Relokasi Pengungsi Sinabung ke Hutan Lindung Siosar, Ini Peluang dan Kendalanya
Opportunities and Constraints Relocation of Indonesia`s Sinabung Refugees in Siosar
Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani
Kabanjahe, Sumatera Utara (B2B) - Pemerintah RI menyediakan areal relokasi bagi 2.053 pengungsi Sinabung di hutan lindung Siosar, sekitar 17 km dari kota Kabanjahe, ibu kota Kabupaten Karo memanfaatkan hutan lindung milik Kementerian Kehutanan RI. Saat ini telah dibangun 50 rumah tipe 36 di Siosar atas dukungan prajurit TNI AD dari Kodam I Bukit Barisan, dari target pembangunan tahap pertama sebanyak 370 unit rumah. Sementara untuk lahan pertanian, telah disiapkan lahan seluas 416 hektar di Siosar.
Fakta tersebut terungkap dari pembahasan revitalisasi pengungsi Sinabung oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) dengan Pemerintah Kabupaten Karo, Sumatera Utara di kota Kabanjahe, Kamis. Pertemuan dipimpin Sekretaris Daerah Pemkab Karo, Saberina Tarigan dengan Asisten Deputi Urusan Penelitian UKM, Karimuddin Daud dan Asisten Deputi Pengkaderan UKM, Asep Kamaruddin.
Saberina mengatakan infrastruktur di Siosar sudah memadai antara lain jalan lebar dalam tahap pengerasan tapi belum diaspal, listrik, air minum yang belum lama ini ditinjau oleh Menteri Sosial Chofifah Indar Parawansa. Partisipasi masyarakat dengan meminjamkan lahan seluas 15 hektar di Kabanjahe, yang biasa dimanfaatkan untuk lahan penggembalaan ternak oleh warga untuk memberdayakan pengungsi Sinabung.
"Pengungsi Sinabung dari tujuh desa terdampak erupsi menyatakan siap pindah tapi setelah di areal relokasi mereka balik bertanya apa yang dapat kami kerjakan di Siosar. Mereka tetap ingin bekerja mencari nafkah dan tidak ingin tergantung pada bantuan jadup (jatah hidup, red) dari pemerintah," kata Saberina.
Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Koperindag) Mulia Barus menambahkan, pengungsi Sinabung sangat terbuka pada hal-hal baru seperti yang ditawarkan lembaga swadaya masyarakat (LSM) seperti membuat keramik dan kerajinan. Namun masalah baru muncul pada soal pemasaran, meski sudah diupayakan melalui pasar tradisional dan sentra wisata di Berastagi.
"Pemkab berharap para pengungsi Sinabung sudah melakukan kegiatan ekonomi untuk kelangsungan hidup mereka sebelum masuk ke Siosar. Mereka orang-orang produktif, terutama kaum wanita Karo di bidang pertanian," kata Mulia Barus.
Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Martinus Tarigan menyoroti keberadaan pohon pinus di Siosar yang ditanam oleh pemerintah daerah setempat pada dekade 70-an yang sebagian tandus dan sisanya dipenuhi alang-alang. Pohon pinus ditanam untuk mengatasi tanahnya yang tidak subur. Namun sejak 10 tahun terakhir sebelum terjadi erupsi Gunung Sinabung, ada dua perusahaan bahan baku terpentin yang melakukan penderesan pinus di Siosar, dan warga Sinabung dapat direkrut untuk menjadi karyawan.
"Harus diakui hutan pinus mengakibatkan tanah di situ tidak subur, namun dapat diatasi denga teknologi pertanian yang berkembang pesat saat ini. Warga Sinabung dapat bekerja sambilan sebagai penderes. Petani dari Sinabung juga dapat mengembangkan tanaman hidroponik atau polybag dan wadah-wadah lain sebagai alternatif," kata Martinus, alumnus Fakultas Kehutanan di Institut Pertanian Bogor (IPB).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Karo, Johnson Tarigan mengungkap tentang sulitnya akses ke Siosar, yang tentunya dapat menjadi peluang untuk mengembangkan bisnis transportasi di kawasan tersebut, dalam mendukung pembangunan kawasan relokasi.
Kabanjahe, Indonesia (B2B) - The Indonesian government to relocate 2,053 Sinabung refugees to Siosar protected forest, about 17 km of Kabanjahe town, capital city of North Sumatera´s Karo district by utilizing the protected forest owned by Forestry Ministry. Currently in Siosar has built 50 houses the size of 36 m2 which is supported by the army soldiers of the Bukit Barisan Military Command of the target 370 housing units for the first phase. While for the agriculture, has prepared 416 acres of land in Siosar.
These facts was revealed by the discussion revitalization Sinabung refugees by the Indonesian Cooperatives and Small and Medium Enterprises (SMEs) Ministry with the Karo district government of North Sumatra province in Kabanjahe town recently. The meeting was chaired by Regional Secretary Karo district, Saberina Tarin with Deputy Assistant Research SMEs of the ministry, Karimuddin Daud and Assistant Deputy Cadre of SMEs, Asep Kamaruddin.
Mrs Tarigan said, Siosar supported infrastructure such as roads in the hardening phase but not paved, electricity, and water supply, which was recently reviewed by the Minister of Social Affairs Chofifah Indar Parawansa. Community participation by lending area of 15 hectares in Kabanjahe, which is used as cattle grazing land to empower Sinabung refugees.
"Refugees from seven villages affected by the eruption states ready to move, but they ask what can be done in Siosar. They still want to work for a living and do not want to depend on the help of local governments," she said.
Head of the Department of Cooperatives, Industry and Trade of Karo district, Mulia Barus added that Sinabung refugees are very open to new things like that offered by non-governmental organizations to make ceramics and handicrafts. However, new problems arise related to the marketing of products, though it was attempted via traditional markets and tourist centers in Berastagi.
"The local government hopes the refugees already engage in economic activities for their survival before entering into Siosar. They are productive people, especially women Karo in agriculture," Mr Barus said.
Head of Department of Energy and Mineral Resources, Timotius Ginting highlights Siosar pines planted in the 70s because the soil barren and filled with reeds. Pine trees planted because the soil in Siosar is not fertile. But the last 10 years prior to the eruption of Mount Sinabung, there are two companies of raw materials utilizing of turpentine pine sap in Siosar, and residents Sinabung can be recruited to become employees.
"It must be admitted pine forests resulted in poor soil, but can be overcome with the rapidly growing agricultural technology at this time. Residents can Sinabung moonlighted as tappers. Farmers of Sinabung also able to grow plants hydroponically or polybags, and other containers as an alternative," said Mr Ginting, an alumnus of the Faculty of Forestry at Bogor Agricultural Institute.
Head of the Regional Disaster Management Agency Karo district government, Johnson Tarigan reveal about the difficulty of access to Siosar, which of course can be an opportunity to develop a transportation business, to support economic activity in the relocation of refugees.
