Indonesia Alami Tiga Ketergantungan Ekonomi pada Asing
Indonesian Economy Depends on the Global Economy
Reporter : Gatot Priyantono
Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi
 b.jpg)
Jakarta (B2B) - Indonesia saat ini menghadapi tiga ketergantungan ekonomi, yaitu ketergantungan modal keuangan, teknologi, dan perdagangan.
"Oleh karena Indonesia menghadapi tiga ketergantungan ekonomi tersebut maka terjadilah rekolonialisasi di nusantara ini," kata Prof Dawam Rahardjo di Jakarta, Rabu (19/2).
Pembangunan dengan ketiga ketergantungan ekonomi itu merupakan rekolonisasi perekonomian Indonesia. Akibatnya, negara dan pemimpinnya akan sulit menegakan kedaulatan politik, walaupun secara formal yuridis sudah diproklamasikan, tambahnya.
Ia menjelaskan lebih lanjut ketergantungan modal keuangan, yakni, untuk pembangunan ekonomi yang dapat menciptakan kemakmuran bangsa diperlukan investasi dan modal kerja. Untuk itu, rakyat Indonesia tidak punya modal keuangan sehingga diperlukan impor modal asing dan pinjaman luar negeri sehingga pembangunan ekonomi lebih banyak menggunakan modal asing.
"Biasanya modal asing masuk untuk mengeruk sumber daya alam kita, khususnya pertambangan dan perkebunan besar dalam rangka menyediakan pasokan bahan mentah yang mentah untuk industrialisasi negara pemilik modal," ujar Dawam.
Ketergantungan teknologi terjadi saat mengeksplotasi sumber daya alam dan membangun industri manufaktur guna mengolah hasil perkebunan. Karena perlunya impor teknologi atau barang modal maka diperlukan pinjaman luar negeri.
Sedangkan ketergantungan perdagangan disebabkan karena Indonesia hanya mampu ekspor bahan mentah dengan pendapatan kecil, tapi impor teknologi dan barang modal sehingga devisa dalam jumlah besar melayang keluar negeri.
Oleh sebab itu, lanjut Dawam, pemimpin Indonesia ke depan harus mengubah strategi pembangunan yang terlalu mengutamakan investasi asing, modal asing serta teknologi canggih dengan pembangunan industrialisasi yang ditawarkan Samir Amin, seorang ekonom Marxist Mesir.
"Indonesia harus menempuh industrialisasi berbasis sumberdaya domestik," katanya.
Diperlukan transformasi ekonomi dari perekonomian kolonial ke perekonomian nasional dengan cara pertama, penggunaan modal asing yang selektif.
Kedua, mengolah bahan baku domestik terutama dari sumber-sumber pertanian, kelautan dan kehutanan.
Ketiga, penggunaan teknologi padat karya dan terus meningkatkan kesejahteraan buruh. Keempat, pengembangan pasar domestik sebagai fondasi pengembangan pasar ekspor.
Jakarta (B2B) - Indonesia should work towards achieving economic independence, given that the country has a trade-dependent economy.
"Political sovereignty will be difficult to carry out as the Indonesian economy depends on the global economy," Gajah Mada University economist Dawam Rahardjo stated here on Wednesday.
Dawam pointed out that Indonesias development strategy is heading towards economic growth that needs both capital and technology.
But, Indonesia lacks the requisite capital and technology, hence the government is inviting foreign capital, Dawam added.
"Indonesias development is largely dependent on foreign capital and not based on economic resources," he emphasized.
Dawam asserted that one of the consequences of the development in Indonesia is that the investors were partial towards development projects that benefitted them.
The projects promoted by investors have led to the exploitation of the natural resources of Indonesia such as oil, gas, coal, and palm oil plantations.
"The investors are also promoting industrialization, but with the pre-requisite condition that Indonesia must import raw materials from them," he added.
He believes that Indonesia requires advanced technology for development. However, he feels it is a kind of trap wherein Indonesia will have to use raw materials and technologies from abroad.
"We have to buy and import (raw materials and technology) and Indonesia does not have the funds. The last solution left is to borrow the required funds, though the related debt will continue to increase," Dawam explained.
Indonesias staggering debt condition will lead the country into a debt trap, which is caused by the import of raw materials and technology for increasing trade.
Dawam emphasized that Indonesia must have a leader with a personality based on Pancasila and the Constitution of 1945.