Tugas Intelijen Saat Ini Lebih Sulit dari Era Soeharto

Current Intelligence Service Duty More Difficult than Soeharto Era

Reporter : Rizki Saleh
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Novita Cahyadi


Tugas Intelijen Saat Ini Lebih Sulit dari Era Soeharto
Foto: metrotvnews.com

Jakarta (B2B) - Tugas badan intelijen saat ini dalam menganalisa keadaan lebih sulit daripada era rezim Orde Baru di bawah Soeharto. Kelalaian intelijen terlihat pada kasus penyerbuan dan pembakaran Markas Polisi Resort (Mapolres) Ogan Komering Ulu (OKU) dan penembakan empat tahanan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cebongan, Sleman, DI Yogyakarta, belum lama ini.

"Menganalisa keadaan saat ini tidak semudah zaman Orde Baru. Saat ini era demokrasi. Salah informasi bisa memicu kesesatan atau black propaganda," kata kata Soeripto, mantan pejabat di Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin) di Jakarta, Minggu (31/3).

Mantan Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan dan Perkebunan periode 1999-2001 ini menilai mengimbau kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk segera menuntaskan kasus-kasus yang bersinggungan langsung dengan aparat penegak hukum. Apabila kasus kekerasan tersebut terus terjadi akan mempertaruhkan keutuhan Indonesia sebagai negara kesatuan.

"Apabila dibiarkan akan mengkhawatirkan karena memicu disintegrasi. Intelijen itu hanya salah satu sumber informasi mengambil keputusan," kata Soeripto.

Jakarta (B2B) - Duty intelligence agency is currently analyzing the situation more difficult than the era of the New Order regime under Suharto. Negligence intelligence seen in the case of invasion and the burning headquarters of the Police Resort (Mapolres) Ogan Komering Ulu (OKU) and the shooting of four prisoners in Correctional Institution (Prison) Cebongan, Sleman, Yogyakarta, recently.

"Analyzing the current situation not as simple as the New Order era. Currently democratic era. Incorrect information can lead astray or black propaganda," said said Soeripto, a former official at the National Intelligence Coordinating Agency (Bakin) in Jakarta, Sunday (31/3).

Former Secretary General of the Ministry of Forestry and Plantations 1999-2001 period is urged President Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) to quickly solve cases related to military and police institutions. If the violence continues to occur, would risk the integrity of Indonesia as a unitary state.

"If left is feared triggering disintegration. Intelligence Service is only one source of information in making decisions," said Soeripto.