SBY Akui di-`Bully` sekaligus Terima Kasih pada Pers

Yudhoyono Admit `Bullied` also Thanked to the Press

Reporter : Rizki Saleh
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


SBY Akui di-`Bully` sekaligus Terima Kasih pada Pers
Ilustrasi: abc.net.au

Jakarta (B2B) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengucapkan terima kasih kepada media massa yang mendorongnya untuk menjadi lebih baik dalam melaksanakan tugas pemerintahan, meskipun dia juga menjadi salah satu korban pers.

"Saya adalah korban dari pers, tapi saya juga akan berterima kasih kepada pers," kata Presiden SBY pada pertemuan dengan pengurus pusat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Rabu (23/10).

Presiden mengatakan banyak hal bisa saja terjadi apabila pers tidak melakukan kritik atau kecaman sejak hari pertama dia menjabat sebagai Presiden RI - termasuk kemungkinan pemerintahannya dijatuhkan.

"Saya bisa saja arogan dan ceroboh dalam membuat keputusan, atau mungkin saja saya mengeluarkan kebijakan yang aneh-aneh," kata Presiden.

Pada kesempatan tersebut, Presiden menyesalkan sejumlah pemberitaan di media massa, khususnya berita yang menggunakan sumber tidak jelas, atau memanfaatkan media sosial sebagai sumber berita yang tidak layak dipercaya, berita rentan terhadap fitnah, pengadilan oleh pers, dan berita tidak berimbang.

Presiden memberi contoh tentang pengangkatan Komjen Sutarman sebagai pengganti Kapolri Jenderal Timur Pradopo. Berita tersebut menyebutkan, kata Presiden, pemilihan Sutarman merupakan hasil dari lobi seseorang kepadanya.

Presiden mengatakan berita tersebut tidak benar. Ia menegaskan, sesuai dengan undang-undang dan peraturan, pihak yang mengusulkan nama calon Kapolri adalah Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) dan Kapolri yang sedang menjabat, dengan mengajukan nama secara tertulis kepada Presiden.

Jakarta (B2B) - President Yudhoyono thanked the press for prompting him to better his performance, but said he had fallen victim to the press.

“I am a victim of the press, but I would also thank the press,” the president told the Indonesian Journalists Association in Banjarbaru, South Kalimantan, on Wednesday (23/10).

The president said many things could have happened if the press had not slammed him since the first day he took office—including possible downfall of his governance.

“I could have been arrogant and sloppy in making decisions, or perhaps I could have issued strange policies,” the president said.

On this occasion, the president lamented about the news by mass media, particularly news produced using unclear sources, utilizing social media as an unreliable source of news, news prone to slander, judging news, and news made bereft of cross-check examinations.

The president took for example the news on the appointment of Comr. Gen. Sutarman as the sucessor of national Police chief Gen. Timur Pradopo. The news, the president said, mentioned that Sutarman was the result of someone’s lobbying him as opposed to being proposed by the national police chief.

The president said the news was false. He asserted, according to the law and procedures, a national police chief candidate must be proposed by a national police chief and the National Police Commission.