Muslim Indonesia Jangan Terprovokasi Isu ISIS

Indonesian Islamic Figure Warns Muslim of ISIS Influence

Reporter : Rizki Saleh
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Muslim Indonesia Jangan Terprovokasi Isu ISIS
Aksi brutal dan kekejaman ISIS di Irak yang dituding tidak sesuai ajaran Islam (Foto2: MailOnline)

Jakarta (B2B) - KH Hasyim Muzadi, mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)  Muzadi mengatakan Muslim Indonesia tidak boleh terprovokasi oleh isu Iraq Syria of Islamic State (ISIS), apalagi ikut-ikutan menjadi pendukungnya.

"Sebagai sesama Muslim saya mengimbau agar kaum Muslimin Indonesia tidak termakan dan terprovokasi terhadap isu ISIS yang belakangan ini masuk di Indonesia," kata Hasyim dalam pernyataan tertulis di Jakarta. 

Hasyim mengatakan umat Islam di Indonesia, khususnya warga NU, sebaiknya tidak ikut-ikutan mendukung ISIS dan sekaligus tidak membuat perpecahan di kalangan kaum Muslimin. 

"ISIS adalah fenomena Islam di Timur Tengah yang sama sekali tidak sama dengan kondisi Indonesia," kata Hasyim. 

Di samping itu, tambah Hasyim, kehati-hatian ini perlu karena selama musim reformasi telah terbentuk embrio-embrio kekuatan garis keras (radikal), baik yang bergerak melalui gerakan massa, gerakan yang masuk ke dalam sistem keindonesiaan, maupun yang menggunakan cara teror. 

"Menurut saya, apabila embrio radikalitas ini diolah dengan bumbu isu ISIS atau perpecahan pascapilpres pasti akan meningkatkan kadar radikalitas dalam gerakan transnasional yang membahayakan keselamatan kaum Muslimin Indonesia dan sekaligus membahayakan keutuhan NKRI," kata Hasyim. 

Menurut Hasyim, lebih baik kaum Muslimin berbuat dan melakukan strategi yang islami dan "Indonesiawi" daripada mengaku sebagai kelompok yang paling Islam, namun menghalalkan segala cara karena merasa untuk kepentingan kelompoknya yang paling Islam itu.

"Padahal yang sedemikian itu tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah. Menghalalkan segala cara bukanlah ajaran Ahlussunnah wal Jamaah. Yang pernah terjadi dalam sejarah Islam adalah kelompok Khawarij, yang berprinsip boleh merusak apa saja yang bertentangan dengan kemauannya," kata Hasyim.

Sekarang ini, lanjut dia, ajaran tersebut menjelma dalam berbagai bentuk gerakan pengrusakan dengan segala manifestasinya. 

"Dan apabila terjadi bentrok antarkelompok kaum Muslimin, itulah saatnya kekuatan asing akan masuk dan merusak Islam dan Indonesia. Waspadalah," kata Hasyim.

Jakarta (B2B) - Former chairman of Nahdlatul Ulama (NU) Hasyim Muzadi has warned the Indonesian Muslims of the influence of the Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

"As a Muslim, I have to call on the Indonesian Muslims to not let themselves be provoked by the ISIS issue which has entered into Indonesia," Hasyim Muzadi said in a written statement.

He said that the Indonesian Muslims should not be provoked, let alone joining the movement and supporting it. Hasyim said the Indonesian Muslims, especially NU members, should not support the ISIS and avoid things that could divide Muslims.

"The ISIS is a new Islamic phenomenon in the Middle East which is by no means suitable with the Indonesian conditions," Hasyim Muzadi said.

The former chairman of UN, Indonesia's largest Muslim organization, said that Indonesia needed to be cautious because since the reforms era the seeds or embryos of radicalism had been planted in Indonesia, either through mass organizations, movements which had entered the country's system or through the medium of terror.

"I think if the embryos are cultivated with a mixture of the ISIS issue and of the rift emerging in post presidential election, it will help increase transnational movements' redicalism which endanger the safety of the Indonesian Muslims and the integrity of the Unitary State of Indonesia," he stressed.

He said that the Indonesian Muslims had better take more Islamic and typically Indonesian strategy rather than claiming to be the most Islamic, but justifying all means for the sake of their own group.

"The Prophet has never taught Muslims to justify all means. In the Islamic history, this is like the Khawarij Group which holds the principle that they are allowed to destroy anything that is against their will," the NU former leader said.