ISIS Manfaatkan Sentimen Agama untuk Pengaruhi Publik
Indonesian Police Reminded ISIS Uses Religious Sentiment to Recruit Followers
Reporter : Rizki Saleh
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
Jakarta (B2B) - Polri menegaskan gerakan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) 'menjual' sentimen agama untuk mempengaruhi masyarakat dan merekrut anggotanya.
"ISIS itu menjual sentimen agama. Indonesia dengan penduduk yang mayoritas beragama Islam, ISIS mempengaruhi orang, seolah-olah mereka berjuang untuk Islam," kata Brigjen Pol Boy Rafli Amar kepada pers di Jakarta, Sabtu.
Padahal, menurut Boy Rafli, ISIS dalam prakteknya menggunakan kekerasan dan mengusung senjata untuk berperang. Mereka melakukan perlawanan terhadap pemerintahan dan hukum yang ada. "Dalam bahasa hukum, ini bisa disebut tindakan makar," katanya.
Saat ini aspek pencegahan harus lebih diutamakan, kata dia.
"Diupayakan jangan sampai visi dan misi ISIS yang di luar negeri menjadi referensi bagi anak-anak muda kita," kata Boy.
Oleh karena itu, Polri menggandeng Kementerian Agama dan para alim ulama untuk mencegah radikalisasi ajaran ISIS menyebar di Indonesia.
Para alim ulama, sebagai pemimpin umat, di masa lalu turut berperan merebut kemerdekaan dengan melawan penjajah. Hal ini bisa ditularkan kepada generasi muda, jangan sampai mereka tidak paham sejarah bangsa, tapi lebih mengikuti sejarah negara lain, ujarnya.
Diharapkan para tokoh agama bisa memberikan petunjuk dan arti dari sebuah perjuangan, dan makna jihad yang benar, lanjutnya.
"Menegakkan hukum tidak hanya dengan menangkap, tapi juga lewat tindakan pencegahan supaya masyarakat Indonesia tidak terjebak kepada tindakan pelanggaran hukum," katanya.
Hadir dalam pertemuan tersebut, antara lain Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Ketua Umum MUI Din Syamsyudin, perwakilan Polri, TNI, BIN, BNPT, pimpinan Ormas Islam dan sejumlah elemen pemerintah dan masyarakat.
Dalam pertemuan tersebut, Kementerian Agama menyatakan ideologi ISIS bertentangan dengan prinsip NKRI, kesejarahan Islam dan penyebarannya di Nusantara, karena itu seluruh umat Islam di Indonesia diimbau untuk mewaspadai pengaruh dan kemunculan ISIS karena dapat merusak tata kehidupan yang telah dibangun di atas prinsip toleransi dan perdamaian.
Jakarta (B2B) - Indonesian Police stated that the Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) have played upon religious sentiments to recruit followers in Indonesia,
"ISIS uses religious sentiment among the public, since Indonesia has the largest Muslim population, to persuade the people to struggle for Islam," Police Spokesperson Brigadier General Boy Rafli Amar said in here on Saturday.
In fact, Boy noted, the Islamic State uses violence to force their will on others. "They resist against the legitimate government and laws, and in a legal term this is called rebellion," Boy said.
In terms of ISIS arriving in Indonesia, Boy underlined the importance of preventive actions.
"Dont let the ISIS vision and mission from abroad become a reference for our young people," he stressed.
According to officials, the police have been working along with Indonesian Ministry of Religious Affairs and Islamic scholars to prevent ISIS radical teachings from spreading in Indonesia.
Boy said the spirit of the role of Islamic scholars, from when the nation achieved independence from the colonialists in the past, should be transmitted to the nations youth in order to teach them about history and nationalism.
Further, the Indonesian Police expect Islamic scholars and religious figures to explain the true meaning of struggle and jihad.
"To enforce the law, we can not just arrest and put people behind bars, but also we need prevention to avoid the people of Indonesia from becoming trapped by actions that are against the law," Boy said.
At the seminar, Religious Affairs Minister Lukman Hakim Saifuddin said the ideology of ISIS was contradicted by the the unitary state of Indonesias principals and Islamic history, as it spreads throughout the country.
Lukman called for all Muslims in Indonesia to be aware of the rise of ISIS and its influences, as it could damage the nations harmony, which has been built through tolerance and peaceful principals.
Moreover, the ISIS virus is being spread through the internet,which is easy to access.
"What we can do now is to be introspective and be cautious for the sake of ourselves," said Lukman.
Also participating in the national seminar were Indonesian Ulema Council (MUI) Chairman Din Syamsudin, Indonesian Military (TNI), Indonesia Intelligence Agency (BIN), National Anti-Terrorism Agency (BNPT), Islamic organization leaders, government officials, and civil society members.
