Setya Novanto Mundur dari Ketua DPR RI jadi Sorotan Dunia

Indonesian Parliament Speaker Quits Amid Graft Investigation

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Setya Novanto Mundur dari Ketua DPR RI jadi Sorotan Dunia

KETUA DPR RI yang ditetapkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadi tersangka kasus korupsi KTP elektronik senilai Rp2,3 triliun, mengajukan pengunduran diri, seperti diumumkan parlemen pada Senin.

Setya Novanto ditangkap bulan lalu karena dugaan perannya dalam skandal megakorupsi yang terkait dengan proyek KTP elektronik nasional.

KPK kemudian menyeretnya sebagai tersangka dan masuk bui yang kemudian mengirim surat kepada pimpinan DPR yang diminta untuk mempertahankan jabatannya sebagai Ketua DPR meski sudah ditetapkan KPK sebagai tersangka.

"Setya Novanto telah mengundurkan diri," kata anggota DPR Yandri Susanto kepada Reuters, mengacu pada sebuah surat di mana Setnov menyatakan mundur dari jabatannya.

"Dia tidak mengatakan alasannya."

Penggantinya sebagai Ketua DPR diharapkan diputuskan oleh partainya, Golkar, dalam sebuah pertemuan luar biasa pada 19 Desember, kata Dito Ganinduto, anggota parlemen dari partai Golkar.

Novanto belum mengundurkan diri sebagai ketua umum Golkar, kata Ganinduto.

Seorang pengacara Setnov, Maqdir Ismail, mengajukan pertanyaan tentang masalah tersebut kepada Plt ketua umum Golkar Idrus Marham.

Namun Idrus Marham tidak bisa dihubungi untuk dimintai tanggapannya.

Setnov berulangkali disebut terkait kasus korupsi sebelumnya namun dengan kasus KTP elektronik yang membuatnya dicokok KPK.

Pertarungan terakhirnya dengan KPK telah mencengkeram Indonesia, di mana surat kabar telah memercikkan cerita di halaman depan dan posting media sosial yang mengejeknya.

Sebelum penahanannya bulan lalu dia selama berbulan-bulan menolak memenuhi panggilan pemeriksaan oleh KPK.

Tuduhan terhadap Setnov memperkuat persepsi di kalangan masyarakat bahwa DPR, yang sejak lama dianggap memiliki korupsi yang mengakar, menjadi institusi yang tidak dipercaya menurut survai.

Indonesia menduduki peringkat 90 tahun lalu dari 176 negara terkait indeks persepsi korupsi Transparency International.

Badan pengawas tersebut telah memilih DPR RI sebagai institusi paling korup di Indonesia, dan pada Juli meminta Presiden Joko Widodo untuk melindungi KPK terhadap upaya legislatif untuk melemahkan KPK.

Kritikus di dalam dan di luar parlemen mengatakan bahwa akar masalahnya adalah politik uang seperti dilansir MailOnline.

THE SPEAKER of Indonesia´s parliament, who is being investigated for his suspected involvement in a $170 million graft scandal, has tendered his resignation, two members of the assembly said on Monday.

Setya Novanto was arrested last month over his suspected role in the scandal linked to a national electronic identity card scheme.

Anti-corruption investigators then took him into custody from where he sent a letter to assembly leaders pleading to be allowed to keep his job while he fought the charges.

"Mr Novanto has resigned," member of parliament Yandri Susanto told Reuters, referring to a letter in which Novanto announced his decision.

"He didn´t say why."

A replacement for him as speaker was expected to be decided by his party, Golkar, at an extraordinary meeting on Dec. 19, said Dito Ganinduto, a member of parliament from Novanto´s Golkar party.

Novanto had not resigned as chairman of Golkar, Ganinduto said.

A lawyer for Novanto, Maqdir Ismail, deferred questions on the matter to acting Golkar chairman Idrus Marham.

Marham could not be reached for comment.

Novanto had clung to power through several previous corruption cases.

His latest battle with the graft agency has gripped Indonesia, where newspapers have splashed the story on front pages and social media posts mocking him have been widely shared.

Before his detention last month he had for months declined to answer summonses for questioning by the Corruption Eradication Commission, known by its Indonesian initials KPK.

The allegations against Novanto have reinforced the perception among Indonesians that their parliament, long regarded as riddled with entrenched corruption, is a failing institution.

Indonesia was ranked last year at 90 out of 176 countries on Transparency International´s corruption perception index.

The watchdog has singled out parliament as Indonesia´s most corrupt institution, and in July called on President Joko Widodo to protect the KPK against attempts by the legislature to weaken the commission´s powers.

Critics inside and outside the parliament say the root problem is money politics.