Presiden Turki Anggap Kudeta `Berkah dari Tuhan` untuk Kuasai Militer

´The Coup is Gift from God´: Erdogan Uses Botched Rebellion to Start Purge

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Presiden Turki Anggap Kudeta `Berkah dari Tuhan` untuk Kuasai Militer
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kiri) massa pendukungnya berkumpul di pusat kota Istambul untuk mendukung Erdogan (kanan) dan penangkapan tentara yang terlibat upaya kudeta (inset) Foto2: MailOnline

PRESIDEN Turki Recep Tayyip Erdogan menggambarkan upaya kudeta militer sebagai 'berkah dari Tuhan' karena akan memberinya peluang untuk 'membersihkan' angkatan darat.

Pemimpin Islam garis keras berhasil mendekati pusat kekuasaan setelah melakukan pendekatan politis atas FaceTime bersama pendukungnya untuk menghadapi militer yang berusaha untuk merebut lokasi strategis di Istanbul dan Ankara.

Erdogan, yang berada di Marmaris di pantai Mediterania pada saat itu, dibantu seorang wartawan yang menyiarkan langsung seruannya kepada rakyat Turki untuk tetap mendukungnya sebagai pemimpin.

Setelah kembali ke Istanbul semalam menggunakan pesawat jet milik pemerintah, Turkish Government Gulfstream IV, Erdogan tampil di depan pendukungnya sementara pasukan militer yang mendukungnya melancarkan pembersihan pada semua pihak yang dituduh tidak setia pada Erdogan.

Erdogan menyempatkan diri tampil di depan rakyat pendukungnya dengan pernyataan singkat membuat dengan pengawalan ketat dari para petugas bersenjata, ia mengatakan berkata: "Mereka akan dihukum berat setelah berupaya melakukan kudeta. Pemberontakan ini adalah hadiah dari Tuhan karena dapat menjadi alasan kuat untuk membersihkan angkatan darat."

Setidaknya 265 orang tewas dalam bentrokan antara pasukan bersenjata dan polisi. Sejumlah warga sipil termasuk di antara korban tewas.

Pemimpin pemberontak Jenderal Erdal Ozturk, yang memimpin pasukan bersenjata di Istanbul telah ditangkap dan didakwa dengan tuduhan pengkhianatan. Kantor berita yang dikelola negara Anadolu mengatakan komandan Angkatan Darat Kedua, yang menjaga perbatasan dengan Irak, Suriah dan Iran juga telah ditahan.

Banyak tentara yang mendukung aksi kudeta militer telah ditangkap oleh pendukung Erdogan.

Presiden menuduh komplotan tersebut menjadi bagian dari konspirasi yang dipimpin oleh mantan sekutunya Fethullah Gulen, yang berada di Pennsylvania. Tokoh agama yang bermukimn di AS menuduh Erdogan telah memimpin kudeta atas dirinya untuk menjadi pembenaran terhadap aksi pembersihan di tubuh militer.

Dalam pidatonya di depan para pendukungnya, ia mengungkapkan bagaimana ia hampir dibunuh saat liburan. Dia mengatakan: 'Mereka mengebom tempat saya berangkat dari kanan setelah saya pergi. Mereka mungkin berpikir kami masih ada."

Sejumlah tank militer dihentikan oleh pendukung Erdoga setelah berupaya menguasai bandara Ataturk di Istambul setelah warga sipil berbaring di jalan untuk mencegah tank militer melintas.

Data pada Flight Radar 24 memperlihatkan pesawat jet yang ditumpangi Erdogan berputar-putar di atas sebuah bandar udara di selatan Turki hingga situasi aman untuk melakukan pendaratan.

Setelah ia keluar dari jet, Erdogan mengumumkan kudeta itu berakhir sebelum menuding tentara pemberontak sebagai 'pengkhianat'.

Para pejabat Turki mengklaim beberapa komplotan yang berbasis di pangkalan udara Incirlik di timur selatan negara itu dari mana militer AS sedang melakukan misi pengeboman terhadap ISIS di Suriah utara.

Puluhan ribu pendukung rezim berkumpul di kota-kota di seluruh Turki dengan Perdana Menteri Binali Yildirim menyatakan mereka yang mendukung kudeta 'akan menerima hukuman setimpal'.

Dia dan Erdogan memiliki wewenang untuk mencabut larangan hukuman mati sehingga mereka yang terlibat dalam kudeta terancam eksekusi mati.

