Teroris Sebaiknya Ditangkap bukan Ditembak Mati, kata Dai Bachtiar

Dai Bachtiar: Terror Suspects Should be Arrested Alive

Reporter : Rusdi Kamal
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Teroris Sebaiknya Ditangkap bukan Ditembak Mati, kata Dai Bachtiar
Foto: magnifiedview.com

Jakarta (B2B) - Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri sebaiknya tidak menembak mati terduga teroris, kecuali terpaksa, karena penangkapan hidup-hidup akan bermanfaat bagi Mabes Polri untuk menumpas aksi terorisme di Indonesia.

"Saya menghargai upaya dan kerja keras Polri dan Densus 88 Antiteror yang terus memerangi terorisme demi menciptakan keamanan masyarakat dan negara, namun sebaiknya penangkapan pelaku teroris tidak harus dengan tembak mati kecuali terpaksa. Lebih baik ditangkap hidup-hidup," kata Dai Bachtiar, mantan Kapolri di Jakarta, Jumat

Mantan Kapolri dan Dubes Indonesia untuk Malaysia itu mengapresiasi pembuktian Kapolri Jenderal Polisi Sutarman yang melaporkan kepada Presiden Susilo Bambang Ydhoyono akan ada gangguan teror saat Natal dan Tahun Baru 2014, kemudian ditunjukkan saat malam perayaan tahun baru dengan dibongkarnya sebuah jaringan teroris.

Ia mengatakan hal itu karena belakangan ini penangkapan teroris oleh Densus 88 Antiteror sebagian besar ditembak mati. Ketika ia menjabat Kapolri, pelaku teror Bom Bali, Bom Kuningan di depan Kedubes Australia dan Bom JW Marriot, umumnya ditangkap hidup-hidup.

"Saya teringat dengan pernyataan pelaku teroris Ali Gufron alias Muchlas. Ali Gufron mengatakan respek kepada polisi Indonesia dan respek kepada saya karena menangkap hidup-hidup dan memperlakukan dengan baik dan menghukumnya melalui proses pengadilan. Sementara pelaku teroris di negara lain mengalami siksaan," kata Da´I yang termasuk membidani terbentuknya Densus 88 Antiteror Polri.

"Jika saya ditembak mati, maka akan lahir ribuan ´muchlas´ baru kata Ali Gufron," tutur Da´i berdasarkan wawancara dengan teroris Ali Gufron. Ia sering mengutip pernyataan Ali Gufron itu dalam setiap seminar agar penanganan teroris selalu mengedepankan proses hukum.

Oleh sebab itu, lanjut Da´i, "Langsung menembak mati warga yang dicurigai teroris tanpa melalui proses pengadilan akan membuat dendam para kader-kader teroris. Menjadikan polisi sebagai target balas dendam teroris. Karena tidak mampu membalas kepada Densus 88 maka target balas dendamnya kepada setiap polisi. Di sinilah pentingnya peranan pemimpin di Polri," katanya.

Jakarta (B2B) - Polices anti-terrorism unit Special Detachment (Densus) 88 should arrest terror suspects instead of fatally shooting them, because when they are alive, they could be useful.

"I appreciate the efforts and hard work of the National Police and Densus 88 anti-terrorism unit in incessantly fighting against terrorism for the security of the public and the state. However, their arrest should not use fatal shooting unless it has to. It would be better if they are arrested alive," said Dai Bachtiar, former Indonesian National Police Chief here today.

Shooting terror suspects dead can cause cadres of terrorists to develop a feeling of vengeance toward police, he explained.

Dai Bachtiar, a former Indonesian ambassador to Malaysia, further explained that the motive of terrorism in Indonesia and in other countries is to fight against injustices.

"The injustice committed by advanced nations against developing ones, the injustice by advanced community against backward ones, injustice by majority against minority such as that in Palestine, Afghanistan, South Thailand and Myanmar, and social conflicts in Poso and Ambon. These are the motivations of terrorism," he stated.

As long as there are injustices, there will always be solidarity and extreme actions by using terror tactics, he added.

Besides, there are leaders or prominent figures that display dissatisfaction with and mete out injustices toward religious groups. And they find religious dogmas or ideology to justify for terrorism, he added.

"The Police and Densus 88 anti-terror unit must be able arrest those figures and leaders of terrorist network," he noted.