Jakarta (B2B) - Neraca perdagangan 2013 diperkirakan masih  defisit, karena tekanan kinerja ekspor minyak dan gas (migas) akibat tidak tercapainya lifting serta tingginya impor minyak untuk memenuhi kebutuhan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM). Namun defisit tahun ini diperkirakan lebih kecil  dibandingkan 2012 yang mencapai US$ 1,6 miliar.

Deputi Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, tahun ini harapan perbaikan lifting migas untuk meningkatkan ekspor sangat tidak mungkin, namun rencana konversi BBM ke bahan baku energi lain sudah mulai berjalan sehingga diharapkan mampu sedikit menahan defisit neraca perdagangan khususnya migas.

“Perusahaan minyak kita melakukan eksplorasi di beberapa negara seperti Libya, Kazakstan, dan Irak untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, tapi kalau kita tetap impor itu yang berat. Kecuali subsidi silang atau harga naik, sehingga konsumsi turun. Saya tidak yakin, mungkin turun sedikit tapi konsumsi kita sudah tinggi,” kata Sasmito.

Sementara itu, dari sisi non-migas kemungkinan besar volume ekspor masih cukup tinggi, namun perbaikan optimal tergantung dari harga komoditas pada tahun ini. Bank Indonesia memperkirakan harga komoditas akan naik pada semester II 2013 seiring dengan membaiknya ekonomi global.