Jakarta (B2B) - Media massa di Indonesia diimbau tidak menjadikan koruptor bagaikan selebriti. Pasalnya, apabila awak jurnalis bertanya macam-macam akan terjadi 'glorifikasi' oleh para koruptor untuk membenarkan tindakannya mencuri uang rakyat.

"Koruptor tidak perlu ditanyai banyak hal oleh wartawan, selain kasus korupsi yang menyeret dia untuk menjalani hukuman. Jangan jadikan mereka serupa selebriti. Beri mereka malu agar ada efek jera," kata mantan Menteri Koordinator Perekonomian Nasional
, Rizal Ramli dalam diskusi 'Pemuda Anti Korupsi' di Jakarta, Senin (3/6).

Hingga saat ini, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menetapkan ratusan tersangka. Mereka terdiri atas 72 tersangka dari anggota DPR, empat duta besar, tujuh tersangka dari kementerian, 110 tersangka pejabat tingkat eselon satu dan eselon dua, sembilan gubernur, 32 walikota, tujuh komisioner lembaga pemerintah, enam orang hakim, 77 tersangka dari perusahaan swasta dan 36 tersangka dari kalangan lain-lain.

"Dengan memberikan panggung berarti ada glorifikasi atas mereka, sehingga tidak ada efek jera atau rasa malu, akhirnya dampak sosial juga tidak terasa oleh mereka," ungkap Rizal Ramli.

Pendapat senada dikemukakan Direktur Pemberitaan LKBN Antara Akhmad Kusaeni bahwa 'glorifikasi' dan 'glamorisasi' akan menjadi cerminan bahwa korupsi merupakan hal yang biasa, sehingga masyarakat berisiko akan permisif terhadap tindak pidana korupsi.

"Harus ditambahkan hukuman sosial untuk mereka dan jangan sampai televisi memperlihatkan dan menggambarkan koruptor dalam keadaan bahagia," kata Akhmad Kusaeni yang mewakili pihak media massa dalam diskusi tersebut.