Gunung Raung Akibatkan Hampir 900 Penerbangan Ditunda
Bali Tackles Backlog after Volcano Hits Nearly 900 Flights
Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi
OTORITAS PENERBANGAN Indonesia di Bandara Internasional Ngurah Rai Denpasar, Bali pada Senin berupaya mengatasi penundaan dan pembatalan hampir 900 jadwal penerbangan dalam beberapa hari terakhir karena letusan gunung berapi, yang mengakibatkan kekacauan penerbangan selama puncak musim liburan.
Gunung Raung di Jawa Timur, yang kembali aktif selama beberapa pekan terakhir, mengeluarkan awan abu yang bertebaran di atas udara Bali pada Kamis pekan lalu, memaksa pihak otoritas menutup bandara selama dua hari.
Ribuan wisatawan yang mengunjungi Pulau Bali karena terpikat pada keelokan alam dan pesona budayanya harus menunda penerbangan dan terjebak di bandara Ngurah Rai, dekat ibukota Bali Denpasar, yang harap-harap cemas menyaksikan jadwal keberangkatan, sambil duduk dan tiduran di lantai.
Bandara ditutup lagi pada Minggu setelah abu kembali tapi bandara dibuka kembali beberapa jam kemudian setelah pihak berwenang menyatakan aman untuk penerbangan.
Para pejabat mengatakan awan abu terus melayang jauh dari Bali Senin, memberikan peluang bagi otoritas bandara kesempatan untuk membersihkan abu vulkanik, yang dinyatakan akan memakan waktu sekitar tiga hari.
"Kami melakukan ini secepat mungkin meskipun abu vulkanik bisa kembali setiap saat," kata Yulfiadi, pejabat bandara kepada AFP seperti dikutip MailOnline.
Antara Kamis dan Minggu, total penerbangan 873 yang dibatalkan atau ditunda, kata Yulfiadi.
Sebagian besar penerbangan kembali diijinkan pada Minggu malam setelah bandara dibuka kembali, namun maskapai Virgin Australia dan Jetstar memutuskan untuk tetap menunda penerbangan ke dan dari Bali. Banyak warga Australia yang terjebak di Bali setelah menghabiskan waktu liburan sekolah di Bali.
Virgin Australia juga membatalkan penerbangan dari dan ke Bali pada Senin, mereka mengatakan bahwa pihak BMKG Australia telah memperingatkan bahwa kondisi yang tidak cocok, sementara Jetstar kembali melayani penerbangan pada siang hari.
Manajer Bandara Trikora Harjo mengatakan bandara beroperasi normal lagi, menambahkan: "Cuaca baik jadi saya heran mengapa masih ada satu atau dua penerbangan yang memilih untuk tidak terbang."
INDONESIAN AUTHORITIES at Bali's international airport were fighting Monday to clear a backlog after almost 900 flights were cancelled or delayed in recent days due to a volcanic eruption, causing travel chaos during the peak holiday season.
Mount Raung on Indonesia's main island of Java, which has been rumbling for weeks, sent an ash cloud floating over Bali on Thursday, forcing the airport to close for two days.
Thousands of tourists who were visiting the resort island famed for its palm-fringed beaches found themselves stuck at Ngurah Rai airport, near Bali's capital Denpasar, anxiously watching departure boards, sitting and sleeping on the floor.
The airport closed again on Sunday as the ash returned but reopened several hours later after authorities gave the all-clear.
Officials said the clouds of ash continued to drift away from Bali Monday, giving airport authorities a chance to clear the backlog, which they said would take about three days.
"We are doing this as quickly as possible as the ash could come back any time," airport official Yulfiadi, who like many Indonesians goes by one name, told AFP.
Between Thursday and Sunday, a total of 873 flights were cancelled or delayed, Yulfiadi said.
Most airlines resumed flights Sunday evening after the airport reopened, but Australian carriers Virgin Australia and Jetstar decided to keep services to and from Bali on hold. Many Australians are stuck in Bali after spending the school break on the island.
Virgin Australia also cancelled its flights to and from Bali Monday, saying their forecasters had warned that conditions were not suitable, while Jetstar resumed services during daylight hours.
Airport manager Trikora Harjo said the airport was operating normally again, adding: "The weather is good so I am not sure why one or two airlines have chosen not to fly."
