Turun, Defisit Neraca Pembayaran Indonesia
Indonesia Cuts Balance of Payments Deficit
Reporter : Gatot Priyantono
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
 b - k.jpg)
Jakarta (B2B) - Bank Indonesia menyatakan defisit neraca pembayaran Indonesia (NPI) berkurang dari US$6,6 miliar (Rp66 triliun) pada triwulan sebelumnya menjadi US$2,5 miliar (Rp25 triliun) pada triwulan II-2013.
"Bauran kebijakan yang diambil oleh Bank Indonesia didukung oleh kebijakan Pemerintah di bidang pembiayaan fiskal, berhasil mengurangi dampak negatif dari memburuknya kondisi ekonomi dan keuangan global terhadap Neraca Pembayaran Indonesia (NPI)," kata Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo dalam siaran pers di laman BI, Jakarta.
Agus menjelasakan, penurunan defisit NPI tersebut ditopang oleh transaksi modal dan finansial yang kembali surplus setelah pada triwulan sebelumnya mengalami defisit yang cukup besar. Di sisi lain, sesuai pola musimannya, defisit transaksi berjalan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sejalan dengan NPI yang masih defisit, jumlah cadangan devisa pada akhir Juni 2013 turun menjadi 98,1 miliar dolar AS (Rp981 triliun). Kendati demikian, jumlah cadangan devisa ini cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri Pemerintah selama 5,1 bulan yang berarti tetap berada di atas standar kecukupan internasional.
Faktor musiman dan harga komoditas ekspor yang masih mengalami penurunan mendorong kenaikan defisit transaksi berjalan. Defisit transaksi berjalan meningkat dari 5,8 miliar dolar AS (Rp58 triliun) atau 2,6 persen dari PDB pada triwulan sebelumnya menjadi 9,8 miliar dolar AS (Rp98 triliun) atau sekitar 4,4 persen dari PDB pada triwulan II-2013 akibat menyusutnya surplus neraca perdagangan nonmigas serta melebarnya defisit neraca jasa dan pendapatan.
Surplus neraca perdagangan nonmigas menyusut karena impor, khususnya impor bahan baku dan barang konsumsi, meningkat sehubungan dengan konsumsi domestik pada triwulan II yang secara historis memang selalu lebih tinggi daripada triwulan I.
Jakarta (B2B) - Bank Indonesia said the country succeeded in cutting its balance of payment deficit to US$2.5 billion in the second quarter of this year from US%6.6 billion in the previous quarter.
Bank Indonesia Governor Agus Martowardojo attributed the decline to effective fiscal policies adopted by the central bank and the government.
"The policy succeeded in reducing the impact of the global financial woes on the country`s balance of payments," Agus said in a news release issued here.
Agus said surplus which was recorded again in capital and financial account after a big deficit in the previous quarter, resulted in significant decline in the balance of payment deficit. On the other hand, normally the current account deficit rose in the second quarter compared with the previous quarter.
In line with the deficit in the balance of payments, the country`s foreign exchange reserves fell to US$98.1 billion by the end of June after reaching more than US$110 billion several months earlier. The shrinking foreign exchange reserves, however, are still enough to finance imports and service the government`s foreign debts for 5.1 months or still well above the international adequacy standard.
Seasonal factor and falling prices of export commodities contributed to widening the current account deficit from US$5.8 billion or 2.6 percent of the country`s GDP in the first quarter to US$9.8 billion in the second quarter or 4.4 percent of the GDP.
The surge in the current account deficit was attributable to shrinking surplus in trade of commodities outside oil and gas and widening deficit in services and income accounts. The surplus in trade of non oil/gas commodities shrank on a surge in imports especially imports of industrial basic materials and consumer goods.
