China Desak Indonesia Lepaskan Warganya yang Ditangkap pasca Insiden Natuna

China Urges Indonesia to Release Crew as Sea Row Escalates

Editor : Cahyani Harzi
Translator : Novita Cahyadi


China Desak Indonesia Lepaskan Warganya yang Ditangkap pasca Insiden Natuna
Kapal patroli China (Foto: MailOnline)

CHINA menyerukan kepada Indonesia pada Senin untuk melepaskan awak perahu nelayan Cina yang ditahan selama konfrontasi maritim, dan sebaliknya Indonesia mengajukan protes kepada China.

Insiden itu berawal pada Sabtu ketika kapal pengawas perairan Indonesia berusaha untuk menangkap kapal pukat penangkap ikan yang diduga beroperasi secara ilegal di dekat kepulauan Indonesia di Laut China Selatan.

Setelah menghentikan kapal nelayan dan menahan kedelapan awaknya, kapal Indonesia kemudian menarik kapal tersebut ke pantai kemudian penjaga pantai China muncul dan menabrak perahu yang ditangkap tersebut, dengan tujuan untuk melepaskannya.

Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying menegaskan pada Senin bahwa daerah yang dekat dengan wilayah Indonesia di Kepulauan Natuna merupakan "kawasan penangkapan ikan tradisional", dan bahwa kapal nelayan China harus diselamatkan oleh penjaga pantai setelah berupaya ditangkap oleh kapal Indonesia.

Kedua negara dikenal menjalin hubungan bilateral yang baik tergolong jarang terjadi ketegangan.

Indonesia juga tidak terlibat konflik pada klaim teritorial dengan China di Laut China Selatan, tidak seperti negara-negara Asia lainnya. Namun protes dari kedua negara terkait dengan "garis sembilan-dash" yang diklaim menjadi faktor pemicu dari kekisruhan terkait zona ekonomi eksklusif Indonesia ini di sekitar Natuna.

Pejabat senior di Kedubes China di Jakarta, Sun Weide - yang dipanggil oleh kedua kementerian, luar negeri dan perikanan pada Senin mengajukan protes - dan menyerukan pembebasan awak kapal China.

Namun Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, yang memimpin penangkapan kapal nelayan ilegal di kepulauan yang luas, mengatakan delapan nelayan akan menghadapi pengadilan di Indonesia dan menolak klaim China sebagai "tidak berdasar" bahwa kapal itu beroperasi di kawasan nelayan China, seperti dikutip AFP yang dilansir MailOnline.

- 'Upaya Perdamaian disabotase' -
"Saya ingin China menunjukkan itikad baik dan menarik kapal yang masuk perairan Indonesia, yang telah melanggar hukum dengan melakukan penangkapan ikan ilegal," kata Susi Pudjiastuti, menambahkan bahwa pihak berwenang sedang mempertimbangkan mengajukan kasus ke pengadilan internasional atas insiden tersebut.

"Dengan apa yang terjadi kemarin, kami merasa upaya kami sekian lama dan bekerja untuk mempromosikan perdamaian di Laut Cina Selatan terganggu dan disabotase."

Indonesia di masa lalu bertindak sebagai mediator dalam perselisihan di wilayah itu.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan protes keras kepada Kedubes China, dengan mengatakan telah terjadi "pelanggaran oleh penjaga pantai Cina terhadap wilayah berdaulat Indonesia" dan bahwa Indonesia tengah mencari klarifikasi atas insiden tersebut.

Sementara Indonesia tidak memiliki sengketa wilayah dengan China di Laut China Selatan, Indonesia pun bersiaga menghadapi keputusan Beijing, dan militer telah dikirim untuk meningkatkan kekuatan pengamanan di Natuna.

Angkatan laut, Senin, mengatakan akan menggandakan patroli di Natuna.

The Natunas adalah pulau-pulau yang kaya ikan di pinggiran barat laut dari Nusantara.

Indonesia pada 2014 melancarkan tindakan keras pada penangkapan ikan ilegal yang kemudian ditenggelamkan karena terbukti menangkap ikan tanpa izin setelah menyita perahu dan menangkap kru kapal.

Beijing menyuarakan keprihatinan tahun lalu setelah Indonesia menghancurkan kapal nelayan Cina setelah disita.

Garis sembilan-dash adalah demarkasi Beijing yang digunakan pada peta untuk menunjukkan klaim ke hampir seluruh kawasan di Laut China Selatan.

CHINA called on Indonesia Monday to release the crew of a Chinese fishing boat detained during a maritime confrontation, as Jakarta lodged a furious protest in the escalating row.

The incident happened Saturday as Indonesian surveillance vessels tried to detain the trawler suspected of operating illegally near Indonesian islands in the South China Sea.

After stopping the boat and removing eight crew members, the Indonesians were towing the vessel to shore when the Chinese coastguard appeared and rammed into the detained boat, helping to release it.

However, Chinese foreign ministry spokeswoman Hua Chunying insisted Monday that the area near Indonesia's Natuna Islands was a "traditional Chinese fishing ground", and that the Chinese boat had to be rescued by coastguards after facing harassment from an Indonesian vessel.

The two nations normally enjoy good relations and the flare-up in tensions is rare.

Indonesia does not have overlapping territorial claims with China in the South China Sea, unlike other Asian nations. But it objects to China's "nine-dash line" defining its claims since this overlaps Indonesia's exclusive economic zone around the Natunas.

China's acting charge d'affaires in Jakarta, Sun Weide -- who was summoned by both the foreign ministry and fisheries ministry Monday to hear protests -- called for the release of the crew.

But Indonesian Fisheries Minister Susi Pudjiastuti, who is leading a tough campaign against illegal fishing in the vast archipelago, said the eight would face justice in Indonesia and dismissed as "baseless" Beijing's claim that the boat was operating in Chinese fishing grounds.

- 'Peace efforts sabotaged' -
"I want China to show goodwill and return the boat, which has broken the law by carrying out illegal fishing," said Pudjiastuti, adding that authorities were considering filing a case to an international tribunal over the incident.

"With what took place yesterday, we feel our years-long efforts and work to promote peace in the South China Sea were interrupted and sabotaged."

Indonesia has in the past acted as a mediator in the region's disputes.

Earlier, Foreign Minister Retno Marsudi lodged a strong protest with Chinese embassy representatives, saying there had been a "violation by the Chinese coastguard of Indonesia's sovereign rights" and that Jakarta was seeking clarification about the incident.

While Indonesia does not have territorial disputes with China in the South China Sea, Jakarta is nervous about Beijing's growing assertiveness, and the military had already dispatched extra resources to the Natunas.

The navy said Monday it would double its patrols in the area.

The Natunas are a string of islands rich in fish on the far northwest fringe of the archipelago.

Indonesia in 2014 launched a tough crackdown on illegal fishing which involves sinking foreign vessels caught fishing without a permit after impounding the boats and removing the crews.

Beijing voiced concern last year after Indonesia destroyed an impounded Chinese fishing vessel.

The nine-dash line is the demarcation Beijing uses on maps to demonstrate its claim to almost the whole of the South China Sea.