Badan Litbang dan Inovasi KLH dan Kehutanan Jawab Tantangan Terkini

Indonesia´s Environment and Forestry Ministry Anticipates the Latest Challenge

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Badan Litbang dan Inovasi KLH dan Kehutanan Jawab Tantangan Terkini
Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI (KLHK), Henry Bastaman (tengah) Foto: B2B/Mya

Jakarta (B2B) - Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI (KLHK) memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) untuk mitigasi dan adaptasi dampak El Nino dengan mendorong penyiapan lahan tanpa bakar pada sektor kehutanan dan perkebunan guna meminimalisir terjadinya kebakaran lahan.

Kepala Balitbang dan Inovasi KLHK, Henry Bastaman mengatakan langkah mitigasi dan adaptasi tersebut dengan pemanfaatan jenis unggul hasil penelitian dan pengembangan yang tahan terhadap kekeringan baik jenis kayu pertukangan atau penghasil pulp seperti akasia, jati, trembesi, dan murbei.

"Sementara hasil penelitian pemetaan kerawanan kekeringan di beberapa kawasan hutan dapat diperluas untuk memetakan kerawanan kekeringan pada daerah terdampak El Nino," kata Henry Bastaman kepada pers di kantornya di Jakarta pada Senin (10/8).

Terkait dengan pemantauan kualitas udara dan sumber air pada daerah rawan dampak El Nino, menurutnya, dapat dilakukan oleh Puslitbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan.

Dalam kesempatan tersebut, dia juga memaparkan tentang metode perhitungan karbon dengan Indonesia Carbon Accounting System (INCAS) yang diluncurkan oleh Menteri KLHK Siti Nurbaya pada 27 Maret 2015 di Jakarta.

"INCAS merupakan sistem yang dikembangkan untuk mendukung persyaratan pelaporan emisi dari hutan, termasuk pengukuran, pelaporan, dan verifikasi atau MRV untuk REDD+ yang merupakan syarat utama pelaksanaan program penurunan emisi gas rumah kaca atau GRK adalah tersusunnya MRV yang kredibel, dan transparan," kata Henry Bastaman.

Menurutnya, salah satu persyaratan mendasar dan untuk menurunkan emisi GRK sebesar 26% pada 2020 dengan upaya sendiri, dan mencapai 41% dengan bantuan internasional dari kondisi tanpa adanya rencana aksi sebagai business as usual.

Jakarta (B2B) - Indonesia's Research, Development and Innovation Agency Ministry of Environment and Forestry are utilizing science and technology for mitigation and adaptation to the effects the El Nino, by encouraging land preparation without burning on forestry and plantation sectors in order to minimize fires on land.

The Head of Research and Development and Innovation in the ministry, Henry Bastaman said mitigation and adaptation to the utilization of research results, and the development of drought resistant from various types of wood like acacia, teak, tamarind, and mulberry.

"While the results of the mapping of vulnerability to drought in some forest areas can be expanded, to mapping the vulnerability to drought in areas affected by the El Nino," Henry Bastaman told the press in his office here on Monday (8/10).

Related to monitoring air quality, and water resources in vulnerable areas the effects the El Nino, he said, could be done by the Center for Quality and Environmental Laboratory.

On the occasion, he also elaborated on the calculation of carbon method, Indonesia Carbon Accounting System (INCAS), which was launched by the Minister Siti Nurbaya on March 27, 2015 in Jakarta.

"INCAS is a system developed to support the reporting requirements of emissions from forests, including measurement, reporting and verification, or MRV for REDD + which is the main requirement of the program reduction in greenhouse gas emissions, with the output of MRV credible and transparent," Mr Bastaman said.

According to him, one of the fundamental requirements, and to reduce greenhouse gas emissions by 26% in 2020 with his own efforts, and reached 41% with international assistance without an action plan as business as usual.