Delapan anggota dari kelompok kudeta melarikan diri ke Yunani menggunakan helikopter Blackhawk curian.

PM Yunani Alexis Tsipras mengatakan persyaratan suaka kepada delapan orang tersebut akan ditangani dengan 'cepat'.

Soner Cagaptay, direktur penelitian Turki di The Washington Institute mengatakan kekuatan politik Erdogan makin kuat pasca kudeta, seperti dilansir MailOnline.

Dia mengatakan presiden itu sekarang menjadi 'semacam tokoh mitos'.

Cagaptay mengatakan: "Ini akan memungkinkan dia (Erdogan) untuk menindak kebebasan, kebebasan berserikat, berkumpul, berekspresi dan mengontrol media massa dengan cara-cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya dan mencari dukungan publik yang kuat di dalam negeri."

Fadi Hakura, seorang pakar Turki di Chatham House think tank di London, mengatakan kudeta tampaknya 'dilakukan oleh para perwira berpangkat rendah.'

'Keluhan utama mereka pada kekuasaan Presiden Erdogan untuk mengubah kekuasaan politik menjadi presiden eksekutif kuat dan terpusat. Dalam jangka pendek, rencana kudeta yang gagal ini akan memperkuat Presiden Erdogan.'

TURKISH president Recep Tayyip Erdogan has described the attempted military coup as a 'gift from God' as it will allow him to 'cleanse' the army.

The hard-line Islamist leader managed to cling onto power after making a dramatic appeal over FaceTime for his supporters to confront the military who attempted to seize strategic locations in Istanbul and Ankara.

Erdogan, who was in Marmaris on the Mediterranean coast at the time, rang a journalist who put him live on air to make his dramatic appeal for support.

After returning to Istanbul overnight on the Turkish Government Gulfstream IV jet, Erdogan addressed jubilant followers as his security forces launched their purge on elements accused of disloyalty.

Erdogan made a brief public appearance amid a phalanx of heavily-armed bodyguards, he said: 'They will pay a heavy price for this. This uprising is a gift from God to us because this will be a reason to cleanse our army.'

At least 265 people were killed in clashes between the armed forces and police. Scores of civilians were among the dead.

Rebel leader General Erdal Ozturk, who commands armed forces in Istanbul has been arrested and charged with treason. The state-run news agency Anadolu said the commander of the Second Army, which guards the borders with Iraq, Syria and Iran has also been detained.

Many soldiers who participated in the coup have been beaten up by Erdogan's supporters.

The President accused the plotters of being part of a conspiracy led by his former ally Fethullah Gulen, who is based in Pennsylvania. The US-based preacher accused Erdogan of staging the coup himself to justify his purge.

In his address to his fanatical following, he revealed how he was almost assassinated while on holiday. He said: 'They bombed places I had departed from right after I was gone. They probably thought we were still there.'

Military tanks were stopped by supporters from occupying Ataturk airport in Istanbul after civilians lay down in the road to prevent them passing.

Data on Flight Radar 24 showed Erdogan's jet circling for more than 30 minutes south of Istanbul until it was safe for the aircraft to approach the airport.

After he emerged from the jet, he announced the coup was over before branding the rebel soldiers as 'traitors'.

Turkish officials claimed some of the plotters were based in Incirlik air base in the south east of the country from where the US military is conducting bombing missions against ISIS in northern Syria.

Tens of thousands of supporters of the regime gathered in cities across Turkey with Prime Minister Binali Yildirim claiming those behind the coup 'will receive every punishment they deserve'.

He and Erdogan have indicted laws banning the death penalty could be repealed so those involved in the coup could be executed.

Eight members of the coup fled to Greece on a stolen Blackhawk helicopter.

Greek PM Alexis Tsipras said the eight men's asylum applications would be  dealt with 'quickly.

Soner Cagaptay, director of the Turkish research at The Washington Institute said Erdogan has been strengthened by the coup.

He said the president was now a 'sort of mythical figure'.

Cagaptay said: 'It will allow him (Erdogan) to crack down on liberty and freedom of association, assembly, expression and media in ways that we haven't seen before and find strong public support within the country.'

Fadi Hakura, a Turkey expert at the Chatham House think tank in London, said the attempted coup appeared to have been 'carried out by lower-ranking officers'.

'Their main gripe seems to have been President Erdogan's attempt to transform his office into a powerful and centralised executive presidency. In the short term, this failed coup plot will strengthen President Erdogan.'