Rp3 Triliun, Alokasi BI untuk Cetak Uang Tiap Tahun
Indonesian Central Bank Allocates Rp3 Trillion to Print Paper Currency
Reporter : Gatot Priyantono
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
Jakarta (B2B) - Setiap tahun Bank Indonesia (BI) menghabiskan sekitar Rp3 triliun untuk mencetak uang kartal, karena itu penggunaan transkasi non-tunai harus terus digiatkan ke seluruh lapisan masyarakat guna mencapai efisiensi anggaran, kata pejabat BI.
"Setiap tahun BI mengeluarkan belanja sebesar Rp3 triliun untuk biaya mencetak, menyimpan, mendistribusikan, dan memusnahkan uang," kata Kepala Divisi Kebijakan dan Pengembangan Sistem Pembayaran BI Yura Djalins di Jakarta, Senin (18/8).
Dengan begitu, transaksi non-tunai diharapkan dapat menekan produksi uang kartal sehingga Bank Sentral dapat lebih hemat dalam operasional. Selain itu, menurut Yusra, nilai transaksi yang dilakukan masyarakat harus memiliki basis data rekam yang memadai.
Data yang terekam tersebut, kata dia, dapat menjadi rujukan pemerintah untuk melihat kondisi ekonomi masyarakat, dan sebagai refrensi perencanaan pembangunan.
Pada umumnya, data tersebut dapat menunjukkan daya beli dan kecenderungan belanja masyarakat, Hal tersebut, ujar dia, dapat menjadi rujukan yang dimanfaatkan berbagai pihak untuk menentukan daerah prioritas pembangunan, dan model pembangunan seperti apa yang dapat dikembangkan dari suatu daerah.
"Kalau tercatat, pemerintah bisa lebih mudah menentukan arah pembangunan yang tepat di satu wilayah,"
Dia juga menekankan transaksi non-tunai dapat menghindari potensi tindak pidana pencucian uang (TPPU).Tindak pidana tersebut dapat terjadi, karena nilai transaksi nasabah tidak memiliki rekam data yang kuat.
"Oleh karena itu, kita harus lebih banyak menggunakan transaksi non-tunai," ujarnya.
Jakarta (B2B) - Indonesian central bank has set aside Rp3 trillion per year to print paper currency, which is considered as a substantial amount, hence the government will encourage the use of non-cash transactions.
"Every year, Bank Indonesia spends Rp3 trillion for printing, saving, distributing, and destroying printed currency," Bank Indonesias Head of Policy and Payment Development System, Yura Djalins, stated here on Tuesday.
He said, that the use of non-cash transactions will allow the monetary authority to curb and economize the operational budget for printing currency. The use of non-cash transactions will also benefit the payments tracking system since records of transactions are maintained.
The transaction records can be used as a reference by the government to measure the economy and formulate development plans.
Generally, Yura explained that the recorded data revealed peoples demands and their spending behaviors, which can be used to identify areas of development and a suitable development model.
"If all transactions are recorded, it will become easier for the government to drive suitable development across each region," Yura emphasized.
Yura also underlined the benefit of non-cash transactions that can prevent money laundering crimes since every single transaction was recorded and can be traced.
"Therefore, we have to use non-cash transactions more," he reiterated.
