Traveloka Rambah Bisnis Obyek Wisata, Investor Asing Suntik Rp6,5 Triliun

Indonesian Travel Site Traveloka to Expand Tourist Attraction Booking Service

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Traveloka Rambah Bisnis Obyek Wisata, Investor Asing Suntik Rp6,5 Triliun
Foto: istimewa

PERUSAHAAN rintisan (start-up) Traveloka meraih dana segar hampir Rp 6,5 triliun (US$500 juta) dari investor seperti Expedia Inc dan JD.com dari China, setelah situs pencarian tiket transportasi ini berencana meningkatkan layanan pemesanan tiket obyek wisata tahun depan.

Investor asing berminat menanamkan modal di perusahaan rintisan ini mengingat potensi pasar 250 juta penduduk dan besarnya jumlah pengguna media sosial.

Investasi JD.com di Traveloka adalah contoh lain investasi China dalam bisnis online di Indonesia. Sebuah sumber mengatakan bulan lalu bahwa Tencent Holdings Ltd telah menginvestasikan sekitar $100 juta sampai $150 juta untuk mendukung pendanaan Go-Jek.

Traveloka yang berbasis di Jakarta ini didirikan pada 2012 oleh insinyur Indonesia Ferry Unardi sebagai situs untuk mencari tiket penerbangan. Sejak itu telah menjalin kemitraan dengan lebih dari 100 maskapai penerbangan dan berkembang ke lima negara lainnya di Asia Tenggara.

Awal tahun ini, Travelola mulai menyediakan tiket untuk tempat-tempat wisata di Indonesia mulai dari taman hiburan hingga kebun binatang, dan berencana untuk melipatgandakan jumlah opsi tersebut di situsnya menjadi 2.000 pada akhir 2018, seperti dikatakan Chief Financial Officer Traveloka Henry Hendrawan kepada Reuters.

Selain Expedia dan JD.com, Traveloka juga mengumpulkan dana selama setahun terakhir dari East Ventures, Hillhouse Capital Group dan Sequoia Capital.

Traveloka berencana menggunakan dana tersebut untuk mempekerjakan lebih banyak orang dan untuk investasi lainnya, Hendrawan mengatakan dalam sebuah wawancara di sebuah wilayah Jakarta Barat yang dijuluki "Slipicon Valley" karena banyak berdiri kantor perusahaan rintisan di kawasan tersebut.

Perusahaan perjalanan dari AS, Expedia, yang menginvestasikan $ 350 juta di Traveloka, mengatakan niat dari investasinya di Indonesia untuk meningkatkan pemasaran hotel global mereka.

"Ada minat kuat dari investor yang datang dari berbagai kawasan," kata Hendrawan. "Mereka bukan hanya membawa modal, tapi juga bisa membawa pengetahuan, pengalaman dan jaringan."

Traveloka telah menjalin kerjasama dengan lebih dari 100.000 hotel, apartemen dan bentuk akomodasi lainnya di Asia Tenggara, sepertiga di antaranya di Indonesia, kata Hendrawan, seorang mantan konsultan manajemen di Boston Consulting Group.

Dia mengatakan bahwa dia optimis dengan prospek sektor perjalanan Indonesia karena meningkatnya kelas menengah dan komitmen pemerintah untuk membangun lebih banyak infrastruktur ekonomi terbesar di Asia Tenggara.

Ekpansi bisnis Traveloka diperkirakan mendorong peningkatan kebutuhan komoditas pangan di kawasan destinasi seperti Sumatera dan Kalimantan, kata Hendrawan seperti dikutip Reuters yang dilansir MailOnine.

Sebuah rebound harga komoditas juga diperkirakan akan mendorong perjalanan ke dan dari pulau-pulau seperti Sumatra dan Kalimantan, kata Hendrawan. "Perjalanan umumnya berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi dan Indonesia berada dalam posisi yang baik."

INDONESIAN travel start-up Traveloka, which has raised nearly $500 million from investors including Expedia Inc and China's JD.com Inc, plans to ramp up its new tourist attraction booking service next year, a senior executive said.

Investors have been pouring money into start-ups in Indonesia, home to a population of 250 million and some of the world's most avid users of social media and online marketplaces.

JD.com's investment in Traveloka is another example of Chinese investment in online businesses in Indonesia. Sources said last month that Tencent Holdings Ltd had invested around $100 million to $150 million in ride-hailing start-up Go-Jek.

Jakarta-based Traveloka was co-founded in 2012 by Indonesian engineer Ferry Unardi as a site to search for flights. It has since set up partnerships with more than 100 airlines and expanded to five other countries in Southeast Asia.

Early this year, it began providing ticketing for tourist attractions in Indonesia ranging from theme parks to zoos, and plans to double the number of such options on its site to 2,000 by the end of 2018, Traveloka's Chief Financial Officer Henry Hendrawan told Reuters.

As well as Expedia and JD.com, Traveloka also raised funds over the last year from East Ventures, Hillhouse Capital Group and Sequoia Capital.

Traveloka plans to use the money to hire more people and for other investments, Hendrawan said in an interview in a West Jakarta area dubbed "Slipicon Valley" as it houses many start-up offices.

U.S. travel company Expedia, which invested $350 million in Traveloka, said it will work with the Indonesian start-up to grow their global hotel supply.

"There is strong interest from investors coming from many different types of region," Hendrawan said. "Not only can they bring the capital, but they can also bring the knowledge, experience and the network."

Traveloka has tied up with more than 100,000 hotels, apartments and other forms of accommodation in Southeast Asia, a third of which are in Indonesia, said Hendrawan, a former management consultant at the Boston Consulting Group.

He said he was optimistic about the outlook of Indonesia's travel sector due to the expanding middle class and the government's commitment to building more infrastructure in Southeast Asia's biggest economy.

A rebound in commodity prices was also expected to boost travel to and from islands such as Sumatra and Kalimantan, Hendrawan said. "Travel generally is correlated with economic growth and Indonesia is in a good position."