Hasil Penghitungan Sementara Jokowi Ungguli Prabowo Disorot Dunia

Unofficial Results Show Indonesian President on Course to Win Second Term

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Hasil Penghitungan Sementara Jokowi Ungguli Prabowo Disorot Dunia
Foto: Press Association/MailOnline

HASIL ´hitung cepat´ atau Quick Count dari lembaga survei terkemuka Indonesia yang menggunakan sampel dari tempat pemungutan suara [TPS] terbukti andal menghitung hasil pemilihan suara sementara.

Dengan 50% hingga 80% sampel TPS dihitung, lembaga survei memperlihatkan hasil Quick Count yang menunjukkan bahwa Widodo memenangkan sekitar 55% suara.

Puluhan juta orang Indonesia memberikan suara dalam pemilihan presiden dan legislatif setelah kampanye yang mengacu pada kemajuan pemerintahan kandidat petahana Joko Widodo yang stabil terhadap retorika pesimistis Prabowo Subianto yang meramalkan  Indonesia akan punah tanpa kepemimpinan kuatnya.

Pemilihan umum serentak Indonesia membutuhkan dukungan logistik besar untuk menyalurkan suara 193 pemilih yang memenuhi syarat untuk memilih, lebih dari 800.000 tempat pemungutan suara [TPS] dan 17 juta orang terlibat dalam memastikan pemungutan suara berjalan dengan lancar. Helikopter, kapal, dan kuda digunakan untuk membawa surat suara ke pelosok Indonesia yang terpencil dan sulit diakses.

Jajak pendapat pra-pemilihan secara konsisten memberikan keunggulan besar sebanyak 20 poin persentase kepada Jokowi dan pasangannya, Ma´ruf Amin, meskipun analis mengatakan hasil penghitungan suara diperkirakan akan semakin ketat.

Kampanye Jokowi yang menyorot kemajuan selama pemerintahannya kemajuannya dalam pengurangan kemiskinan dan meningkatkan infrastruktur Indonesia dengan membangun pelabuhan baru, jalan tol, bandara dan angkutan cepat massal. Yang terakhir menjadi kenyataan bulan lalu di Jakarta yang sangat padat dengan pembukaan kereta bawah tanah atau mass rapid transport [MRT].

Sebagai seorang nasionalis yang gigih, Prabowo melakukan kampanye berbasis pesimistis, menyoroti apa yang dia lihat sebagai kelemahan Indonesia dan risiko eksploitasi oleh kekuatan asing atau disintegrasi.

Prabowo Subianto memberikan suara tidak lama setelah pukul 8 pagi di Bogor di provinsi Jawa Barat, salah satu basis dukungannya, dan mengatakan kepada wartawan bahwa ia yakin akan menang meski kalah di sejumlah TPS.

"Saya berjanji bahwa kita akan bekerja untuk kepentingan negara," katanya. "Jika itu kacau atau tidak, itu bukan dari kami. Tetapi saya jamin bahwa kita tidak ingin lagi dicurangi, bahwa orang Indonesia tidak mau dicurangi lagi."

Jokowi yang memberikan suara di Jakarta, mengangkat jari yang dicelupkan ke dalam tinta halal dan menunjukkan kepada wartawan seraya mengatakan kegiatan berikutnya adalah bermain dengan cucunya dan makan bersama istrinya, Iriana Widodo seperti dikutip Press Association yang dilansir MailOnline.

Ditanya apakah dia merasa optimis tentang hasil pemungutan suara hari Rabu, Jokowi mengatakan: “Selalu. Kita harus tetap optimis di tempat kerja."

THE SO-CALLED “quick counts” from reputable survey organisations that use a sample of polling stations have been reliable in past elections.

With 50% to 80% of sample polling stations counted, the survey organisations showed Mr Widodo winning about 55% of the vote.

Tens of millions of Indonesians cast votes in the presidential and legislative elections after a campaign that pitted the steady progress of Mr Widodo’s government against Mr Subianto’s fear-based rhetoric that predicted the country would fall apart without his strongman leadership.

The election was a huge logistical exercise with 193 million people eligible to vote, more than 800,000 polling stations and 17 million people involved in ensuring polls ran smoothly. Helicopters, boats and horses were used to get ballots to remote and inaccessible corners of the archipelago.

Pre-election polls consistently gave a large lead of as much as 20 percentage points to Mr Widodo and his running mate, conservative cleric Ma’ruf Amin, though analysts said the race was likely to be tighter.

Mr Widodo’s campaign highlighted his progress in poverty reduction and improving Indonesia’s inadequate infrastructure with new ports, toll roads, airports and mass rapid transit. The latter became a reality last month in chronically congested Jakarta with the opening of a subway.

A strident nationalist, Mr Subianto ran a fear-based campaign, highlighting what he sees as Indonesia’s weakness and the risk of exploitation by foreign powers or disintegration.

Mr Subianto voted not long after 8am in Bogor in West Java province, one of his strongholds of support, and told reporters he was confident of winning despite trailing in the polls.

“I promised that we will work for the good of the country,” he said. “If it’s chaos or not, it’s not coming from us. But I guarantee that we don’t want to be cheated anymore, that Indonesian people don’t want to be cheated anymore.”

Mr Widodo, who voted in Jakarta, held up a finger dipped in inedible ink to show reporters and said his next stop was playing with his grandson and eating with his wife, Iriana Widodo.

Asked if he was feeling optimistic about the results of Wednesday’s vote, Mr Widodo said: “Always. We should stay optimistic at work.”