Program Reformasi Jokowi akan Dijegal Oposisi yang Dominasi DPR

Indonesia Inaugurates Parliament Likely to Curb Widodo`s Reforms

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Program Reformasi Jokowi akan Dijegal Oposisi yang Dominasi DPR
Foto: istimewa

Jakarta (B2B) - Program reformasi presiden terpilih, Joko Widodo untuk menjadikan Indonesia sebagai raksasa ekonomi di kawasan Asia Tenggara bakal dihambat oleh partai oposisi yang mendominasi kursi di DPR.

Joko Widodo, mantan gubernur DKI Jakarta, yang terpilih sebagai presiden pada Juli lalu, menjadi presiden dari negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, sebelumnya presiden di Indonesia berasal dari militer dan elit politik.

Pendekatan langsung Jokowi kepada rakyat dan pemilihnya memikat perhatian rakyat untuk memilihnya, dan investor domestik maupun asing pun menyambut kemenangannya terbukti dari melambungnya indeks harga saham gabungan (IHSG) di lantai bursa ke rekor tertinggi.

Namun setelah Pemilu legislatif dan pelantikan anggota DPR, tampaknya Jokowi hanya dapat mengandalkan koalisi minoritas, serta menghadapi tekanan di internal partai, tampaknya perjalanan politik Jokowi ke depan tidaklah ringan.

"Presiden Indonesia yang baru Joko Widodo diharapkan mampu membuktikan dirinya sebagai seorang pemimpin transformasional, dengan dampak positif besar pada ekonomi dan meningkatkan kepercayaan investor," kata broker lokal Mandiri Sekuritas.

"Namun ia membutuhkan dukungan parlemen, dan tampaknya sulit mengimbangi dominasi oposisi."

Dukungan Parlemen
Hari ini 560 anggota DPR dilantik di tengah penjagaan ketat dari polisi di Jakarta.

Lebih dari separuh anggota DPR periode 2014-2019 adalah pendatang baru, termasuk sejumlah tersangka korupsi dan dan selebriti, setelah sejumlah anggota DPR periode lalu gagal terpilih kembali karena terganjal dugaan korupsi dan inefisiensi.

Menurut survei Transparency International 2013, DPR dinilai akan lebih dipengaruhi oleh korupsi dari lembaga lain di Indonesia, seperti dilansir MailOnline.

DPR periode lalu minim prestasi dalam hal melahirkan undang-undang, dan hanya mampu membuat 126 undang-undang selama lima tahun, hanya separuh dari target legislasi.

Namun DPR periode ini bakal lebih kuat pengaruhnya pada eksekutif.

Kubu oposisi di parlemen yang dipimpin oleh partai dari calon presiden gagal Prabowo Subianto, menguasai lebih 60% kursi di parlemen.

Program pembangunan Joko Widodo bakal diganjal banyak isu strategis, seperti pemotongan subsidi BBM, dan itu bakal mempengaruhi posisi pemerintahannya di mata rakyat.

Koalisi Prabowo mencetak kemenangan besar menjelang berakhirnya DPR periode lalu, setelah partai pengusung Jokowi, PDIP diperkirakan gagal mengantar kadernya meraih jabatan ketua DPR.

Ketua DPR yang didukung partai oposisi bakal 'menyandera' program pemerintahan Jokowi melalui dominasi di DPR.

Jakarta - Indonesia inaugurated a new, opposition-dominated parliament on Wednesday, one that is expected to obstruct incoming president Joko Widodo's ambitious reforms for Southeast Asia's biggest economy.

Widodo, the popular former governor of the capital, Jakarta, narrowly won an election in July, becoming the first businessman to become president of the world's third-largest democracy, a post previously held by members of the military or political elite.

Widodo's direct approach and success in cutting red tape appealed to ordinary voters and investors who welcomed his victory by pushing the stock market to a record high.

But with the convening of the new parliament, where Widodo can only count on a minority coalition, as well as with pressures within his own camp, the honeymoon looks to be over.

"Indonesia's new president Joko Widodo is expected to prove himself a transformational leader, with a massive positive impact on the economy and hence equity values," local brokerage Mandiri Sekuritas said in a report.

"However he needs parliamentary support, and the risks of his not getting that are rising significantly now."

Not Enough Support
The main lawmaking body of Indonesia, known locally as the House of Representatives or DPR, swore in 560 members amid tight security in central Jakarta.

Over half the new MPs are fresh faces, including a sprinkling of corruption suspects and celebrities, after many failed to get reelected due to track records tainted by graft and inefficiency.

According to a 2013 Transparency International survey, parliament is perceived to be more affected by corruption than any other institution in the country.

The last house passed only 126 bills over five years, about half its original target, according to media.

But parliament can be a powerful check on the executive branch of government.

The opposition camp in parliament is led by failed presidential candidate Prabowo Subianto's party, and controls over 60 percent of seats.

It takes issue with many of Widodo's plans, such as cutting fuel subsidies, and it has already been giving him a taste of what looks to be in store.

Prabowo's coalition scored a major victory in the dying days of the old parliament session by depriving Widodo's Indonesian Democratic Party-Struggle of the coveted parliament speaker position.

A hostile speaker and opposition bloc could hold the government's programmes "hostage" by hijacking debate, Widodo's allies fear.