Setya Novanto Sebut Istana Papua dalam Rekaman Pertemuan dengan Freeport

Indonesia´s House Speaker Mentioned `Papuan Palace` in Controversial Recording

Reporter : Rizki Saleh
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Setya Novanto Sebut Istana Papua dalam Rekaman Pertemuan dengan Freeport
Menteri ESDM Sudirman Said usai didengar keterangannya di Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR Foto: fajar.co.id

Jakarta (B2B) - Rekaman kontroversial yang memuat percakapan antara Ketua DPR Setya Novanto dan pengusaha M Riza Chalid ketika bertemu dengan Direktur Utama PT Freeport Indonesia, Maroef Sjamsoeddin, akhirnya diputuskan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR untuk diputar dan di rekaman tersebut Setya Novanto meminta dibangun sebuah istana di Papua.

Setya di rekaman percakapan tersebut menyebut pembangunan istana di Papua lebih bertujuan politis, yang perlu dibangun seperti Bogor yang dikenal sebagai Istana Bogor, dan Istana Tampaksiring di Bali.

"Saya bilang bikin itu saja istana di Papua. Setuju, Pak, kata Presiden. Masak ada Tampak Siring, Bogor. Masak di sana tidak ada. Saya sudah lihat di sana ada tanah kosong, depannya laut. Jadi secara politis ke depan pasti ke sana," kata Setya dalam rekaman tersebut yang diperdengarkan di ruang sidang.

Setya melanjutkan, "Semua manggut-manggut. Lagi seneng dia. Freeport itu saya sudah ketemu Jim Bob, Dirut-nya, saya minta dipertimbangkan. Waktu itu dengan menteri itu, soal perpanjangan itu kan DPR minta untuk duduk."

Rekaman lengkap pembicaraan ketiga orang tersebut yang kini menjadi kontroversi tersebut durasinya sekitar 1 jam dan 20 menit 17 detik, sementara sebelumnya rekaman versi pendek beredar lebih dahulu dalam bentuk transkrip pembicaraan berdurasi 11 menit.

Jakarta (B2B) - Indonesia's House of Representatives Ethics Council has finally decided to play the controversial recording of a conversation between House Speaker Setya Novanto and businessman M. Reza Chalid during a meeting with Maroef Sjamsoeddin, CEO of Freeport Indonesia. In the recording, Mr Novanto was requesting for a 'Papuan Palace'.

In the recording, Mr Novanto claimed that the palace will be built for political purposes because Papua needs its own palace to compete with Bogor, which has the Bogor Palace and Bali, which has the Tampak Siring Palace.

"I said buid a palace in Papua. 'I agree' said the President. They have the Tampak Siring [Palace] and the Bogor [Palace]. How can there be no palace in Papua. I scouted the area, there is an empty land, looking out to sea. So politically, we will head there in the future," Mr Novanto said in the recording.

In addition to the palace, Novanto also mentioned several other things in the recording, including divestment, smelter construction, and increasing state revenue.

A complete one hour 20 minutes and 17 seconds recording of the conversation between Novanto, Chalid and Sjamsoeddin was made known to the public on Monday, (11/30). Earlier, an 11 minutes short-version transcript of the conversation had been publicly published.