Batan Tawarkan Teknologi Nuklir, Hasilkan Plastik Ramah Lingkungan

Indonesia Atomic Energy Agency Offer an Environmentally Friendly Plastic Technology

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Batan Tawarkan Teknologi Nuklir, Hasilkan Plastik Ramah Lingkungan
Kepala Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) Djarot Sulistio Wisnubroto (ke-3 kanan) Foto: B2B/Gusmiati Waris

Jakarta (B2B) - Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) menawarkan teknologi nuklir sebagai solusi mengatasi penggunaan plastik konvensional, dengan memanfaatkan radiasi gamma dan berkas elektron untuk membuat bahan baku pembuatan plastik (biji plastik) dari bahan kopolimer yang mudah diurai (biodegradable) oleh alam dalam waktu yang sangat singkat, dan teknologi plastik yang mudah diurai sudah dikembangkan Batan sekitar 15 tahun yang lalu sehingga nuklir bisa menolong sesama manusia, dan tidak selalu membahayakan.

"Proses penyinaran radiasi terhadap bahan plastik tidak akan mengakibatkan bahan yang disinari menjadi radioaktif sehingga aman digunakan. Proses radiasi relatif sederhana, aman, bersih dan tidak menggunakan katalis kimia, dan ikatan antara molekul bahan yang diradiasi terbentuk ikatan kimia, sehingga produknya relatif kuat dan dapat mempercepat produk plastik terurai oleh mikroba tanah hanya dalam waktu dua sampai enam bulan," kata Kepala Batan, Djarot Sulistio Wisnubroto kepada pers di Jakarta belum lama ini.

Menurutnya, sifat lainnya hampir sama dengan bahan plastik konvensional yaitu mudah dibentuk, mudah diwarnai, dan dapat digunakan bukan hanya dalam bentuk kantong plastik, tetapi juga dapat digunakan untuk pembuatan vas bunga, pot tanaman, produk hiasan, piring, gelas dan lainnya.

"Batan selalu menegaskan bahwa nuklir untuk kesejahteraan rakyat, bahkan membantu bagaimana mengatasi masalah lingkungan. Termasuk yang saat ini jadi tren, menghindari penggunaan kantong plastik untuk belanja," kata Djarot.

Produk teknologi plastik ramah lingkungan dikembangkan oleh Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) Batan dengan memanfaatkan komposit limbah tapioka. Prosesnya dimulai dengan membuat biji plastik dengan berbasis limbah tapioka, dan beberapa bahan polimer lainnya agar terurai oleh alam. Selanjutnya, bahan tersebut diproses menjadi kopolimer atau membentuk senyawa dengan ikatan kompleks, memanfaatkan teknologi radiasi. Penyinaran radiasi gamma memerlukan waktu sekitar dua sampai tiga jam, dengan dosis 10 kilo Gray (kGy).

"Apabila tidak menggunakan radiasi, maka proses pembentukan kopolimer memerlukan suhu sekitar 60 derajat Celcius, yang berarti memerlukan energi listrik dalam jumlah besar. Keunggulan lain plastik ramah lingkungan adalah proses pembuatannya relatif cepat, dan produk yang dihasilkan dapat terurai sempurna setelah penguburan di dalam tanah selama dua sampai enam bulan," kata Djarot.

Ancam Biota Laut
Menurutnya, Batan telah bekerjasama dengan PT Sarana Tunggal Optima untuk mengoptimalkan teknologi radiasi untuk memproduksi plastik ramah lingkungan yang ditingkatkan pada skala industri. Penggunaan plastik ramah lingkungan dapat menjadi solusi tepat untuk mengatasi limbah plastik konvensional yang jumlahnya terus meningkat.

Data Asosiasi Pengusaha Ritel lndonesia (Aprindo) menyebutkan penggunaan kantong plastik mencapai 300 lembar per hari per gerai/toko, dan jumlah gerai seluruh lndonesia mencapai 90.000, yang artinya menghasilkan 9,85 miliar lembar kantong plastik per tahun.

Indonesia menduduki peringkat terbesar kedua penghasil sampah plastik yang dibuang ke laut setelah China di peringkat pertama. Sampah plastik juga dapat membunuh sekitar 10.000 biota laut karena menganggap limbah plastik sebagai makanan.

Pakar sampah dari Jerman, Benjamin Bongardt mengatakan plastik baru bisa terurai setelah berada di dalam tanah kurang lebih 450 tahun. Sulitnya plastik terurai karena material plastik terbuat dari minyak bumi, yang memiliki ikatan antarmolekul sangat kuat, tidak mengandung gugus molekul yang disukai oleh bakteri, dan hidropotik (tidak suka air) sehingga bakteri sulit mengurai atau memakan molekul plastik.

Jakarta (B2B) - Indonesian Atomic Energy Agency Indonesia (Batan) offer of nuclear technology as a solution to overcome the use of conventional plastic, using gamma radiation and electron beam to make plastic pellets of copolymer material that is biodegradable by nature in a short time, and plastics technology is easily parsed have been developed by the Batan about 15 years ago so that nuclear could help humans, and are not always harmful, according to the head of Batan.

"The process of irradiation on the plastic material does not result in materials irradiated become radioactivemaking it safe to use. The process of radiation is relatively simple, safe, clean and does not use chemical catalysts, and the bond between molecules of the material being irradiated to form chemical bonds, so that the product is relatively strong and accelerating plastic products decomposed by soil microbes in just two to six months," the Head of Batan,  Djarot Sulistio Wisnubroto told reporters here recently.

According to him, other traits almost the same as conventional plastic material that is easily shaped, colored, and not only the shape of a plastic bag, but can also be used for making flower vases, pot of plants, product decoration, plates, glasses and more.

"The Batan always affirmed that nuclear for the welfare of the people, and even help how to solve environmental problems. Including that is the current trend, reduce the use of plastic bags for shopping," Mr Wisnubroto said.

Environmentally friendly plastic products developed by Isotope and Radiation Applications of Batan by utilizing composites tapioca waste. The process begins with making plastic pellets of tapioca waste, and some other polymer materials to be decomposed by nature. Furthermore, the material is processed into a copolymer or forming complex compounds with bonds through radiation technologies. Irradiation with gamma radiation takes about two to three hours, with a dose of 10 kilo Gray (kGy).

"If no radiation, the process of forming copolymers require a temperature of 60 degrees Celsius, which means that require large amounts of electrical energy. Another advantage is the quick creation time, and can be decomposed in the soil for two to six months," he said.

Marine Organisms
According to him, the Batan has cooperated with Sarana Single Optima, this firm supports optimization of radiation technology to produce environmentally friendly plastic that is improved on an industrial scale. This step will be the right solution for dealing with the waste of conventional plastics.

Data from the Indonesian Retailers Association mentions the use of plastic bags of 300 pieces per day per store / shop, and a number of outlets across Indonesia reached 90,000 pieces, which means produce 9.85 billion pieces of plastic bags per year.

Indonesia was ranked the second largest producer of plastic waste being dumped into the sea after China in the first rank. Plastic waste can also kill about 10,000 marine biota because it considers the waste plastic for food.

Expert garbage of Germany, Benjamin Bongardt said plastic will biodegrade in the soil about 450 years. The difficulty of biodegradable plastic because plastic material made from petroleum, with a very strong intermolecular bonding, no group of molecules that are favored by bacteria and hidropotik that is not easily decomposed by bacteria.