itu, hal itu tidak perlu," kata Din di kantor MUI, kawasan Monumen Proklamasi, Jakarta, Kamis. 

Din justru mendorong masyarakat, terutama orang Islam yang memiliki hak pilih, untuk menggunakan hak pilihnya dalam Pilpres 2014 tanpa harus terprovokasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Terlebih belakangan banyak beredar kampanye hitam yang menggunakan isu SARA. 

Menurut dia, isu-isu itu sangat sensitif dalam memecah belah persatuan umat, terutama di periode jelang pemungutan suara Pilpres 2014. 

"Janganlah terjebak pada permusuhan dan pertentangan menuju perpecahan. Silakan tentukan pilihannya masing-masing sesuai fatwa kalbu masing-masing," kata dia. 

Sebagaimana diberitakan, Ketua Majelis Pertimbangan Pusat Partai Amanat Nasional Amien Rais mengatakan pihaknya akan menggunakan mental Perang Badar dalam menghadapi pemilu presiden ini. 

Partai berlambang matahari itu sendiri tergabung dalam koalisi yang mendukung pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, rival dari Joko Widodo- Jusuf Kalla. 

Wakil Ketua Umum PAN Drajad Wibowo meluruskan pernyataan Amien Rais terkait Perang Badar. Menurut dia, pernyataan seniornya dipelintir oleh berbagai pihak. 

Di lain pihak, cawapres Jusuf Kalla menyesalkan pernyataan Amien Rais yang menyamakan pemilu presiden dengan Perang Badar. 

"Jangan selalu berbicara permusuhan, kami menyesalkan yang mengatakan pemilu adalah Perang Badar. Indonesia jangan dijadikan seperti Afghanistan, Mesir atau Suriah. Kita ini damai," kata pria yang akrab disapa JK tersebut.

Jakarta (B2B) - Indonesian Council of Ulemas (MUI) declared it was too much to liken the upcoming presidential election as a "War of Badr" between Muslims and infidels during Prophet Muhammads era.

"Personally, I do not agree with it. The War of Badr is a war between Muslims and polytheists, while those who are contesting in the next election are all Muslims. So, it is unwise to liken the election to a War of Badr, and it is also unnecessary," General Chairman of the MUI, Din Syamsuddin  at the MUI headquarters here on Thursday.

He said he urged the people, especially Muslims who are eligible to vote, to use their right in the election and not be provoked by irresponsible parties, especially now before the election when sensitive issues of religious, racial, tribal and group differences, locally known as "SARA," have been used for malicious campaigning.

"Let us not be trapped into animosity and conflicts that can lead to divisions. Let everyone choose according to his/her conscience," he said.

Previously reported, The chairman of the advisory board of the National Mandate Party (PAN), Amien Rais, had previously called for the use of the spirit of the War of Badr in the upcoming election. 

PAN is one of the political parties that support the Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, the presidential and vice presidential candidate pair, for the election. Hatta Rajasa is the general chairman of PAN.

Meanwhile, PANs deputy general chairman Drajad Wibowo has accused certain parties of spinning Amien Rais statement.

Jusuf Kalla, the running mate of Joko Widodo (Jokowi) who is Prabowos rival in the election, has deplored Amie Rais statement.

"Let us not talk about animosity. We regret the statement about the War of Badr. Indonesia must not be turned into Afghanistan, Egypt or Syria. We love peace," he said.