Penyadapan, SBY Hentikan Sementara Sejumlah Kerja Sama dengan Australia
President Yudhoyono Asked to Suspends Several Cooperation with Australia
Reporter : Rizki Saleh
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
Jakarta (B2B) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan untuk menghentikan sementara sejumlah kerjasama antara Indonesia dan Australia untuk menyelesaikan isu terkait penyadapan yang dilakukan Australia.
Presiden menyatakan hal itu kepada pers setelah bertemu dengan Duta Besar Indonesia untuk Australia, Najib Riphat Kesoema dan sejumlah menteri di kantor kepala negara, Rabu (20/11).
Menteri yang hadir pada pertemuan tersebut antara lain Menlu Marty Natalegawa, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet Dipo Alam dan Kepala Badan Intelijen Indonesia (BIN) Marciano Norman.
Sebelumnya diberitakan, Kementerian Luar Negeri Indonesia memanggil pulang Duta Besar untuk Australia di Canberra, Nadjib Riphat Kesoema sebagai jawaban kekecewaan Pemerintah Indonesia atas insiden penyadapan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono beserta sejumlah pejabat tinggi Indonesia lainnya.
"Kami memanggil pulang Duta Besar RI di Australia di Canberra untuk konsultasi dan memperoleh informasi tentang apa yang terjadi di Australia," kata Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa kepada pers di kantornya di Jakarta, Senin (18/11).
Marty mengaku sudah berbicara langsung melalui telepon dengan Dubes Nadjib Riphat Kesoema untuk pulang ke Indonesia secepat mungkin. "Saya memintanya tidak hanya membawa cabin bag."
Pesan ´tidak hanya membawa cabin bag´ merupakan istilah diplomasi internasional, yang dapat diinterpretasikan bahwa Nadjib Riphat Kesoema harus lebih lama berada di tanah air.
"Saya sebutkan istilahnya konsultasi karena untuk memeroleh informasi dari duta besar kita. Jadi tidak cerdas atau tepat kalau kita proklamirkan beliau berada di sini satu hari atau dua hari atau tiga hari," kata Marty.
Sebelumnya, media Australia melansir intelijen Negeri Kanguru itu menyadap Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, Ibu Negara Ani Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono, dan beberapa orang menteri.
Jakarta (B2B) - President Susilo Bambang Yudhoyono has temporarily stopped cooperation between Indonesia and Australia in a number of areas pending the settlement of alleged spy issues.
The President told the press about the decision after he met with Indonesian Ambassador to Australia Najib Riphat Kesoema and a number of ministers on Wednesday.
The ministers included Foreign Minister Marty Natalegawa, Coordinating Minister for Political, Legal and Security Affairs Djoko Suyanto, Minister/State Secretary Sudi Silalahi, Cabinet Minister Dipo Alam and Head of the State Intelligence Agency Marciano Norman.
Previously reported, Indonesian Foreign Ministry recalling ambassador to Australia in Canberra, Najib Riphat Kesoema as answers disappointment Indonesian government over wiretapping incident to President Susilo Bambang Yudhoyono and First Lady Ani Yudhoyono and a number of other senior Indonesian officials.
"We are recalling the Ambassador of Australia in Canberra for consultations and obtain information about what is happening in Australia," Foreign Minister Marty Natalegawa told reporters at his office in Jakarta, Monday (18/11).
Natalegawa claimed to have spoken directly by phone with Mr Najib Riphat Kesoema to return to Indonesia as soon as possible. "I asked him, do not just take cabin bag."
Message ´do not just take cabin bag´ is a term of international diplomacy, which can be interpreted that Najib Riphat Kesoema, should be longer in Indonesia.
"I call it consulting, as to obtain information from our ambassador. Not smart or not right for us to proclaim him to be here one day or two days or three days," Natalegawa said.
Previously, the Australian media launch intelligence reports, that President Susilo Bambang Yudhoyono, First Lady Ani Yudhoyono, Vice President Boediono and several ministers have been be tapped by Australia.
