Abraham: "Wajar Kalau di Rumah Ada Anak Nakal"

Abraham: "It´s Normal that at Home you Find a Naughty Child"

Reporter : Gatot Priyantono
Editor : Hari Utomo
Translator : Dhelia Gani


Abraham: "Wajar Kalau di Rumah Ada Anak Nakal"
Ilustrasi: liputan6.com

Jakarta (B2B) - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad mengaku tidak terganggu oleh pernyataan mantan penyidik di lembaga tersebut bahwa dirinya adalah seorang pemimpin yang tidak berkompeten.

Hendy F Kurniawan, perwira polisi yang dipinjamkan ke komisi antikorupsi, membuat pernyataan Selasa, dalam pertemuan dengan anggota DPR, dan kemudian dilontarkan ke publik.

Abraham mengatakan bahwa Hendy, yang dipanggil kembali ke Polri, seperti seorang anak yang tidak mendapatkan perhatian cukup dari 'ayahnya'.

"Saya menganggap Hendy sebagai anak saya. Wajar kalau di rumah Anda menemukan seorang anak nakal. Analoginya anak-anak membutuhkan perhatian ayah mereka," kata Abraham di Jakarta.

Dia menambahkan, bahwa klaim lain Hendy bahwa KPK telah melanggar prosedur dalam penetapan mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Miranda Goeltom dan anggota DPR dari Partai Demokrat, Angelina Sondakh sebagai tersangka korupsi itu tidaklah benar.

"Pengadilan menyatakan Miranda terbukti bersalah," kata Ketua KPK.

Abraham kemudian mempertanyakan kemampuan investigasi Hendy.

"Saya ingin mengajukan pertanyaan kepadanya. Jika dia mengatakan tidak ada bukti, dan ia menyelidiki hal itu dan dan tidak bisa membuktikannya, kenapa saya bisa dan Miranda dinyatakan bersalah di pengadilan," tanya Abraham.

Abraham menolak untuk mengatakan alasan Hendy meninggalkan KPK.

Juru Bicara KPK Johan Budi mempertanyakan kejujuran Hendy yang menuduh Ketua KPK mencari publisitas dan melanggar prosedur dalam penetapan tersangka.

Dalam sebuah konferensi pers yang diadakan beberapa jam setelah Hendy mengeluarkan pernyataan, Selasa, Johan mengatakan Hendy telah berubah secara signifikan setelah waktunya bekerja untuk KPK.

"Saya ingin bertanya pada Hendy melalui lubuk hatinya. Kenapa alasan ia menyatakan dalam surat pengunduran dirinya sangat berbeda dari apa yang dia katakan? Kami hanya akan berpikir positif. Jika itu dimaksudkan untuk meningkatkan KPK, itu bagus," kata Johan.

"Jika ia melihat sesuatu yang tidak benar, kenapa dia tidak menyebutkan ketika masih di KPK. Dalam surat pengunduran dirinya, Hendy tidak mengatakan bahwa dia ingin kembali ke Polri karena Ketua KPK atau karena KPK tidak profesional."

Kapolri Jenderal Timur Pradopo membantah bahwa polisi mendorong Hendy untuk membuat laporan tersebut.

Jakarta (B2B) - Corruption Eradication Commission chairman Abraham Samad says he is not bothered by the claim of a former investigator at the agency that he is an incompetent leader.

Hendy F. Kurniawan, a police officer loaned to the antigraft body known as the KPK, made the claim on Tuesday in a meeting with legislators, who subsequently made the claim public.

Abraham said that Hendy, who has been recalled to the police force, was like a child who did not get enough attention from his father.

“I consider Hendy as my child. It’s normal that at home you find a naughty child. The analogy is that children need their father’s attention,” Abraham said in Jakarta on Wednesday.

He added that Hendy’s other claims that the KPK had violated procedure in naming former Bank Indonesia senior deputy governor Miranda Goeltom and Democratic Party legislator Angelina Sondakh as graft suspects was not true.

“The court has proven Miranda guilty,” the KPK chairman said.

Abraham also turned the tables on Hendy, questioning his investigative ability.

“I want to pose a question to him. If he said there was no proof, and he was investigating it and couldn’t bring it up, how come I was able to prove it and Miranda was convicted in court?” he asked.

Abraham declined to say why Hendy left the KPK.

KPK spokesman Johan Budi questioned Hendy’s honesty in accusing the KPK chief of seeking publicity and breaking procedure in naming suspects.

In a press conference held a few hours after Hendy issued his statement on Tuesday, Johan said Hendy had changed significantly since his time working for the KPK.

“I want to call on Hendy to say things from his heart. How come the reason he stated in his resignation letter is so different from what he just said? We’re just going to think positively. If it was meant to improve the KPK, that’s good,” Johan said.

“If he saw something that wasn’t right, how come he didn’t mention it when he was with the KPK, in the resignation letter? In his resignation letter, Hendy didn’t say that he wanted to return to the National Police because of the KPK chief or because the KPK was unprofessional.”

National Police Chief Gen. Timur Pradopo denied that the police had encouraged Hendy to make the statements.