Depresiasi Rupiah kian Mengkhawatirkan
Rupiah Depreciation Raises Concerns
Reporter : Gatot Priyantono
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
 b.jpg)
Jakarta (B2B) - Kalangan pengusaha mulai resah dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang berpotensi meningkatkan beban usaha, khususnya perusahaan-perusahaan yang memiliki ketergantungan terhadap bahan baku impor.
Diperkirakan realisasi kinerja hingga akhir tahun berpotensi lebih buruk dibandingkan tahun lalu.
Salah satu sektor industri yang sangat sensitif terhadap depresiasi nilai tukar rupiah adalah farmasi.
Direktur PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Vidjongtius mengatakan, depresiasi rupiah terhadap dolar AS yang terjadi saat ini, akan berdampak pada keuangan perseroan dalam tiga bulan- empat bulan ke depan.
Jakarta (B2B) - Businesses -and enterprises that are highly dependent on raw material imports—are starting to become restless with the weakening of rupiah against United States (US) dollar, since rupiah slip may increase operating costs. It is estimated that these companies’ performances may worsen this year as compared to last year.
One of the industrial sectors that are sensitive towards rupiah depreciation is the pharmaceutical industry. Vidjongtius, Director of Kalbe Farma Tbk (KLBF), said the current rupiah depreciation will affect the company’s finances in the next three to four months. Kalbe Farma’s raw material for production is 95 percent imported.
Vidjongtius expects rupiah not to weaken more than Rp 10,000 per US dollar in order to avoid further increase of pharmaceutical raw material costs.
