2050, Resistensi Antimikroba Akan Jadi Pembunuh Nomor Satu

Antimicrobial Resistance Threaten the Health of Human Beings: Experts

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


2050, Resistensi Antimikroba Akan Jadi Pembunuh Nomor Satu
Kiri ke kanan Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Syamsul Ma´arif, Dirjen PKH I Ketut Diarmita (kiri) dan FAO ECTAD Team Leader, James McGrane (Foto: B2B/Gusmiati Waris)

Jakarta (B2B) - Laporan dari banyak negara mencatat peningkatan resistensi antimikroba (AMR) dalam beberapa dekade terakhir, namun penemuan dan pengembangan antimikroba baru berjalan sangat lamban, para pakar kesehatan dunia memprediksi apabila masyarakat global tidak berupaya melakukan pengendalian, maka AMR akan menjadi pembunuh nomor satu di dunia pada 2050 dengan tingkat kematian mencapai 10 juta jiwa per tahun.

"Bahaya AMR erat kaitannya dengan perilaku pencegahan dan pengobatan, dan sistem keamanan produksi pangan dan kelestarian lingkungan, sehingga perlu pendekatan One Health yang melibatkan sektor kesehatan, pertanian termasuk peternakan dan kesehatan hewan, dan lingkungan," kata Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) I Ketut Diarmita di Jakarta, Rabu (8/11) pada media briefing ´Pekan Kesadaran Antibiotik´ pekan depan, 13 - 19 November 2017.

Kegiatan ´Pekan Kesadaran Antibiotik´ merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mengatasi kompleksitas dalam mengendalikan masalah resistensi antimikroba dengan pendekatan One Health.

FAO ECTAD Team Leader, James McGrane mengatakan saat mikroba menjadi kebal terhadap satu atau beberapa jenis antimikroba, infeksi yang dihasilkan mikroba akan sulit untuk disembuhkan, bahkan dapat menyebabkan kematian. Mikroba yang kebal ini dapat menyebar ke lingkungan sekitar, rantai makanan dan manusia.

“Kalau tidak perlu menggunakan antimikroba pada ternak, sebaiknya tidak perlu digunakan. Salah satu pengendalian penggunaan antimikroba yang dapat dilakukan adalah dengan implementasi biosekuriti tiga zona," kata James Mc Grane.

Ketua ReAct Asia Pasifik, Sujith Chandy menekankan pentingnya meningkatkan pemahaman berbagai pihak terkait, termasuk konsumen kesehatan tentang resistensi antimikroba melalui upaya komunikasi, edukasi dan pelatihan yang efektif.

Mewakili suara konsumen kesehatan, pendiri Yayasan Orang Tua Peduli (YOP) dr Purnamawati Sujud, Sp.A(K), MMPed menghimbau kepada semua pihak terkait untuk meningkatkan komunikasi dan kolaborasi dalam mengendalikan penggunaan antibiotik di semua sektor.

"Tujuannya mencegah agar dunia tidak kembali ke era sebelum ditemukan antibiotik, yaitu era ketika infeksi bakteri dan penyakit ringan tidak lagi bisa ditangani, dan berujung pada kematian," kata Purnamawati Sujud.

Jakarta (B2B) - Reports from many countries noted an increase in antimicrobial resistance or AMR in recent decades, but development of new antimicrobials is slow and world health experts predict that if no control is done, AMR will become the number one killer in the world by 2050 with a mortality rate of 10 million per year.

"The threat of AMR is closely linked to the prevention and treatment behaviors, and the food security and environmental sustainability systems, so the One Health approach that involves the health sector, agriculture including livestock and animal health, and the environment," said Director General of Livestock and Animal Health, I Ketut Diarmita here on Wednesday (November 8) at the media briefing ´Antibiotic Awareness Week´ next week, 13-19 November 2017.

The ´Antibiotic Awareness Campaign´ Activity as part of the government´s efforts to address and control AMR issues with the One Health approach.

FAO ECTAD Team Leader James McGrane says that when microbes become resistant to one or more types of antimicrobials, infections from microbes will be difficult to cure, even causing death. Resistant microbes can spread to the surrounding environment, food chains, and humans.

"If it does not require antimicrobials for livestock, it should not be done because one of the antimicrobial controls with a biosecurity implementation of three zones," Mr McGrane said.

Chairman of ReAct Asia Pacific, Sujith Chandy reminded the importance of understanding from related parties, including health consumers about antimicrobial resistance through communication, education and training.

Representing the voice of health consumers, founder Yayasan Orang Tua Peduli (YOP) dr Purnamawati Sujud urged the stakeholders to improve communication and work together to control the use of antibiotics in all sectors.

"The goal is to prevent the world from returning to the era before the antibiotics are found - an era when bacterial infections and minor ailments can no longer be handled medically, and trigger death," she said.