SBY Ajukan Syarat Pemulihan Hubungan Diplomatik dengan Australia
President Yudhoyono Proposed Terms of Diplomatic Ties with Australia
Reporter : Rizki Saleh
Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi
Jakarta (B2B) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mensyaratkan pembentukan protokol dan kode etik kerja sama Indonesia dan Australia untuk mengatur hubungan kedua negara di masa depan setelah terungkapnya aksi penyadapan negeri Kanguru itu terhadap sejumlah pejabat Indonesia.
"Bagi saya ini prasyarat dan sekaligus stepping stone bagi perumusan protokol dan kode etik kerjasama bilateral yang saya usulkan dan sudah disetujui oleh PM Australia," kata Presiden Yudhoyono di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa malam.
Presiden mengatakan akan menugaskan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa atau seorang utusan khusus untuk membicarakan secara mendalam dan serius isu-isu yang sensitif berkaitan dengan hubungan beilteral Indonesia Australia pasca penyadapan.
"Setelah terjadi ´mutual understanding dan mutual agreement´ dari kedua belah pihak, saya berharap dilanjuti dengan pembahasan protokol dan kode etik secara lengkap dan mendalam," katanya.
Kepala Negara menegaskan akan memeriksa sendiri rumusan protokol dan kode itu itu apakah sudah memadai dan memenuhi keinginan Indonesia pascapenyadapan sebelum kemudian disahkan oleh kedua kepala pemerintahan.
"Saya ingin pengesahannya dapat dilakukan di hadapan para pemimpin pemerintahan, yang dihadiri oleh saya selaku Presiden dan bapak Tony Abbot sebagai PM," katanya.
Lebih lanjut Presiden meminta agar kedua negara memastikan agar protokol dan kode etik itu dapat dijalankan sehingga diperlukan obeservasi dan evaluasi.
Menurut Presiden, ada keperluan agar protokol dan kode etik itu benar-benar dijalankan agar kepercayaan kedua negara, terutama Indonesia, pulih kembali.
Pekan lalu Presiden Yudhoyono mengirim surat kepada PM Australia untuk meminta penjelasan terkait aksi penyadapan kepada sejumlah pejabat Indonesia termasuk Presiden, Wakil Presiden Boediono, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan bahkan Ibu Ani Yudhoyono oleh Australia,
Pada Sabtu (23/11), PM Australia menyampaikan surat jawabannya yang menurut Presiden Yudhoyono berisi tiga hal penting yaitu pertama, keinginan Australia untuk menjaga dan melanjutkan hubungan bilateral kedua negara yang sesungguhnya dewasa ini berada dalam keadaan yang kuat dan berkembang.
Kedua, tambah dia, komitmen PM Australia bahwa Australia tidak akan melakukan sesuatu di masa depan yang akan merugikan dan menggganggu Indonesia.
"Itu satu poin yang penting," kata Presiden merujuk pada poin kedua tersebut.
Ketiga, kata Presiden, PM Australia setuju dan mendukung usulan Presiden Yudhoyono untuk menata kembali kerjasama bilateral termasuk pertukaran intelijen dengan menyusun protokol dan kode etik yang jelas, yang adil, dan yang dipatuhi.
Turut hadir dalam rapat terbatas itu adalah Wakil Presiden Boediono dan Menko Polhukam Djoko Suyanto.
Jakarta (B2B) - Indonesia has demanded a protocol and a code of ethics for future cooperation with Australia following recent revelations of Australian spying in the country.
"To me, this must be a prerequisite and, at the same time, a stepping stone for bilateral relations. I have already proposed it to the Australian Prime Minister and he has agreed," President Yudhoyono said after a meeting at his office here on Tuesday evening (26/11).
President Yudhoyono added that he would assign Foreign Minister Marty Natalegawa or a special envoy to discuss in detail highly sensitive issues in bilateral relations between Indonesia and Australia following the spying allegations.
"After mutual agreement and understanding is reached, I hope there will be comprehensive and thorough discussions on establishing a protocol and a code of ethics," he noted.
President said, he would monitor the formulation of the protocol and code of ethics himself to ensure they met Indonesias expectations before they are signed by the respective governments.
"I would like them to be signed by government leaders in the presence of both heads of state (Australian Prime Minister and Indonesian President)," he added.
President Yudhoyono urged both nations to monitor the implementation of the protocol and code of ethics once they are created.
He said there is a need to ensure implementation to restore Indonesias confidence in Australia again.
Last week, President Yudhoyono had sent a letter to Australian Prime Minister Tony Abbott asking for an explanation over the alleged tapping by Australian intelligence agencies of the cellphones of Indonesian officials, including those of President Yudhoyono, Vice President Boediono, former Vice President Jusuf Kalla and first lady Any Yudhoyono.
On Saturday, Prime Minister Tony Abbott sent a reply, which, according to President Yudhoyono, contained three important messages: Australia wanted to preserve and continue bilateral relations; it promised to never undertake any action in future that could harm relations with Indonesia; and it supported President Yudhoyonos decision to review some bilateral cooperation agreements, including on intelligence exchanges, and to establish a clear and effective protocol and code of ethics.
"The second message is the important part," President Yudhoyono pointed out.
The meeting was attended by Vice President Boediono and Coordinating Minister for political, security and legal affairs Djoko Suyanto.
