Gajah, Drakula dan Superhero jadi Petugas TPS Meriahkan Pilpres

Indonesia Lures Voters with Ghouls, Superheros and Tons of Fun

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Gajah, Drakula dan Superhero jadi Petugas TPS Meriahkan Pilpres
Foto2: AFP/MailOnline

MENGENAKAN pakaian seperti Count Dracula, Yasim Adnan tidak terlihat seperti seorang Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), begitu pula dengan anggota KPPS lainnya yang berpakaian seperti mumi dan biarawati menyeramkan dengan darah mengalir dari mata mereka.

Pria berusia 37 tahun itu memimpin salah satu tempat pemungutan suara [TPS] paling menyeramkan di Indonesia pada Rabu sebagai salah satu TPS dari pemilihan umum serentak yang diikuti 190 juta penduduk yang masuk daftar pemilih tetap [DPT] dan 245.000 calon legislatif bersaing untuk kursi parlemen, dan pemilihan presiden.

Guna meningkatkan partisipasi pemilih sekaligus mencegah golongan putih [Golput] maka banyak TPS dari total 800.000 TPS di seluruh Indonesia berupaya menarik perhatian pemilih, mulai dari berpakaian seperti hantu dan pahlawan super hingga menunggang gajah untuk mengangkut kotak dan surat suara di Lampung.

Di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, pemilih memberikan suara mereka di TPS Adnan yang bertema horor yang dilengkapi dengan peti mati kardus dan kain perca berlumur darah yang menggantung dari langit-langit.

Staf diizinkan mengenakan kostum apa pun yang mereka pilih, asalkan itu tidak menguntungkan calon petahana Joko Widodo atau rivalnya, Prabowo Subianto.

"Kami berusaha menarik perhatian pemilih untuk menekan jumlah golput," kata Adnan kepada AFP, menggunakan istilah Indonesia untuk warga negara yang tidak memberikan suara.

Upaya tersebut tampaknya berhasil.

"Ini luar biasa - - temanya sangat berbeda dari TPS lain," kata Komariah Usia, 42 tahun.

Ada juga bilik foto di tangan untuk pemilih - yang jari-jarinya dicelupkan ke dalam tinta yang tak terhapuskan untuk mencegah pengambilan suara ganda - ingin mengambil gambar diri mereka sebagai bukti tugas kewarganegaraan mereka.

Beberapa restoran dan pengecer lainnya menawarkan makanan dan minuman gratis kepada mereka yang mengangkat jari mereka yang bernoda tinta sebagai bukti mereka memilih.

Di Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia, tempat pemungutan suara bertema Avengers juga terbukti sukses.

Petugas pemilihan di sana berpakaian sebagai pahlawan super kartun serta Amazing Spiderman, membantu pemilih yang cacat memberikan suara dan menekan jari ke dalam toples tinta halal.

"Kami membuatnya terlihat seperti ini untuk memotivasi pemilih muda atau milenial, terutama pemilih yang baru pertama kali memilih," kata Ketua KPPS Andilio, 

Namun dia juga berharap anggota KPPS akan membawa kostum Avengers dengan melayani "pemilih seperti bagaimana kostum yang dikenakan."

"Untuk memastikan pemilih berlangsung demokratis, lancar, aman, dan damai," tambahnya.

Tidak mau kalah, para petugas KPPS di Sumatra meminta bantuan tiga gajah Sumatra yang terancam punah untuk meningkatkan jumlah pemilih dan meningkatkan kesadaran tentang berkurangnya jumlah gajah di alam liar.

Gajah-gajah itu digunakan untuk mengangkut kotak-kotak suara kardus ke tempat pemungutan suara di kecamatan Trumon Tengah - banyak untuk hiburan penduduk setempat.

"Saya melihat semua orang keluar ke tempat pemungutan suara - terutama karena ada gajah," kata Syahrul yang berusia 32 tahun seperti dikutip AFP yang dilansir MailOnline.

DRESSED like Count Dracula, Yasim Adnan doesn't look much like an election official, but neither do his staff who are decked out as mummies and spooky nuns with blood pouring from their eyes.

The 37-year-old Indonesian presided over one of the creepiest ballot stations in the Muslim majority country Wednesday as it held a giant election that featured some 190 million voters and 245,000 candidates vying for public office, including a new president.

To bolster turnout at some 800,000 polling booths nationwide, election officials pulled out all the stops, from dressing like ghouls and superheroes to enlisting the help of elephants in Sumatra.

In Lebak Bulus, in the south of the capital Jakarta, voters cast their ballots at Adnan's horror-themed polling station which was outfitted with cardboard coffins and blood-stained rags that hung from the ceiling.

Staff were allowed any costume they chose, as long as it didn't appear to favour either president Joko Widodo or his re-election rival Prabowo Subianto.

"We're trying to attract people so there will be less golput," Adnan told AFP, using the Indonesian term for citizens who don't vote.

It seemed to work for some locals.

"This is amazing - - the theme is so different from other stations," said 42-year-old Komariah Usia.

There was also a photo booth on hand for successful ballot casters -- whose fingers were dipped in indelible ink to prevent double voting -- keen to snap a picture of themselves as proof of their civic duty.

Some restaurants and other retailers were offering free food and drink to those held up their ink-stained finger as proof they voted.

In Surabaya, Indonesia's second-biggest city, an Avengers-themed polling station also proved a hit.

Election officials there dressed as the cartoon superheroes as well as the Amazing Spiderman, helping disabled voters cast a ballot and pressing fingers into the Muslim-approved halal ink jars.

"We made it look this way to motivate millennials, especially first-time voters," said polling station chief Andilio, who goes by one name.

But he also hoped that staff would take the Avengers costumes to heart by serving "voters just like how these characters would".

"Safeguard democracy and the election so it will be smooth, safe, and peaceful," he added.

Not to be outdone, officials in Sumatra enlisted the help of three critically endangered Sumatran elephants to boost voter numbers and raise awareness about their dwindling numbers in the wild.

The elephants were used to transport cardboard ballot boxes to polling stations in Central Trumon subdistrict -- much to the entertainment of locals.

"I see everybody came out to the polling station -- especially because there's elephants," said 32-year-old Syahrul.