Pemilu Serentak Indonesia tercatat sebagai Terbesar di Dunia
Indonesians Choose President, Parliament in World`s Biggest One-day Vote
Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi
RAKYAT Indonesia hari ini akan memberikan suara dalam pemilihan serentak terbesar di dunia, Rabu, dengan tempat pemungutan suara dilakukan pertama di Papua, setelah kampanye berlangsung enam bulan untuk pemilihan presiden dan anggota parlemen.
Presiden Joko Widodo, seorang pengusaha furnitur yang memasuki dunia politik 14 tahun yang lalu sebagai walikota Solo, sedang mengikuti pemilihan presiden untuk periode kedua melawan Prabowo Subianto, yang kalah tipis dalam Pilpres lima tahun lalu, 2014.
Isu ekonomi mendominasi kampanye yang berlangsung sengit, meskipun kebangkitan politik identitas telah membayangi pemilihan di negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia.
Sebagian besar jajak pendapat menyatakan Joko Widodo unggul dua digit, tetapi oposisi mengatakan selisih suara hasil pemungutan suara akan sangat ketat. Ini menuduh penyimpangan data yang dapat mempengaruhi jutaan pemilih dan telah berjanji tindakan hukum atau "kekuatan rakyat" jika kekhawatirannya diabaikan.
"Sistem ini tidak sangat mudah, tetapi ada cukup checks and balances di tempatnya," Kevin O´Rourke, seorang analis politik dan penulis buletin Reformasi Weekly, mengatakan minggu ini.
Dia mengatakan masalah dengan daftar pemilih "tidak begitu buruk sehingga dapat mempengaruhi hasil pemilu".
Kemenangan tak terduga untuk penantang bisa memicu aksi jual singkat di pasar keuangan yang memberi harga pada kemenangan Widodo, kata para analis.
"Seandainya Prabowo menang, ini benar-benar akan menjadi akhir dari jajak pendapat di Indonesia ... dan sebuah kegelisahan besar," kata Marcus Mietzner, associate professor di Australian National University.
"Pertanyaannya adalah apa margin kemenangannya," katanya, memprediksi pencalonan kedua Jokowi sebagai presiden periode 2019 - 2024 seperti dikutip Reuters yang dilansir MailOnline.
INDONESIANS vote in the world´s biggest single-day election on Wednesday, with polling stations opening first in the east of the sprawling equatorial archipelago after a six-month campaign to choose a new president and parliament.
President Joko Widodo, a furniture businessman who entered politics 14 years ago as a small-city mayor, is seeking re-election against former general Prabowo Subianto, whom he narrowly defeated in the last election, in 2014.
The economy has dominated a hard-fought campaign, though the rise of political Islam has loomed over the vote in the world´s most populous Muslim-majority country.
Most opinion polls give Widodo a double-digit lead but the opposition says the race is much closer. It alleges data irregularities that could affect millions of voters and has vowed legal or "people power" action if its concerns are ignored.
"The system is not foolproof, but there are enough checks and balances in place," Kevin O´Rourke, a political analyst and author of the newsletter Reformasi Weekly, said this week.
He said problems with voter lists "are not so bad that it can affect the outcome of the election".
An unexpected win for the challenger could trigger a brief selloff in financial markets that have priced in a Widodo victory, analysts say.
"Should Prabowo win, this would literally be the end of opinion polling in Indonesia ... and a major, major upset," said Marcus Mietzner, associate professor at Australian National University.
"The question is what the margin of victory will be," he said, predicting Widodo´s re-election.
