Basarnas Dipuji Internasional sebagai Badan SAR Terbaik di Asia
Indonesia`s Search-and-Rescue Capabilities Honed by Experience
Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi
BADAN Search and Rescue Nasional (Basarnas) mendapat ulasan khusus berupa 'pujian sekaligus' di media internasional terkemuka, Wall Street Journal, sebagai badan pemerintah yang kemampuannya dalam pencarian dan penyelamatan yang paling hebat di Asia, sebagian besar lantaran pengalaman dengan pesawat-pesawat terbang berusia tua dan kecelakaan feri dan kendala geografis dengan 18 ribu pulau.
Cuaca buruk dilaporkan terjadi pada jalur penerbangan yang dilalui pesawat AirAsia yang hilang kontak pengawas lalu lintas udara saat mengudara dari Surabaya menuju Singapura, Minggu pagi. Menggunakan pesawat Airbus A320-200, yang mengangkut 162 penumpang dan awak pesawat.
"Indonesia dikenal sebagai negara yang berpengalaman menghadapi bencana. Hal itu pula yang membuat mereka sangat pandai melakukan investigasi terhadap bencana," kata Greg Waldron, redaktur pelaksana untuk Asia dari FlightGlobal, seperti dilansir Wall Street Journal.
Pihak berwenang Indonesia mampu bertindak cepat mengantisipasi pesawat yang hilang dengan segera menempatkan kapal dan pesawat mengemban misi pencarian dan penyelamatan di sekitar lokasi terakhir dari pesawat yang hilang hanya dalam beberapa jam saja, kata Waldron.
Namun, pesawat-pesawat terbang Indonesia harus mewaspadai cuaca buruk, yang dapat mengurangi visibilitas dan memperlambat kegiatan operasi SAR, katanya.
Para investigator bencana dari Indonesia juga memiliki hubungan dekat dengan lembaga yang menyelidiki kecelakaan penerbangan di seluruh dunia, termasuk Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS, dan instansi terkait di mancanegara, tambah Waldron.
Sebuah pesawat sejenis Boeing 737-800 yang dioperasikan Lion Air, jatuh ke laut saat akan mendarat di Bali pada 13 April 2013. Meskipun tidak ada korban tewas dalam kecelakaan tersebut, Komisi Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) menerbitkan laporannya awal Mei 2013.
Laporan pendahuluan terkait kecelakaan yang menimpa pesawat Sukhoi Superjet 100 pada Mei 2012 yang menewaskan 45 orang ketika menjalani penerbangan demonstrasi dirilis pada Agustus.
"Indonesia sebenarnya memiliki kendaraan laut tanpa awak yang dapat menavigasi dalam segala kondisi," kata Mark Martin Martin Consulting, sebuah perusahaan penasehat penerbangan independen. "Jika ada pesawat jatuh, saya yakin bahwa itu akan ditelusuri dengan cepat dan upaya penyelamatan harus sukses."
Mr Martin mengatakan dia mengharapkan bahwa awak pesawat tentu sudah tidak asing terbang pada rute penerbangan, kegiatan navigasi di tengah cuaca buruk tentu mampu mereka atasi.
INDONESIA has one of the most sophisticated search-and-rescue capabilities among Asian nations, in part because of its experience with past aircraft and ferry accidents and a tricky geographic terrain that comprises about 18,000 islands, according to experts.
Bad weather had been reported along the flight path of the missing Indonesia AirAsia plane that lost contact with air traffic control en route to Singapore from Surabaya, Indonesia, Sunday morning. The jet, an Airbus A320-200, was carrying 162 passengers and crew.
“Indonesia has a lot of experience with disasters. One thing they are very good at investigating accidents,” said Greg Waldron, the Asia managing editor of industry publication FlightGlobal.
Indonesian authorities should be able to quickly put search aircraft in the vicinity of the last known location of the missing plane and launch a search operation within hours, Mr. Waldron said.
However, those flying the search aircraft need to stay mindful of the bad weather, which can reduce visibility and slow the operation, he said.
Indonesian investigators have deep links with agencies that investigate aviation accidents world-wide, including the U.S. National Transportation Safety Board, and any probe would be quite thorough, Mr. Waldron added.
A similar-sized jet–a Boeing 737-800–operated by Lion Air, Indonesia’s largest carrier, crashed into the sea on final approach into Bali on April 13, 2013. Though nobody died in the crash, the Indonesian National Transportation Safety Committee published a preliminary report in May of that year.
The preliminary report on a Sukhoi Superjet 100 crash in May 2012 that killed 45 people while on a demonstration flight was issued that summer, in August.
“Indonesia actually has unmanned sea vehicles that can navigate though rough seas as well,” said Mark Martin of Martin Consulting, an independent aviation advisory firm. “If the aircraft went down, I’m certain that it would be traced quickly and rescue efforts should be successful.”
Mr. Martin said he expects that the plane’s crew would have been familiar flying on the route and that for them, navigating around weather would be “pretty standard.”
