Konser Salam Dua Jari, Puncak Kampanye Jokowi - JK di Mata Media Asing
Jokowi Rallies Supporters Ahead of Indonesian Presidential Race
Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi
 b.jpg)
Jakarta (B2B) - Calon presiden Joko Widodo berjanji untuk membuat sebuah "sejarah baru" bagi Indonesia pada kampanye besar, Sabtu, dalam kampanye terakhir untuk memenangkan suara rakyat dalam pemilihan presiden Indonesia yang berlangsung ketat.
Puluhan ribu pendukung Jokowi bersorak-sorai melambaikan bendera dihiasi foto-foto Jokowi Widodo, yang akrab disapa Jokowi, di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta pada hari terakhir kampanye sebelum Pemilihan Presiden (Pilpres) yang berlangsung pada Rabu (9/7), seperti dilansir Yahoo News.
Para pendukung dari Prabowo Subianto, menggelar pawai untuk menunjukkan dukungan mereka di seluruh Indonesia, sementara mantan jenderal TNI tersebut bersiap mengikuti debat di televisi pada Sabtu malam yang disiarkan secara langsung.
Pada kampanye tersebut, Jokowi - tampil sebagai tokoh pembaharu di sebuah negara yang masih didominasi oleh tokoh-tokoh dari era Suharto - mengatakan kepada kerumunan bersorak: "Kita akan membangun sejarah baru bagi negeri ini."
Gubernur Jakarta nonaktif itu menegaskan bahwa kampanye negatif tidak menggoyahkan niatnya untuk menjadi presiden setelah "dihantam berbagai fitnah tapi kami pantang mundur karena kami meyakini masa depan Indonesia."
Dia merujuk kepada gencarnya kampanye negatif pada dirinya yang telah mengikis popularitasnya, termasuk bahwa ia bukan seorang Muslim, isu yang sangat sensitif di indonesia, sebagai negara dengan penganut muslim terbesar di dunia.
Serta kampanye hitam, sehingga mendongkrak elektabilitas Prabowo, didukung dana besar kampanye, kontras dengan kinerja tim kampanye Jokowi.
Sebelum Jokowi berpidato, puluhan penyanyi dan band tampil secara gratis untuk menunjukkan dukungan mereka. Mulai Minggu, KPU menetapkan larangan kampanye hingga hari pemungutan suara pada 9 Juli mendatang.
Kemudian pada Sabtu malam, kedua capres dan cawapres akan tampil dalam debat yang disiarkan langsung di televisi, mengangkat tema pangan, energi dan lingkungan.
Widodo dan pasangannya, mantan wakil presiden Jusuf Kalla, tampak lebih energik dan tampak bahwa Jokowi lebih menguasai materi debat ketimbang Prabowo dan wakilnya, Hatta Rajasa, dengan beberapa pernyataan tajam dan frontal.
Dalam pernyataan penutup debat, Jokowi berjanji untuk "membawa perubahan, terobosan" untuk Indonesia, sementara Prabowo berjanji untuk "memprioritaskan kesejahteraan dan kedaulatan".
"Jokowi dan Kalla tampak lebih baik," kata Tobias Basuki, pengamat CSIS seraya menambahkan bahwa pasangan rivalnya "tampaknya tidak menguasai materi debat."
Tampil sebagai tokoh di luar lingkaran Soeharto, Jokowi juga mendapat pujian dari masyarakat sebagai pemimpin yang tidak tersandera kasus korupsi seperti pada kubu lawan politiknya.
Kontras dengan Prabowo, tokoh militer di zaman Soeharto yang mengaku memerintahkan penculikan aktivis demokrasi, tetapi dia telah memenangkan lebih banyak pemilih dengan berjanji untuk menjadi seorang pemimpin yang kuat.
Jokowi tengah berjuang untuk mempertahankan selisih elektabilitasnya yang melorot beberapa persen dari jajak pendapat beberapa bulan lalu, dan lembaga survei selisih elektabilitas kedua capres makin tipis.
Jakarta (B2B) - Presidential hopeful Joko Widodo pledged to build a "new history" for Indonesia at a huge campaign rally Saturday, a last push to win votes in a tight election race.
Tens of thousands of cheering supporters waved flags emblazoned with pictures of Widodo, known by his nickname Jokowi, at Jakarta's main stadium on the final day of campaigning before Wednesday's election.
Backers of his only rival, Prabowo Subianto, were holding rallies to show their support across the country, although the ex-general took time out to prepare for a TV debate in the evening.
At the rally, Widodo -- seen as a fresh face in a country still dominated by figures from the autocratic Suharto era -- told the cheering crowd: "We are on the verge of building a new history."
The Jakarta governor added that his push for the presidency had been "hit by smear campaigns but we didn't fall apart because we truly believe in the Republic of Indonesia".
He was referring to a flood of negative attacks on him that have eroded his popularity, including that he is not a Muslim, a damaging charge in the world's most populous Muslim-majority country.
As well as the smear campaigns, Prabowo has extended his lead due to a slick, well-funded campaign, a contrast with Widodo's often disorganised effort.
Before Widodo's speech, dozens of singers and bands performed for free to show their support. From Sunday, no more campaigning is allowed before the vote.
Later Saturday, the candidates and their running mates clashed in the last of five televised debates, which focused on food, energy and the environment.
Widodo and his running mate, former vice-president Jusuf Kalla, appeared more energetic and commentators said they outclassed Prabowo and his deputy, Hatta Rajasa, with several well-judged attacks.
In their closing statements, Widodo pledged to "bring change, breakthrough" to Indonesia, while Prabowo vowed to "prioritise welfare and sovereignty".
"Jokowi and Kalla looked better," said Tobias Basuki, an analyst from Jakarta-based think-tank the Centre for Strategic and International Studies, adding the other pair "seemed to have lost their composure".
As well as being seen as a break from the era of dictator Suharto, Widodo has also won plaudits for his common touch and being a clean leader in a graft-ridden country.
Prabowo in contrast was a top military figure in the Suharto epoch who admitted ordering the abduction of democracy activists, but he has won over many voters by pledging to be a strong leader.
Widodo is fighting to hold on to a poll lead of a few percentage points, down from a huge margin several months ago, and pollsters say the race is now too close to call.