Media Asing Soroti 19 Korban Tewas Akibat Kabut Asap

Indonesia Upgrades Death Toll from Haze to 19

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Media Asing Soroti 19 Korban Tewas Akibat Kabut Asap
Foto: MailOnline

KORBAN TEWAS akibat kabut asap yang menyelimuti wilayah Indonesia menjadi 19, seperti dikatakan seorang menteri mengatakan pada Rabu, hampir dua kali lipat dari laporan sebelumnya karena krisis akibat kebakaran hutan yang meluas semakin memburuk.

Selama hampir dua bulan, ribuan kebakaran yang disebabkan pembukaan lahan pertanian dan perkebunan dengan cara membakar hutan di Indonesia telah mencapai beberapa negara tetangga di Asia Tenggara, sekolah harus ditutup dan sejumlah penerbangan maupun beberapa kegiatan internasional dibatalkan.

Diperkirakan setengah juta orang menderita penyakit pernapasan sejak kebakaran terjadi pada Juli. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPG) sebelumnya menyatakan kebakaran telah membunuh 10 orang, beberapa di antaranya meninggal saat terjadi kebakaran dan korban tewas lain akibat terpapar asap.

Namun menteri sosial mengkonfirmasi pada Rabu bahwa korban tewas bertambah.

"Sampai pagi ini, ada sembilan belas orang yang telah meninggal akibat kabut asap," kata Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa kepada pers di Jakarta, seperti dikutip AFP yang dilansir MailOnline.

Para korban berada di Sumatera dan Kalimantan dan diduga kebakaran sengaja dilakukan oleh para petani yang ingin membuka ladang dengan cepat dan murah.

Presiden Joko Widodo berencana untuk melakukan kunjungan kerja ke wilayah yang terdampak asap pada akhir pekan ini, setelah mengakhiri kunjungannya ke Amerika Serikat lebih cepat dari jadwal untuk mengatasi krisis kabut asap.

Tiga kapal perang yang bersiaga di Kalimantan untuk evakuasi, dengan menyediakan tempat penampungan sementara bagi warga agar terhindar dari dampak buruk akibat kabut asap.

Para pakar lingkungan memperingatkan bahwa bencana kabut asap akan berdampak terburuk, dipicu oleh kekeringan akibat fenomena dampak El Nino.

Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Luhut B Pandjaitan mengakui pada Rabu bahwa Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) gagal memprediksi dampak parah dari El Nino, setelah upaya pemadaman terhadap bencana lingkungan terparah yang belum pernah terjadi sebelumnya.

THE DEATH toll from acrid haze blanketing parts of Indonesia has climbed to 19, a minister said on Wednesday, almost double the previous figure as the crisis from widespread forest fires worsens.

For nearly two months, thousands of fires caused by slash-and-burn farming in Indonesia have choked vast expanses of Southeast Asia, forcing schools to close and scores of flights and some international events to be cancelled.

An estimated half a million people have suffered respiratory illnesses since the fires started in July. Indonesia's disaster agency previously stated the fires had killed 10 people, some of whom died while fighting the blazes and others from the pollution.

But the country's social minister confirmed Wednesday the death toll had risen.

"As of this morning, there are nineteen people who have died from the effects of haze," Khofifah Indar Parawansa told reporters in Jakarta.

The victims were all from Sumatra and Kalimantan -- Indonesia's half of Borneo island -- where fires have been deliberately lit by farmers wanting to quickly and cheaply clear land.

President Joko Widodo plans to tour the worst-hit regions later this week, having cut short his visit to the United States to deal with the crisis.

Three warships are on standby in Kalimantan in case a large-scale evacuation is needed, with temporary shelters being rapidly built to house those fleeing the toxic smog.

Experts warn the current outbreak is on track to become the worst ever, exacerbated by bone-dry conditions caused by the El Nino weather phenomenon.

Indonesia's security minister Luhut Panjaitan also admitted Wednesday the country's weather agency had failed to predict this year's El Nino would be more severe than 1997, when out-of-control fires sent pollution soaring to record highs in an unprecedented environmental disaster.