Indonesia Ubah Wisma Atlet jadi RS Darurat Virus Corona Disorot Dunia

Indonesia Turns Athletes Village to Emergency Hospital as Coronavirus Cases Rise

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Indonesia Ubah Wisma Atlet jadi RS Darurat Virus Corona Disorot Dunia
Empat dari 10 menara di Wisma Atlet, yang berada dekat Gelora Bung Karno, telah diubah menjadi fasilitas medis yang akan menampung lebih dari 7.000 orang, termasuk satuan tugas virus Corona, staf medis dan hingga 4.208 pasien [Foto: Reuters]

PEMERINTAH RI mengubah 'Wisma Atlet' yang dibangun untuk penampungan atlet Asian Games 2018 menjadi rumah sakit darurat dengan kapasitas untuk menampung lebih dari 4.000 pasien, untuk mengantisipasi meningkatnya kasus Corona dan kematian akibat COVID-19.

Empat dari 10 menara di Wisma Atlet, yang berada dekat Gelora Bung Karno, telah diubah menjadi fasilitas medis yang akan menampung lebih dari 7.000 orang, termasuk satuan tugas virus Corona, staf medis dan hingga 4.208 pasien.

"Kementerian BUMN akan menyediakan pasokan bagi rumah sakit darurat untuk menangani COVID-19, baik itu peralatan kesehatan, obat-obatan, peralatan perlindungan pribadi dan masker," kata Menteri BUMN, Erick Thohir, dalam sebuah pernyataan. 

Pada Sabtu, Indonesia mengonfirmasi 81 kasus baru dan enam kematian lainnya akibat virus tersebut, sehingga jumlah total kasus menjadi 450 dan kematian menjadi 38. Indonesia memiliki jumlah kematian akibat virus Corona tertinggi di Asia Tenggara.

Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan menyatakan keadaan darurat di ibukota Indonesia selama dua minggu berikutnya setelah wabah.

Indonesia, negara terpadat keempat di dunia, telah menghadapi kritik dari para pekerja medis karena lambatnya memulai pengujian medis di wilayah negara kepulauan yang membentang lebih luas dari Amerika Serikat.

Bergantung pada bagaimana penyebaran virus Corona di Indonesia, pihak berwenang dapat mengubah lebih banyak menara di Wisma Atlet menjadi fasilitas medis, kata para pejabat.

"Jika seluruh gedung digunakan, maka 20.000 pasien dapat ditampung," kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat [PUPR] kepada Reuters seperti dilansir MailOnline.

Rasio jumlah kematian dengan jumlah kasus yang tercatat di Indonesia sebesar 8,7% termasuk yang tertinggi di dunia - bahkan lebih tinggi dari 8,3% di Italia. Para ahli medis mengatakan itu adalah indikator kemungkinan bahwa banyak kasus tidak terdeteksi.

INDONESIA has turned its "Athlete's Village" built for the 2018 Asian Games into an emergency hospital with a capacity to hold more than 4,000 patients, authorities said on Sunday, as coronavirus cases and deaths in the country rose.

Four out of 10 towers in the Athlete's Village, located in the country's capital city, have been converted into a medical facility that would house more than 7,000 people, including a coronavirus task force, medical staff and up to 4,208 patients.

"The ministry of state-owned enterprises will provide supplies for the emergency hospital to handle COVID-19, be it healthcare equipment, medicine, personal protection gear and masks," the minister of state-owned enterprises, Erick Thohir, said in a statement.

On Saturday, Indonesia confirmed 81 new cases and 6 more deaths due to the virus, bringing the total number of cases to 450 and deaths to 38. Indonesia has the highest coronavirus death toll in Southeast Asia.

The governor of Jakarta declared a state of emergency in the Indonesian capital for the next two weeks over the outbreak.

Indonesia, the world's fourth most populous country, has faced criticism from medical workers for a slow start to testing in an archipelago that stretches wider than the continental United States.

Depending on how the coronavirus spreads in Indonesia, authorities can convert more towers in the Athlete's Village into medical facilities, officials said.

"If all 10 towers are used, then 20,000 patients can be accommodated," a ministry of public works and housing spokesman told Reuters.

The ratio of the number of dead to the number of recorded cases in Indonesia at 8.7% is among the highest in the world - even higher than 8.3% in Italy. Medical experts say it is a likely indicator that many cases have gone undetected.