Jakarta (B2B) - Kinerja industri tekstil dan produk tekstil (TPT) diperkirakan menurun pada 2013. Penurunan kinerja itu ditandai dengan rendahnya daya saing produk di pasar ekspor, peningkatan biaya produksi, persaingan ketat dengan produk asal China, serta pelemahan permintaan di Amerika Serikat dan Eropa karena dampak krisis.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ernovian G Ismy mengatakan, penurunan kinerja industri tekstil pada tahun depan juga ditunjukkan dengan perkiraan stagnansi kinerja ekspor, yang diperkirakan sama dengan tahun ini.

"Ekspor pada 2013 akan sama dengan proyeksi tahun ini, yakni US$12,58 juta," kata dia. Tahun ini, ekspor diproyeksikan menurun 3,96% dibanding tahun lalu US$13,1 miliar.

Dampak krisis global yang di Amerika dan Eropa membuat ekspor tekstil dari Indonesia semakin kecil. Selain itu, pangsa pasar produsen tekstil di pasar domestik pada 2013 diperkirakan hanya 46%.

Dari sisi daya saing, penurunan kinerja industri tekstil pada tahun depan dipengaruhi ekonomi biaya tinggi, sebagai dampak proyeksi kenaikan sejumlah unsur biaya produksi, seperti bahan baku, upah buruh, dan energi.

Kenaikan upah minimum pekerja dan rencana kenaikan tarif listrik industri pada 2013 sebesar 15% diperkirakan membuat kinerja ekspor industri tekstil semakin terpuruk.

"Berdasarkan data API, realisasi nilai ekspor anjlok 6,1% secara tahunan dari US$6,76 miliar pada semester pertama tahun lalu menjadi US$6,38 miliar di semester pertama tahun ini," kata Ernovian.

Penurunan terbesar ekspor TPT terjadi di pasar Eropa, yakni sebesar 9,6%, sedangkan di pasar Amerika turun tipis 0,8%. Meskipun terjadi sedikit penaikan di pasar Jepang, kondisi tersebut tidak lebih besar dibandingkan dengan penurunan yang dialami di pasar Eropa dan Amerika Serikat.