Minyak Atisiri Sumbang Devisa, Kemenkop Dukung Modal Koperasinya

Indonesian Cooperative Ministry Support Business Development of Essential Oils

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Minyak Atisiri Sumbang Devisa, Kemenkop Dukung Modal Koperasinya
Deputi Bidang Produksi Kementerian Koperasi dan UKM, I Wayan Dipta (kiri) dan Asisten Deputi Bidang Produksi Kementerian Koperasi dan UKM, Adi Jusan (Foto: istimewa)

Jakarta (B2B) - Indonesia dikenal sebagai pemasok minyak atsiri terbesar di dunia, dengan memasok 40 jenis dari 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasar internasional. Namun pengembangan produk kualitas ekspor ini terkendala oleh terbatasnya modal yang dimiliki pengepul sehingga harus bekerja sama dengan pihak swasta bermodal besar dengan cara titip suling atau sewa peralatan sehingga mengurangi keuntungan para petani maupun pengepul.

Kendala tersebut mendorong Kementerian Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) uintuk mendukung peningkatan ekspor minyak atsiri oleh pengusaha kecil dan koperasi dengan menyalurkan pengembangan bantuan modal usaha. Sebelumnya, pada 2010 hingga 2014, pemerintah telah menyalurkan bantuan modal senilai Rp1,5 miliar kepada lima koperasi di Jawa Barat, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan dan Maluku.

Deputi Bidang Produksi Kementerian Koperasi dan UKM, I Wayan Dipta mengatakan pihaknya tahun ini akan melanjutkan pengembangan komoditas ekspor ke daerah-daerah potensial seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, Maluku Utara, Gorontalo, dan Papua.

Sebagaimana diketahui, minyak atsiri atau dikenal juga sebagai minyak eterik, minyak esensial, minyak terbang (volatile oil), serta minyak aromatik adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok untuk pengobatan alami. Di dalam perdagangan, hasil sulingan (destilasi) minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.

"Banyak pembeli dari mancanegara yang membeli berbagai jenis bunga kering dari Indonesia untuk diolah menjadi minyak atsiri. Harga bunga nilam yang kering harganya cukup mahal sekitar Rp20 ribu per kg. Sementara untuk minyak daun cengkeh dan turunannya telah menyuplai pasar dunia lebih dari 70%, dan lebih dari 90% kebutuhan minyak pala diekspor dari Indonesia," kata I Wayan Dipta.

Menurutnya, lembaga koperasi yang berfungsi sebagai pengepul dan pengolah minyak atsiri penting diberdayakan seperti KSU Masyarakat Sejahtera di Sulawesi Selatan yang sebelumnya hanya menjadi pengepul bunga nilam yang dipasok para anggotanya. Sedangkan untuk pengolahannya, koperasi terpaksa menggandeng swasta untuk titip suling atau sewa.

"Akibatnya, keuntungan yang mereka peroleh berkurang akibat biaya sewa. Dengan permodalan terbatas, koperasi hanya dapat mencapai volume usaha sebesar Rp270 juta per tahun. Pada 2014, koperasi ini mendapat bantuan sarana pengolahan dari kementerian," katanya lagi.

Menurutnya, dengan bantuan tersebut, koperasi tidak lagi hanya jadi penampung hasil panen nilam anggota tetapi sudah dapat memiliki unit usaha pengolahan nilam sendiri dengan volume usaha sekitar Rp75 juta per bulan atau hampir Rp1 miliar per tahun.

Jakarta (B2B) - Indonesia is known as a supplier of essential oils in the world, supplying 40 of 80 types of essential oils that are traded in the international market. However export product development is constrained by the limited capital of small businesses that have to hold private companies to renting equipment, thereby reducing the profits of farmers and collectors of dried flowers.

These obstacles are encourage the Indonesian Cooperatives & SMEs Ministry to support the improvement of essential oils exports by small businesses and cooperatives. Earlier, in 2010 to 2014, the Indonesian government has provided IDR 1.5 billion as capital assistance to five cooperatives in West Java, East Java, Yogyakarta, South Sulawesi and Maluku.

Deputy Production of Indonesian Cooperatives & SMEs Ministry, I Wayan Dipta this year has said it would continue to support the development of potential provinces such as Aceh, North Sumatra, West Sumatra, South Sumatra, Bengkulu, Lampung, West Java, Central Java, Yogyakarta, East Java, South Sulawesi, North Sulawesi, East Nusa Tenggara, Maluku, North Maluku, Gorontalo, and Papua.

As is known, essential oils also known as etheric oils, essential oils, oil fly (volatile oil), and aromatic oils are a great group of vegetable oils in the form of a viscous liquid at room temperature, but volatile, which spreads typical aroma. Essential oils are the basic ingredient of perfume or ointment to natural treatment.

"A lot of foreign buyers who purchase various types of dried flowers of Indonesia to processes it into essential oils. For example, dried patchouli flower around Rp 20 thousand per kg. Meanwhile, clove oil and its derivatives have been supplying the world market over 70%, and over 90% nutmeg oil to world markets of Indonesia," Mr Dipta said.

According to him, the cooperative as collectors and processors of essential oils should be empowered as cooperative of Masyarakat Sejahtera in South Sulawesi, which originally only as patchouli flower collectors who supplied the members of the cooperative. s for the processing of the dry flower, the cooperative must renting equipment of private company to the distillation process.

"As a consequence, the cooperative profit is reduced to pay the rent machines. With limited capital, cooperative business volume is only Rp 270 million per year. In 2014, the ministry provides capital assistance to cooperative in South Sulawesi," he added.

According to him, with the capital injection, the cooperative now has processing units with a business volume of around IDR 75 million per month, or nearly IDR 1 billion per year.