Bonus Demografi Jadi Ancaman Jika Tanpa Dukungan Pendidikan

Demographic Bonus is a Threat If No Support Education

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Bonus Demografi Jadi Ancaman Jika Tanpa Dukungan Pendidikan
Kepala BKKBN Fasli Jalal (kanan) bersama Menko Kesra Agung Laksono meninjau pameran usai pembukaan seminar internasional tentang Bonus Demografi (Foto: B2B/Mya)

Jakarta (B2B) - Penduduk Indonesia diperkirakan memiliki usia produktif akan mencapai puncaknya pada 2020 - 2035 mendatang, yang disebut-sebut sebagai Bonus Demografi.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Fasli Jalal mengatakan Bonus Demografi tersebut dapat menjadi peluang sekaligus ancaman apabila penduduk usia produktif tanpa bekal pendidikan berkualitas, kesehatan, keterampilan dan kompetensi serta lapangan kerja.

"Apabila hal itu diabaikan maka potensi usia produktif yang besar itu tidak berarti apa-apa, dan justru akan menjadi beban bagi negara karena tidak tersedianya lapangan kerja," kata Fasli Jalal dalam seminar internasional bertajuk ´Mengoptimalkan Potensi Bonus Demografi untuk Kemajuan Bangsa Melalui Pembangunan SDM yang berdaya Saing Secara Global´ di Jakarta, Kamis (21/8).

Fasli mengaku khawatir Bonus Demografi bukan menjadi peluang tapi menjadi masalah. "Standar kompetensi perlu ditingkatkan, selain itu Industri kreatif juga harus dikembangkan sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang besar."

Memuncaknya usia angkatan kerja atau produktif pada 2020-2035 artinya nanti sebanyak 100 orang pekerja hanya akan menanggung 44-46 orang tidak produktif. Ini berarti jumlah penduduk dengan kelompok usia 15-64 akan memiliki proporsi lebih besar ketimbang penduduk dengan kelompok usia 0-14 tahun dan penduduk 65 tahun ke atas.

Seminar yang dilakukan BKKBN bersama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Asosiasi Profesor Indonesia (API), Koalisasi Kependudukan dan beberapa pihak terkait lainnya akan membahas masalah dan potensi apa yang dimiliki Indonesia untuk mempersiapkan bonus demografi agar tidak menjadi sia-sia kelak.

Jakarta (B2B) - Indonesia productive age population will peak in 2020 to 2035, which is refer as the Demographic Bonus.

Head of the Population and Family Planning (BKKBN) Fasli Jalal said the Demographic Bonus can become opportunities and threats that the people of productive age without quality education, health, skills and competencies as well as job opportunities.

"If it is ignored then the potential of large productive age it becomes useless, and it will be a burden for the state because of the lack job opportunities," said Fasli Jalal, the international seminar titled ´demographic bonus potential to optimize the progress of the nation through the development of human resources globally competitive ´in Jakarta, Thursday (21/8).

Fasli confessed worry, demographic bonus is not an opportunity but a problem. "Competency standards need to be improve, other than the creative industries should also be develop so that it can accommodate the workforce.

The height of age or productive labor force in 2020-2035, that is, 100 workers are only responsible to feed people aged 44-46 are not productive. This means that the population of the 15-64 age group will have a greater proportion than the population of the age group of 0-14 years and the population 65 years and over.

BKKBN seminars conducted jointly with the Indonesian Institute of Sciences (LIPI), Associate Professor of Indonesia (API), Citizenship Coalition and several other stakeholders will discuss the problems and potential of Indonesia prepares demographic bonus.