Menko Polhukam: Senjata Teroris Diduga Dipasok dari Mindanao Filipina
Weapons of Jakarta Attacks was Suplied of the Philippines, Indonesian Senior Minister Says
Reporter : Rizki Saleh
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
Jakarta (B2B) - Pemerintah menduga para teroris mendapat pasokan senjata dari Mindanao, Filipina yang digunakan untuk melancarkan serangan bom dan penembakan di kawasan Jl Thamrin, Jakarta Pusat pada Kamis (14/1).
"Kami menduga senjata mereka dipasok dari Mindanao," kata Menko Polhukam, Luhut B Pandjaitan di Jakarta pada Jumat (15/1).
Dia menambahkan, senjata rakitan yang mereka gunakan dirakit di suatu tempat di Jakarta namun dia menolak untuk mengungkapkannya. "Polisi sudah mengetahui tempatnya, nanti segera diumumkan."
Luhut memastikan situasi keamanan setelah teror bom tersebut tetap terkendali seraya mengingatkan publik untuk tetap waspada, karena polisi tetap melakukan pengusutan dan pengejaran terhadap para teroris yang saat ini belum tertangkap.
Serangan bom dan penembakan di Jakarta menewaskan tujuh orang dan melukai puluhan orang lainnya. Lima korban tewas adalah pelaku teror dan dua lainnya adalah korban tidak bersalah yakni seorang warga Jakarta dan warga Belanda.
Jakarta (B2B) - Indonesian senior minister Luhut B Pandjaitan said said that the weapons used in the attacks at MH Thamrin Street of Central Jakarta on Thursday were supplied from Mindanao, the Philippines.
"Some were from Mindanao," Coordinating Minsiter for Political, Legal and Security Affairs Luhut B Pandjaitan said here today.
Mr Pandjaitan said that the police have discovered the explosives used in the attacks were assembled in Jakarta. "The police have found the location. We'll announce it later."
He confirmed that the situation following the attacks is currently under control but he reminded people to be aware and careful of future threats and promised that the police will keep pursuing and investigating terrorists groups that have not been caught.
The attacks killed seven people and wounded dozens others. Five of the seven people killed were suspected to be the perpetrators while the other were two civilians; one was Dutchman and the other was an Indonesian.
