Perang `Mata Uang` Diwaspadai BI Sikapi Kebijakan The Fed
Bank Indonesia Warns of Potential Currency War
Reporter : Gatot Priyantono
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
Jakarta (B2B) - Bank Indonesia akan mewaspadai potensi terjadinya perang mata uang atau "currency war" yang mungkin terjadi sebagai dampak dari rencana penyesuaian suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed) secara berkala.
"Saya melihat tiga tahun kedepan akan terus ada currency war, karena kalau seandainya program peningkatan bunga di AS berjalan secara berkala, pasti berdampak pada mata uang negara lain yang satu sama lain akan menjaga posisi kompetitif mata uangnya," kata Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Senin malam.
Perang mata uang yang dimaksud adalah suatu kondisi dimana masing-masing negara "sengaja" untuk melemahkan mata uangnya terhadap mata uang negara lain, dengan tujuan mempermudah ekspor dan memperbaiki neraca perdagangan.
Agus menjelaskan saat ini kondisi global sedang mengalami fenomena penguatan dolar AS yang menyebabkan terjadinya depresiasi nilai mata uang di berbagai negara berkembang ekonomi dan menimbulkan risiko dalam jangka panjang.
"Hari ini semua lebih dalam dari (rupiah) kita tekanannya, tapi ini semua reaksi dari perkembangan risk on dan risk off di luar negeri. Saya melihat bahwa kita memang harus menghadapi ini dengan baik dan waspada," katanya.
Untuk itu, ia kembali menegaskan dalam jangka pendek dan menengah, BI berupaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS agar para pelaku pasar tidak memiliki kekhawatiran terhadap kondisi perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
Jakarta (B2B) - Bank Indonesia Governor, Agus Martowardojo warned of potential currency war as a result of the US central bank´s plan of periodical adjustment of its benchmark interest rate.
"I foresee in the coming three years there would always be currency war because if the US interest rate would be raised periodically, certainly it would have impact on the currencies of other countries and each one of the countries would seek to maintain the competitiveness of its currency," Mr Martowardojo said here recently.
Currency war is a condition in which each country deliberately weakens its currency in a bid to shore up exports and redress trade balance.
He said, currently the world is experiencing a phenomenal rise in the value of the US dollar causing depreciation of the currencies of various developing economies with long term risks.
"Now the pressure is deeper than we are facing , but it is all a reaction from risk on and risk off abroad. I see that indeed we have to be wary and be prepared to face this," he said.
For that purpose, in short and mid terms, BI would seek to maintain the stability of rupiah to keep the market players from losing confidence in the country´s economy, he said.
