Indonesia Butuh Cetak Biru Perbankan untuk Bersaing Global

Indonesia Needs Blueprint to Boost Banking Industry

Reporter : Gatot Priyantono
Editor : Taswin Bahar
Translator : Dhelia Gani


Indonesia Butuh Cetak Biru Perbankan untuk Bersaing Global
Ilustrasi: carapedia.com

Jakarta (B2B) - Indonesia membutuhkan cetak biru perbankan agar industri tersebut tumbuh lebih baik dan mampu bersaing di pasar internasional.

Ketua Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono mengatakan asosiasinya terus mewacanakan pentingnya cetak biru agar daya saing perbankan Indonesia semakin meningkat.

"Indonesia pernah punya Arsitektur Perbankan Indonesia, tapi itu lebih ke arah peraturan Bank Indonesia saja," katanya, Selasa (29/1/2013).

Sigit mengatakan Indonesia menjadi pasar potensial bagi perbankan karena populasinya yang sangat besar. Perbanas mencatat sekitar 120 juta penduduk Indonesia belum berhubungan dengan bank.

Menurutnya, hal tersebut yang membuat perbankan asing sangat agresif menggarap pangsa pasar Indonesia.

"Bank di Indonesia harus mampu mengoptimalkan potensi yang ada. Selain itu, bank di Indonesia juga harus bisa ekspansi ke luar negeri, hingga bisa merajai pasar Asean," ujarnya.

Jakarta (B2B) - Indonesia needs a blueprint for the banking industry in order to grow and compete better in the international market.

Association of National Commercial Banks (Perbanas) stressed the important of blueprint thus Indonesia banking industry can improve, said Chairman Sigit Pramono.

“Indonesia once had Indonesian Banking Architecture, but its stress more to Bank Indonesia regulations,” he said on Tuesday, (01/29).

Indonesia is a potential market for banks as the Country population is very large, said Sigit. According to Perbanas’s data, around 120 million citizens don’t have bank account.

Such condition, he added, motors foreign players to aggressively enter Indonesia banking market.

 “Bank in Indonesia should be able to optimize its potential. In addition, banks in Indonesia must also expand overseas to dominate the ASEAN market.”